Chapter 18 - Rela Dihina Demi Xavia

142 6 6
                                    

Arloji limited edition buatan Paris melingkar di pergelangan kiri Tuan Hernandez. Jarumnya yang keemasan menunjuk ke angka sembilan.

Sudah larut malam saat mobil yang membawanya menepi di pelataran mansion. Pria dengan stelan jas hitam itu segera keluar saat Sean membukakan pintu mobil.

Sepasang mata Tuan Hernandez melihat mobil Tuan Caldwell terparkir di pelataran mansion.
Ada apa gerangan? Kenapa calon besannya itu tidak mengabari jika mau datang? Mungkin dia bisa pulang lebih cepat dari Salvador.

Dengan hati sedikit gusar, Tuan Hernandez segera berjalan cepat memasuki pintu mansion.

Sean hanya menoleh ke arah mobil BMW hitam milik Tuan Caldwell.
Ada apa ini? Kenapa ayahnya Janied datang? Apakah ada hubungannya dengan kejadian di hotel semalam?

Beragam pertanyaan tiba-tiba hinggap di benaknya. Darahnya turut berdesir di tengah rasa panik. Ia segera mengayunkan langkah mengikuti tuannya.

"Ya! Pemuda itu memukulku dengan begitu brutal! Kemudian dia membawa pergi Xavia. Apa arti semua itu?! Apakah tidak mungkin jika Sean memang datang dengan sengaja?!"

Suara bariton Janied sampai terdengar oleh Tuan Hernandez yang baru saja memasuki mansion. Ada apa ini? Dia segera mempercepat langkah menuju ruang tamu.

"Aku tak tahu masalahnya apa!
Xavia, coba kamu jelaskan semuanya pada Janied dan juga Tuan Caldwell! Kenapa kamu malah pergi bersama Sean semalam, hah?!" Nyonya Hernandez tampak sangat murka pada Xavia yang sedang duduk di sampingnya.

Tadi, saat dirinya baru saja selesai makan malam. Tiba-tiba saja Tuan Caldwell dan Janied datang. Mereka menanyakan Sean.

Tentu saja Nyonya Hernandez sangat terkejut setelah mendengar penuturan Janied. Pemuda itu mengatakan jika Sean sudah memukulnya lalu membawa pergi Xavia di pesta tadi malam.

Entah Sean mabuk atau sudah tidak waras. Nyonya Hernandez sangat ingin mencakar wajah pemuda itu. Akibat perbuatannya kini Tuan Caldwell menaruh kecurigaan pada Xavia.

Dia mengira Xavia dan Sean menjalin hubungan di belakang Janied. Sebagai orang yang terpandang tentu saja Tuan Caldwell sangat kecewa dan merasa sedang dihina oleh Xavia dan keluarganya.

"Mom, aku tak tahu persisnya!
Sean mengatakan jika Janied berniat buruk padaku. Oleh karena itu dia membawaku pulang."

Xavia berusaha mencari alasan yang bagus. Ia takut jika sampai salah bicara. Apalagi mengatakan jika semalam ia sudah banyak minum miras dan mabuk.

"Xavia, aku ini tunanganmu! Mana mungkin aku berniat buruk padamu! Si Brengsek itu hanya menipumu saja. Aku tahu jika Sean memiliki rencana sendiri padamu! Bisa saja dia sudah melakukan sesuatu padamu, kan?!"

Janied menyipitkan matanya pada Xavia. Membuat Tuan Caldwell dan Nyonya Hernandez berpikir yang bukan-bukan. Terlebih tanda merah yang tercetak di leher Xavia. Apakah itu perbuatan Sean?

Nyonya Hernandez semakin curiga dibuatnya.

"Tidak. Aku sangat mengenal Sean! Dia tidak mungkin melakukan hal buruk padaku! Tapi justru dirimu yang sudah memaksaku minum miras di pesta semalam! Kemudian membawaku ke kamar hotel!
Benar, bukan?!"

Xavia bangkit dari sofa yang ia duduki. Tangannya menunjuk pada Janied penuh emosi. Dia tak suka pemuda itu melibahkan semua kesalahan pada Sean, karena sebenarnya dialah yang ingin berbuat buruk. Terpaksa ia mengatakan yang sebenarnya.

Semua orang di ruang tamu sangat terkejut mendengar penuturan Xavia. Termasuk Deborah yang sudah dimarahi habis-habisan oleh Nyonya Hernandez di depan Tuan Caldwell dan Janied.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang