Chapter 16 - Tanda Merah

239 8 1
                                    

Pukul empat pagi mobil sport yang dikemudikan oleh Sean menepi di garasi mansion Tuan Hernandez. Pemuda di bangku depan tidak buru-buru keluar dari mobil.

Begitupun dengan Xavia. Keduanya tampak terlarut dalam lamunannya masing-masing.

'Aah, Sean ...'

Desahan itu tak henti terdengar di telinga Sean. Bibirnya mengulas senyum dalam perasaan yang sulit dimengerti.

Ada rasa ingin memiliki, tapi ada pula rasa kehilangan. Sepi, sedih dan senang bercampur dalam satu perasaan. Entah apa. Dia benar-benar tidak paham.

Xavia masih duduk di bangku penumpang. Bersandar sambil menoleh ke arah jendela mobil. Pikirannya sangat kacau saat ini.

Dia benar-benar tak habis pikir. Kenapa Janied memaksanya minum miras? Bahkan membuatnya mabuk lalu membawanya ke kamar hotel. Apa maksudnya?

Xavia menggelengkan kepalanya kesal, lalu membuka pintu mobil. Sean sedikit tersentak dari lamunan saat terdengar pintu mobil belakang ditutup dari luar. Lehernya memutar menoleh ke arah Xavia.

Gadis itu sudah turun dari mobil. Sean hanya terdiam memandangi punggung Xavia yang sedang berjalan menjauh dari mobil.

Gadis itu tidak mengatakan apa pun. Semoga Xavia benar-benar tidak mengingat kejadian tadi.

'Xavia, andaikan kamu tahu, aku sangat mencintaimu. Apa yang sudah terjadi tadi, aku tidak akan pernah melupakannya.' Ia berkata dalam hati.

Setelah perasaannya sedikit tenang Sean segera keluar dari mobil.
Ia putuskan untuk menemui Bobby lebih dulu. Sudah pagi, dia harus mengurus anjing itu sebelum melakukan aktivitas lain.

"Xavia? Kamu baru kembali?
Daddy sudah meminta Sean menjemputmu, apakah kalian bertemu?" Tuan Hernandez yang melihat Xavia melintas di depan ruang kerjanya segera menghadang.

"Sean? Ya, kami pulang bersama!" Xavia menjawab sambil mundur satu langkah dari hadapan Tuan Hernandez. Ia takut sang ayah mencium aroma miras dari mulutnya.

"Syukurlah! Ini sudah pagi, sebaiknya kamu beristirahat." Tuan Hernandez tersenyum lega. Tidak memikirkan apa pun ia segera memutar tubuh kembali ke ruang kerjanya.

Xavia bernapas lega. Ia kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya. Ini hari minggu, sebaiknya ia tidur saja sekarang.

Kepalanya masih terasa sedikit pening. Mungkin karena terlalu banyak minum miras. Ah, sial! Dia harus segera menelepon Janied. Kepalanya menggeleng teringat perbuatan buruk tunangannya.

"Xavia, kamu baru kembali?
Di mana Janied? Aku tidak melihatnya. Apakah dia tidak mengantarmu pulang?"

Nyonya Hernandez yang sedang berjalan menuju dapur melihat punggung Xavia. Ia segera menghampiri anak gadisnya itu.
Rasa kesal di wajah terlihat jelas mendapati Xavia yang pulang pagi seperti ini.

"Mom, aku pulang dengan Sean. Janied, dia ... aku tak tahu," jawab Xavia dengan gelagat bingung dan menghindar dari tatapan ibunya. Jangan sampai ibunya tahu jika dirinya minum miras. Dia dalam masalah besar jika sampai itu terjadi.

"Apa? Kamu pulang bersama Sean?! Memangnya apa yang si Kutu Busuk itu lakukan di sana?! Kenapa kamu tidak pulang bersama Janied?!" Nyonya Hernandez sangat murka mendengarnya.

Matanya memperhatikan dengan intens pada gadis dengan mini dress warna hitam di hadapannya. Terlihat ada tanda merah pada bagian leher Xavia. Tanda merah itu tersembunyi di antara rambutnya yang tergerai.

"Apakah kamu dan Sean melakukan sesuatu?" tanyanya lagi dengan mata yang menyipit.

Xavia sangat terkejut mendengar ucapan ibunya. "Me--melakukan sesuatu? Maksud Mommy?"

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang