Chapter 27 - Menikahi Xavia

177 7 0
                                    

Tuan Hernandez sedang berdiri di tepi garis jendela di ruang kerjanya. Para tamu masih terdengar ricuh di lantai dasar. Entah apa yang harus dirinya lakukan sekarang.

Janied menghilang dan Xavia sedang pingsan di kamarnya. Kenapa malapetaka ini harus terjadi di hari bahagia putri tunggalnya?

"Kamu tidak bisa diam saja seperti ini, Damian. Nama baik keluarga Hernandez akan tercemar jika Xavia gagal menikah hari ini." Tuan Andreas bicara setelah hening cukup lama dan pertimbangan yang panjang.

Tuan Hernandez menghela napas lalu menggeleng putus asa."Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, Paman. Calon suami Xavia kabur entah kemana. Haruskan aku membubarkan para tamu yang sudah repot-repot datang untuk melihat putriku menikah? Aku bahkan tak tahu harus memakai apa untuk menutupi wajahku ini," ucapnya.

Tuan Andreas cukup paham dengan apa yang sedang dirasakan Tuan Hernandez. Martabat mereka akan jatuh jika para tamu itu mengetahui apa yang sedang terjadi. Mempelai pria telah kabur. Xavia pasti akan dianggap rendah dan dipandang sebelah mata setelah ini.

"Kurasa sebaiknya pernikahan ini harus tetap berlangsung. Xavia harus tetap menikah dan kamu harus segera mencari pemuda sebagai pengganti Tuan Muda Caldwell. Semua orang akan tertawa jika pesta ini dibubarkan. Pikirkan juga nasib Xavia, keluarga bangsawan mana yang akan mau menerimanya setelah ini."

Tuan Andreas berkata lagi. Kali ini ia berdiri tepat di belakang Tuan Hernandez. Tangannya menyentuh satu bahu pria itu dari belakang.

Sepasang mata Tuan Hernandez terangkat. Apa yang dikatakan oleh Tuan Andreas ada benarnya. Bagaimana nasib Xavia setelah dirinya gagal menikah.

Semua orang pasti akan menghinanya dan menganggapnya gadis yang tidak baik. Tidak, tidak, hal itu tak boleh sampai terjadi!

Bagaimanapun Xavia harus menikah hari ini. Ia menoleh pada Sean yang sedang berdiri di sudut ruangan bersama para bodyguard.

Pemuda itu sedang menyaksikan perbincangannya dengan Tuan Andreas. Langkah Tuan Hernandez segera menuju pada Sean.
Leher Tuan Andreas memutar mengikuti langkah pria itu.

Pemuda di sana hanya terdiam menatapnya. Tuan Hernandez memegang kedua bahu Sean, menatapnya dengan mantap lalu berkata,

"Sean, menikahlah dengan Xavia."

Mata Sean membulat penuh mendengar ucapan Tuan Hernandez. Jantungnya seakan berhenti berdetak seiring waktu yang juga dijeda sesaat.

Apa?

Menikahi Xavia?

Apa dia tidak salah dengar?

Hanya diam dalam rasa terkejut, Sean tidak bisa mengatakan apa pun pada Tuan Hernandez.

~•~

"Apa katamu? Kamu mau menikahkan Xavia dengan anak pelayan itu?! Apa kamu sudah tidak waras, Damian?!"

Nyonya Hernandez langsung murka mendengar ucapan Tuan Hernandez. Keduanya bicara di dalam kamar Xavia. Di sana hanya ada mereka, Xavia dan Tuan Andreas.

"Dengar, Maria! Jika Xavia tidak menikah hari ini lalu bagaimana dia menjalani hidupnya esok hari?
Semua orang di San Mitero akan memandangnya sebelah mata dan keluarga kita akan diremehkan oleh semua orang. Apa kamu ingin Xavia tidak menikah seumur hidupnya?!"

Tuan Hernandez tak kalah emosi melihat kemarahan dan sikap protes sang istri.

"Tapi tidak dengan anak pelayan itu juga, Damian! Xavia bisa mendapatkan pemuda yang jauh lebih baik, bukan?! Aku tak sudi si Kutu Busuk itu sampai menikahi Putriku. Kita klan bangsawan, setidaknya kamu ingat itu!"

Nyonya Hernandez semakin di rasuk emosi. Menikahkan Xavia dengan Sean? Yang benar saja!
Matanya menyala merah menatap pria di hadapannya.

Xavia yang sedang duduk di tepi ranjang hanya menangis melihat ayah dan ibunya sedang meributkan pernikahannya. Kenapa ini harus terjadi padanya?

Kenapa Janied kejam sekali? Di mana pemuda brengsek itu? Kenapa dia kabur di hari pernikahan mereka.
Dia bahkan tak tahu harus bagaimana sekarang. Dia tak sanggup memperlihatkan wajahnya lagi pada semua orang.

