Chapter 164 - Kita Di Tipu

55 3 0
                                    

Kabut pagi memutih di landang tulip. Embun suci terjun bebas dari kuntum dan daunnya. Warna-warni bunga tulip mulai tampak saat sinar sang mentari menerpanya.

Salvador Barat di pagi yang dingin. Terlihat Sean yang sedang duduk di teras balkon kamarnya. Secangkir kopi panas menemani di atas meja. Aroma nikmat kopi menyeruak ke udara.

Surat kabar kota yang sedang dibacanya, Sean tersenyum melihat berita tentang saham Palmer's Corporation yang sedang naik drastis saat ini. Rupanya, usahanya tak sia-sia.

Tujuh tahun sudah dirinya memimpin Group Palmer's dari yang hanya memiliki lima puluh dolar saja, sampai memiliki lima ratus milyar saat ini. Group Palmer's tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan international di seluruh dunia.

Langkah kecil tungkai jenjang dipasangi heels warna putih terayun menuju teras balkon. Bibirnya kemerahan itu mengulas senyum melihat punggung seorang pria di sana. Bergegas ia mempercepat langkah.

"Selamat pagi, kenapa duduk sendiri di sini?"

Sean yang sedang membaca surat kabar segera menoleh ke arah sumber suara wanita tersebut.

Senyum manis Xavia menyambutnya. Rupanya wanita itu sudah terjaga dari tidurnya. Xavia terlihat segar dan cantik dengan balutan dress selutut warna biru muda dan riasan wajah tipis-tipis.

"Selamat pagi, Darling. Kemarilah," ucap Sean menyambut sang istri seraya menepuk sofa kosong di sampingnya. Bibirnya mengulas senyum gemas saat Xavia bergerak menuju padanya.

"Bagaimana tidurmu? Maafkan aku yang sudah membuatmu kelelahan sepanjang malam." Sean bicara lagi seraya mengusap pipi licin Xavia saat sang istri sudah duduk di sampingnya.

Xavia tersenyum. "Aku tak ingat apa pun setelah kamu melepaskanku."

"Aku menggangumu menjelang pagi, apa kamu tidak ingat?" tanya Sean seraya meraih jemari sang istri lantas mengecupnya dengan lembut. Matanya menatap Xavia dengan kagum.

Xavia tersenyum sipu dibuatnya. Mana mungkin dia melupakannya. Sean benar-benar menyiksanya sepanjang malam.

Pria itu sudah seperti seekor kuda jantan saat menggumuli tubuhnya. Sekarang dia benar-benar kelelahan akibat ulah suaminya itu.

"Minumlah kopinya. Ada yang ingin aku bicarakan padamu," tukas Xavia setelah hening sejenak. Gairah panas semalam sempat membuatnya berfantasi liar pagi ini.

Sean tersenyum tipis melihat istrinya tampak malu-malu. Mereka sudah menikah selama tujuh tahun, dan banyak cobaan yang mereka lalui selama itu. Namun, kini semuanya sudah baik-baik saja. Dia dan Xavia sangat bahagia.

Sean segera meraih Xavia untuk bersandar di bahunya. Wanita itu hanya memejamkan mata menikmati momen kebersamaan mereka. Tangannya saling menggenggam dengan perasaan saling memiliki.

"Butik? Kamu mau mendirikan sebuah butik?" tanya Sean setelah mendengar penuturan Xavia.

Matanya menatap lembut pada sang istri. Mendirikan sebuah butik adalah cita-cita Xavia sejak mereka kuliah. Dia pikir Xavia sudah melupakan semua itu.

Xavia mengangguk. "Ya, aku akan mendirikan sebuah butik di pusat kota dan berseberangan dengan Palmer's Departemen Store," ucapnya tampak bersungguh.

"Hei, kenapa harus berseberangan? Kamu pemilik Palmer's Departemen Store, bukan? Buatlah butik besar di dalamnya. Aku tak mau kamu kelelahan mesti bolak-balik nantinya," ucap Sean seraya menatap lembut pada Xavia.

Xavia tampak berbinar mendengarnya. "Kamu tidak keberatan jika aku membuat butik di Palmer's Departemen Store?" tanyanya.

Sean menggeleng. "Kenapa harus keberatan? Kamu adalah istriku. Dan Group Palmer's milikmu juga. Apakah aku harus mengumkan hal ini di depan alun-alun kota?" ucapnya disertai senyuman gemas.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang