Chapter 49 - Kericuhan Di Pesta

155 7 0
                                    

Perlahan Xavia membuka matanya. Menampilkan iris hazel yang begitu indah di mata Sean. Pipinya bersemu merah karena ciuman tadi. Xavia segera menurunkan pandangan dari tatapan Sean. Jantungnya berdebar-debar tak karuan.

Sean masih menatap takjub pada gadis di hadapannya. Jemarinya membelai rambut hitam Xavia, lalu meluncur ke pipinya yang licin.

Ia menyentuh rahang gadis itu.
Mata Xavia terangkat padanya sesaat sebelum kembali menurunkan pandangan dengan pipi yang merona merah.

Sean tersenyum tipis. Disentuh bibir basah Xavia dengan ibu jarinya. Mereka berciuman cukup lama.
Mata Xavia terangkat ke mata Sean sesaat sebelum membenamkan wajah ke dada bidang suaminya. Dan pelukan Sean melingkupi tubuhnya. Terasa hangat dan nyaman.

"Hei, apakah kita bisa berangkat sekarang? Pak Anthony pasti sudah menunggu," ucap Sean pada Xavia yang masih berada dalam pelukannya. Bibirnya mengulas senyum saat mata Xavia terangkat padanya. Pelukan itu mulai mengendur.

"Hm, iya. Ayo kita berangkat."

Xavia segera memutar tubuh kembali menghadap standing miror. Astaga, bibirnya tampak pucat. Ini karena ulah Sean. Diraihnya pewarna bibir dari meja rias di samping. Warna merah pastel tampak segar di bibirnya.

Sean tersenyum tipis melihat Xavia. Tangannya kembali merengkuh pinggang istrinya dari belakang. Ciuman itu membuatnya candu dan ingin lagi.

"Xavia, aku menyukai ciumannya," bisiknya dengan intim.

Xavia tersenyum tipis mendengarnya. Tubuhnya memutar menghadap pada Sean.

"Kamu sudah merusak warna bibirku. Sekarang ayo kita pergi. Aku tak mau lagi," cetus Xavia dengan wajah menggemaskan.

Sean hanya tersenyum melihatnya.
Ia segera mencondongkan wajah pada Xavia, dan gadis itu pun sedikit mundur. Tatapan Sean mengunci pandangannya. Ia menatap curiga.
Apakah Sean mau menciumnya lagi?

"Benar, tak mau lagi?" tanya Sean setengah berbisik ke wajah Xavia.
Bibir pria itu menyeringai.

"Sean ..."

Xavia membulatkan mata saat Sean mengecup kilas bibirnya. Pria itu hanya tersenyum. Tubuhnya segera berdiri dengan tegak. Sementara Xavia masih terpaku di tempat karena ciumannya.

"Ayo kita pergi. Pak Anthony sudah menunggu."

Sean berkata sambil berjalan meninggalkan Xavia. Bibirnya tersenyum tipis sambil mengayunkan langkah. Ekpresi Xavia benar-benar membuatnya gemas.

Apakah mereka harus menghadiri pesta itu? Sepertinya tetap tinggal di kamar jauh lebih baik.

Xavia bernapas lega setelah Sean menjauh. Jantungnya masih bertalu-talu tak karuan.
Apa yang terjadi pada Sean?
Pria itu sangat berbeda saat menatapnya.

.........................................................

Xavia baru saja tiba di teras villa. Dilihatnya Sean yang sedang berbincang dengan Daniel. Bibirnya tersenyum tipis. Ia segera berjalan menuju pada mereka.

Daniel sangat takjub melihat penampilan Xavia. Dia tersenyum jahil sambil menyenggol lengan Sean. Daniel berbisik pula, jika Sean sangatlah beruntung memiliki istri seperti Xavia.

Wanita muda itu sangat cantik dengan balutan gaun pres body warna hitam. Gaunnya panjang sampai menutupi mata kaki. Berlengan panjang dengan bahu terbuka.

Xavia melempar senyum manis untuk Sean. Pria dengan stelan jas hitam itu mengulurkan tangan sambil tersenyum menyambutnya.

Kemudian ia menggiring Xavia memasuki mobil Rolls Royce Phantom hitam yang berada di teras. Daniel hanya tersenyum tipis dan segera mengemudikan mobil.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang