Paginya di meja makan. Terlihat Nigel, Deborah dan Molly yang sedang menikmati sarapan mereka. Mata semua orang menoleh pada Sean yang baru datang.
Molly menyipit, mengapa Sean datang seorang diri? Di mana Xavia?
Apakah mereka sedang bertengkar? Bibirnya tersenyum binal saat pandangan Sean tak sengaja menuju padanya."Sean, kenapa kamu datang sendiri? Di mana Xavia? Apakah istrimu itu sudah tak mau menemanimu sarapan?" Deborah yang bertanya. Tatapan penuh selidik ia lontarkan pada pria berpakaian rapi yang baru duduk bergabung dengan mereka di meja makan.
Sean tersenyum tipis. "Xavia belum bangun. Aku pun tak tega membangunkannya," jawabnya agak sungkan. Diraihnya tisue dan garpu yang disodorkan oleh Mia. Si pelayan mengulum senyum melihat ekspresi Sean pagi ini.
"Apa? Belum bangun?! Apakah seperti itu kelakuannnya di rumah mertua? Harusnya Xavia sudah bangun pagi-pagi dan mengurus semua kebutuhanmu. Dasar istri pemalas," ucap Deborah dengan wajah sinis.
"Hei, kenapa bicara seperti itu tentang Xavia? Mungkin dia kelelahan karena mengurus ibunya yang sedang sakit."
Nigel yang tidak suka pada ucapan Deborah buru-buru menyela. Kemudian ia menatap pada Sean.
"Biarkan saja Xavia beristirahat. Kamu pun tak boleh sering-sering membuatnya kelelahan," lanjutnya lalu tersenyum tipis dan melanjutkan sarapan.
Sean hanya mengangguk sambil tersenyum sipu. Benar kata ayahnya, Xavia mungkin kelelahan karena percintaan panas mereka tadi malam. Astaga, istrinya sangat liar di atas ranjang. Ia benar-benar menyukainya.
Deborah menatap heran akan ekspresi Sean. "Hei, kenapa tersenyum-senyum begitu? Apakah kamu dan Xavia sedang berusaha membuat anak?" tanyanya tidak tanggung-tanggung.
Sean yang sedang mengunyah sarapannya hampir tersedak dibuatnya."Hm, memangnya kenapa jika aku dan Xavia ingin memiliki seorang bayi? Apakah Ibu tak ingin menggendong bayiku nantinya?" timpalnya kemudian.
Deborah membulatkan sepasang matanya yang bulat menjadi semakin bulat.
Sementara Molly sudah kehilangan nafsu makannya mendengar perbincangan konyol mereka. Gadis itu segera bangkit, memasang wajah bosan, lalu melenggang pergi meninggalkan ruang makan.
Deborah memandangi kepergian Molly lalu menatap pada Sean."Kamu sudah membuatnya kecewa. Namun, aku tak akan menolak jika Xavia segera mengandung. Pasti bayi kalian nanti akan sangat lucu." Bibirnya tersenyum pada Sean.
"Ya, itu pasti, karena Sean sangat tampan dan Xavia sangat cantik. Mereka akan memberi kita cucu-cucu yang luar biasa!" Nigel kali ini setuju dengan ucapan istrinya.
Pria itu buru-buru menimpali dengan bersemangat. Tangannya menepuk satu bahu Sean lalu berkata,"Kalau begitu sebaiknya kamu tak usah ke kantor hari ini. Tetaplah berada di kamar bersama istrimu."
Sean hanya tersenyum tipis mendengar ucapan konyol sang ayah. Sementara Deborah hanya tertawa kecil menimpali. Mereka tampak sangat bahagia pagi ini.
Molly yang sedang berdiri di lantai dua menyaksikan semua itu dengan wajah bosan. Sambil melipat kedua tangannya di bawah dada gadis itu mulai berpikir. Sial! Jika sampai Xavia mengandung bayi Sean maka rencananya untuk mendapatkan Sean akan pupus.
Kepalanya menggeleng pusing.
Molly segera memutar tubuhnya meninggalkan tempat itu menuju kamarnya. Apakah ia harus pulang dan melupakan mimpinya untuk mendapatkan Sean?........................................................
Di kamar, Xavia sedang berdiri di depan standing miror. Bibirnya mengulas senyum memandangi siluetnya di depan cermin setinggi dirinya. Sementara tangannya sedang memegang pengering rambut dan handuk hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...