Tuan Andreas berdecak jengah melihat Nyonya Hernandez terus saja mengomel dan tidak setuju dengan suaminya. Wanita sombong itu memang benar-benar keras kepala! Pria tua dengan tuxedo hitam itu segera menghampiri mereka yang sedang bersitegang.

"Aku tak sudi putriku menikahi anak pelayan itu! Aku tidak terima!" Emosi Nyonya Hernandez semakin membuncah.

"Lalu kamu mau apa?! Apakah kamu bisa mencari pemuda untuk Xavia hari ini juga?!" Tuan Hernandez semakin tersulut emosi dibuatnya. Dua orang itu bertatapan sudah seperti musuh.

"Cukup!"

Suara bariton Tuan Andreas menghentikan pertikaian di antara Tuan Hernandez dan istrinya. Mereka menoleh pada pria tua yang berdiri di sampingnya.

Tuan Andreas menatap dua orang itu secara bergantian. Nyonya Hernandez menurunkan wajahnya. Ia sangat segan pada Tuan Andreas.

"Aku sudah muak melihat kalian terus ribut. Aku sudah mengambil keputusan. Xavia akan menikah hari ini dengan pemuda pilihan Damian. Kamu sebagai istri harus mendukung suamimu, Maria." Tuan Andreas bicara dengan tatapan tajam pada wanita di hadapannya.

Nyonya Hernandez sangat terkejut mendengarnya. Ia langsung menoleh pada suaminya, Xavia lalu pada Tuan Andreas.

"Paman, aku mohon jangan lakukan ini. Bagaimana masa depan Xavia jika menikahi anak pelayan itu? Apa kamu ingin membuang martabat keluarga kita ke selokan? Aku akan mendapatkan pemuda yang lebih baik. Hari ini Xavia akan menikah dengan pemuda pilihanku," lirihnya.

"Siapa pemuda itu? Apakah yang kamu maksud adalah Nicki? Putranya Tuan Charlie? Pemuda tukang mabuk dan hobi main perempuan seperti itu mau kamu nikahkan dengan putrimu, hah?!" Tuan Andreas menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Setidaknya mereka berasal dari kasta yang sama dengan keluarga kita!
Aku mohon pikirkan lagi, apa tanggapan orang jika putriku menikahi anak pelayan? Paman, tolong pikirkan lagi ..."

Nyonya Hernandez memohon pada Tuan Andreas dengan wajah menghiba dan memaksa.

Tuan Andreas tidak mengatakan apa pun lagi. Pria itu segera memalingkan wajah jengah dari tatapan Nyonya Hernandez, lalu berjalan menuju pada Tuan Hernandez yang sedang duduk di tepi ranjang bersama Xavia. Dia sedang mencoba menenangkan putrinya yang terus menangis.

"Damian, siapkan pemuda itu. Pemberkatan pernikahan akan segera dilakukan," ucap Tuan Andreas.

Tangannya mengusap kepala Xavia yang sedang bersandar di bahu Tuan Hernandez. Bibirnya tersenyum pahit melihat nasib cucunya. Kemudian dia segera melenggang pergi meninggalkan kamar Xavia.

Mata Nyonya Hernandez memutar melihat pria itu pergi. Apa-apaan ini? Tuan Andreas bahkan tidak mau mendengarnya?

Langkah kecil dengan heels merah itu segera menyusulnya. Bagaimanapun dia harus bicara dengan Tuan Andreas. Dia tak sudi jika Xavia menikah dengan Sean.

"Xavia, dalam hidup kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi pada kita. Daddy tahu kamu sangat mencintai Janied. Namun, bisakah kamu pahami keadaan ini? Pemuda itu tidak benar-benar mencintai kamu. Oleh karena itu dia kabur di hari pernikahan kalian," ucap Tuan Hernandez sambil mengusap-usap punggung Xavia yang masih menangis di bahunya.

"Xavia, kali ini menurutlah pada Daddy. Menikahlah dengan Sean dan belajarlah untuk menerima dirinya sebagai suamimu. Daddy tidak mungkin membiarkan kamu kehilangan harga diri hari ini. Sean adalah pemuda yang baik. Dia lebih pantas menjadi suamimu daripada pemuda brengsek itu. Kamu mengerti?"

Xavia mengangkat sepasang matanya yang basah. Senyuman Tuan Hernandez menyambutnya.

"Kamu putri kesayangan ku. Daddy tahu mana yang terbaik untukmu," ucap Tuan Hernandez dengan tatapan meyakinkan.

Xavia tidak menjawab. Dia kembali membenamkan wajahnya ke dada sang ayah. Hatinya sedang sangat hancur. Dia tak bisa berpikir apalagi mengambil keputusan.

Haruskah dia menerima Sean dan pernikahan ini?

Entahlah. Rasa sakit dan kecewa di hatinya jauh lebih besar daripada sedih memikirkan masa depannya.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang