Chapter 87 - Rumah Suamiku

99 4 0
                                    

Pukul lima sore mobil CRV putih yang membawa Xavia dan Nyonya Hernandez menepi di pelataran sebuah mansion yang berada di pemukiman elit Salvador Barat.

Xavia memindai tempat di mana dirinya saat ini. Sebuah rumah besar berdiri kokoh di hadapannya.
Mewah dan megah bak sebuah istana.

Matanya menoleh ke arah kiri bangunan di mana terlihat taman yang luas. Ada banyak jenis bunga dan tanaman hias di sana.

Wangi bunga lavender dan tulip menyeruak indera penciumannya. Bibir kemerahan itu tersenyum melihat bunga-bunga itu bermekaran.

Pandangannya berpindah pada sebelah kanan rumah di mana terdapat garasi mobil yang teramat luas. Bahkan jauh lebih luas dari garasi di rumahnya dahulu.

Ada puluhan mobil mewah merk ternama di garasi itu. Sudah pasti semua mobil itu milik Sean dan juga Nigel.

Baik Xavia mau pun Nyonya Hernandez, mereka tampak tercengang melihat semuanya. Rupanya tak hanya stelan jas yang dikenakan oleh Nigel yang terlihat mahal, tapi mereka memang sudah menjadi konglomerat sekarang.

Xavia dan Nyonya Hernandez merasa sungkan datang ke rumah itu.

"Ayo Nyonya, silakan masuk. Jangan sungkan." Nigel tersenyum lebar sambil menggiring Xavia dan Nyonya Hernandez melangkah memasuki rumah besar di depan mereka.

Sepuluh pelayan wanita berseragam menyambut mereka di depan pintu. Namun, di mana Deborah?
Wanita itu bahkan tidak kelihatan di sekitar mansion.

Apakah ia tahu jika sore ini suaminya datang bersama Xavia dan Nyonya Hernandez?

Nigel memerintah pada dua orang pelayan untuk mengantar Xavia dan Nyonya Hernandez ke kamar tamu. Dua pelayan wanita itu mengangguk, lalu tersenyum ramah pada Xavia dan Nyonya Hernandez. Mereka segera mengantar dua orang itu menuju kamar tamu sambil menyeret kopernya.

Nigel hanya tersenyum simpul sambil memandangi punggung mereka menjauh.

Sean pasti akan sangat senang melihat istrinya datang. Tadinya ia hendak menelepon putranya agar segera pulang, tapi diurungkan niatnya itu. Nigel berpikir jika jauh lebih baik kalau Sean melihat Xavia di kamarnya nanti malam.

Sambil menggenggam ponselnya, pria tinggi dengan stelan jas hitam itu segera mengayunkan langkah meninggalkan teras.

"Hei, kalian tahu tidak gadis yang datang bersama Tuan Besar tadi?
Dia sangat cantik!"

"Ya, aku sudah melihatnya! Bahkan aku yang mengantarnya ke kamar tamu. Namanya Nona Xavia, dia sangat cantik bak seorang bidadari! Meski aku seorang wanita, tapi aku sampai tak ingin berpaling muka saat melihatnya!"

"Hei, tahu tidak? Tuan Besar bilang jika Nona Xavia adalah istrinya Tuan Muda Sean. Dia datang dari San Mitero!"

"Apa? Istrinya Tuan Muda Sean?! Pantas Tuan Besar sangat mengistimewakan Nona Xavia dan ibunya."

"Lantas, jika Nona Xavia adalah istrinya Tuan Muda Sean, lalu bagaimana dengan Nona Molly?"

"Jangan ditanya lagi, dia pasti harus berusaha keras jika ingin bersaing dengan Nona Muda Xavia!"

"Hahaha!"

Deborah dan Molly yang baru saja tiba di dalam rumah segera menghentikan langkahnya mendengar perbincangan para pelayan itu.

Dua wanita itu saling pandang tampak sangat terkejut.
Xavia? Apakah mereka tidak salah dengar?

Deborah buru-buru berjalan menghampiri para pelayan yang sedang berbincang di lorong.
Empat orang wanita muda itu segera menunduk segan saat Deborah menghampiri mereka dengan tatapan penuh selidik.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang