Pukul tujuh malam Sean baru tiba di mansion. Langkah pria dengan stelan jas hitam itu terbilang cepat menuju kamarnya.
Sean sudah tak sabar ingin bertemu Xavia, lalu bermain dengan istrinya itu. Bibirnya mengulas senyum. Sambil berjalan, diloloskan jas hitam yang ia kenakan dari tubuhnya.
Setibanya di depan pintu. Jantungnya mulai berdebar-debar. Perasaan itu tak pernah berubah setiap kali akan bertemu dengan Xavia.
Sean menarik napas, bibirnya tersenyum tipis. Ia berusaha tenang sambil mengatasi gejolak yang mulai muncul. Diraih handle keemasan di depannya dengan segera. Perlahan ia mendorong pintu kamarnya masuk.
Ruangan luas bak kamar seorang raja menyambutnya. Diletakkan jas hitam yang dipegangnya pada sandaran sofa. Ia segera melangkah menuju ranjang king size di depannya. Namun, di mana Xavia? Manik kebiruan itu berkelana mencarinya.
Dua tangan nakal menyelinap di balik punggung, lalu merambat ke dadanya. Sean agak terkejut. Dipejamkan matanya menikmati sentuhan intim gadis di belakangnya. Sentuhan itu semakin liar saat turun ke bagian bawah. Sepertinya si gadis ingin membuka ikat pinggangnya.
Sean menangkap jemari itu. Nail kuku warna biru? Ia sedikit terkejut dan heran. Sepertinya ini bukan jemari Xavia. Tubuh kekar itu segera memutar, dan Molly tersenyum binal menyambutnya.
Sean membulatkan sepasang matanya terkejut melihat gadis itu berada di kamarnya. "Apa yang kamu lakukan di kamarku? Di mana Xavia?!"
Molly sangat tersentak karena Sean mendorong tubuhnya dengan kasar. Matanya menatap kesal pada pria itu.
"Kenapa kamu malah menanyakan Xavia? Aku sudah berpakaian seksi dan menunggumu dari tadi, tapi kenapa gadis bodoh itu yang kamu tanyakan?!"
Sean menjadi geram mendengar ocehan gadis berpakaian seksi di hadapannya."Gadis bodoh katamu?" Ia mencondongkan wajahnya pada Molly dengan tatapan tajam.
"Xavia adalah istriku. Gadis bodoh yang kamu maksud adalah dirimu sendiri. Bahkan kamu tak punya rasa malu masih berani berkeliaran di rumahku," lanjutnya.
Molly terdiam dalam rasa kesal dan malu karena ucapan Sean. Namun, ia buru-buru menghadang saat pria itu berpaling wajah dan hendak melenggang pergi. Ia tak mau gagal lagi mendapatkan pria itu. Persetan dengan semua ucapan Sean padanya.
"Menyingkir dari hadapanku dan dari hidupku, Molly!" Dengan kasar dan penuh emosi Sean mendorong gadis di hadapannya sampai Molly terhempas ke tempat tidur. Ia segera memalingkan wajah dan berlalu meninggalkan kamar.
Molly bergegas bangkit ingin mengejar pria itu."Sean! Aku mencintaimu dan aku sangat menginginkanmu! Sean!" teriaknya di ambang pintu kamar.
Sean tak perduli dengan suara cicitan Molly. Pria itu terus berjalan menuju kamar tamu. Mungkin Xavia masih di sana.
Ia ingin menemui istrinya. Persetan dengan Molly. Mau berdandan seperti apa pun gadis tak tahu malu itu takkan pernah bisa mengalihkan hatinya dari Xavia.
Molly menghentakkan tungkainya dengan ekpresi kesal. Sean bahkan tak menoleh padanya sekali pun. Tubuh berbalut gaun tidur tipis warna biru muda itu hanya mematung sambil memandangi punggung Sean yang kian menjauh.
Sial! Terbuat dari apa hati Sean?
Kenapa pria itu tak pernah tertarik padanya, meski dirinya sudah berpenampilan seperti Xavia.
Molly menggerutu dalam hati sambil berjalan menuju kamarnya........................................................
Xavia sedang berdiri di depan meja rias. Bibirnya tersenyum sipu melihat penampilannya di depan cermin. Lingerie transparan warna hitam membalut tubuh berlekuk indah bak sebuah biola. Pakaian dalam dengan warna senada tercetak jelas saking tipisnya lingerie itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...