Malam itu di ruang tamu unit apartemen Janied. Terlihat Tuan Caldwell sedang duduk bersama tiga orang pria.
Mereka adalah Arnold, Duncan dan satu orang pria yang tampak asing. Rupanya pria itu adalah Diego, salah satu kolega Tuan Caldwell.
Terdengar sayup-sayup perbincangan mereka. Apa yang sedang mereka bahas malam-malam begini?
Apakah ada hubungannya dengan Tuan Hernandez?
Mari kita lihat."Ini adalah dokumen asli yang sudah ditanda tangani oleh Tuan Hernandez. Dengan begitu kini semua aset pria itu sudah berpindah tangan pada Anda," tukas Arnold sambil menyodorkan sebuah map berisi dokumen pengalihan saham.
Pria itu cukup cakap. Ia langsung merubah dokumen elektronik yang sudah ditanda tangani oleh Tuan Hernandez menjadi sebuah berkas dokumen resmi.
Dokumen tertulis itu adalah bukti yang kuat jika Tuan Hernandez sudah tidak memiliki wewenang apa pun atas perusahaan dan semua asetnya.
Tuan Caldwell menyambut dokumen yang disodorkan oleh Arnold. Satu per satu berkas itu ia amati dengan teliti. Bibirnya tersenyum puas.
Rupanya tidak sulit untuk membuat pria arogan itu jatuh miskin. Ia sudah tak sabar ingin melihat wajah bodoh Tuan Hernandez saat mengetahui jika semua asetnya kini menjadi milik Group MXV.
"Bravo! Ini benar-benar luar biasa! Akhirnya Group Hernandez bisa digulingkan!" Tuan Caldwell bersorak begitu riang usai mengamati beberapa berkas dokumen di tangannya.
Arnold dan Duncan saling pandang sambil tersenyum tipis. Dua orang pria berdasi itu bak seekor anjing kelaparan yang sedang menunggu tuannya melempar sepotong tulang.
Kapan Tuan Caldwell memberikan bagian mereka? Arnold dan Duncan sudah tak sabar menunggu.
Delapan puluh persen saham Group Hernandez bukanlah jumlah yang sedikit meski dibagi menjadi dua bagian.
Uang itu bahkan bisa menyekolahkan lima orang anak sampai menjadi seorang astronot. Angka yang sangat besar. Entah berapa nol nya, mereka bahkan tak bisa menghitungnya.
"Tuan Diego, sekarang dokumen yang satu ini aku serahkan pada Anda. Kantor pusat Group Hernandez kini menjadi milik Lucas Company. Anda sudah menerima tawaran harga dariku, bukan? Segera kirim uangnya malam ini juga," tukas Tuan Caldwell. Bibirnya menyeringai pada pria berjas hitam di sampingnya.
"Ya, aku sudah setuju dengan harganya. Malam ini juga Anda akan menerima uangnya. Namun, apakah esok pagi aku sudah boleh datang ke kantor itu? Bokongku sudah gatal ingin menduduki kursi Tuan Hernandez. Pasti pria itu akan jantungan melihatku berada di ruangannya." Pria bernama lengkap Diego M.C Lucas itu tersenyum miring.
Sekilas ingatannya dua tahun yang lalu. Saat itu dirinya datang ke kantor pusat Group Hernandez.
Diego berniat untuk mengajak Tuan Hernandez bekerjasama dengan perusahaannya yang saat itu sedang hampir bangkrut. Namun, pria itu menolaknya.
Hal itu membuat Diego sangat murka. Rencananya untuk menaklukan dan mengelabui Tuan Hernandez akhirnya kandas. Bersungut-sungut pria itu memaki Tuan Hernandez dan bersumpah akan membalasnya suatu hari nanti.
Tak dirinya duga, kesempatan itu akhirnya datang padanya. Tuan Caldwell yang juga sedang sakit hati pada Tuan Hernandez tiba-tiba memberinya sebuah tawaran.
Tak ada angin apalagi hujan, Tuan Caldwell menawarkan kantor pusat Group Hernandez pada Diego. Tentu saja pria itu langsung menerimanya.
Ia membeli kantor elit itu dengan harga yang ditawarkan oleh Tuan Caldwell. Kini kantor pusat Group Hernandez adalah miliknya.
"Tentu saja Anda boleh datang ke kantor itu, karena kini kantor pusat Group Hernandez adalah milik Anda," jawab Tuan Caldwell. Bibirnya mengulas senyum usai bicara.
Sama seperti Diego, dirinya pun sudah tak sabar ingin melihat wajah Tuan Hernandez saat melihat Diego yang menduduki kursinya sebagai presdir.
"Baiklah! Ayo kita rayakan kehancuran Group Hernandez!"
Tuan Caldwell mengajak semua orang mengangkat gelasnya. Mereka bersulang untuk merayakan rencananya yang sudah berjalan dengan mulus.
Arnold dan Duncan ikut mengangkat gelasnya. Namun, hati mereka merasa gelisah. Kapan Tuan Caldwell memberikan bagiannya?
Apakah jangan-jangan pria tua itu hanya memanfaatkan mereka saja?
.........................................................
Pukul dua belas malam.
Xavia terjaga dari tidurnya. Matanya menyipit saat menoleh pada kasur di sampingnya yang kosong. Ke mana ibunya? Apakah ke kamar mandi?
Dikucak mata yang masih mengantuk itu. Xavia segera beringsut dari ranjang di kamar ibunya. Ia segera berjalan mencari Nyonya Hernandez.
"Mom, apakah kamu di dalam? Mom ..." Xavia mengetuk pintu kaca kamar mandi.
Malam ini ia tidur di kamar ibunya karena sang ibu mengeluh sakit setelah makan malam. Terlebih dirinya pun sangat mencemaskan Nyonya Hernandez.
Sakit ginjal ibunya sudah semakin parah. Padahal Nyonya Hernandez rutin melakukan cuci darah setiap pekan. Transplantasi ginjal sangat ia butuhkan. Namun, sampai saat ini pihak rumah sakit belum mendapatkan ginjal yang cocok untuknya.
"Mom!"
Xavia menjerit setelah mendorong pintu kamar mandi.
Dilihatnya Nyonya Hernandez terkapar di lantai tak sadarkan diri. Xavia buru-buru menghampiri, memanggku kepala sang ibu sambil berusaha membangunkannya dari pingsan.
"Mom!" Xavia menangis histeris melihat ibunya diam saja.
Tak lama kemudian Sean dan Tuan Hernandez datang. Mereka dibuat terkejut melihat Xavia yang sedang menangis sambil mendekap Nyonya Hernandez di pangkuannya.
Tuan Hernandez segera meraih tubuh istrinya ke dada. Pria itu segera melangkah pergi meninggalkan kamar mandi. Xavia dan Sean menyusulnya dengan wajah panik.
Malam itu juga Nyonya Hernandez dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya sangat parah. Dokter Louis segera mengambil tindakan.
"Jangan cemas, semuanya pasti akan baik-baik saja."
Sean mengusap pucuk kepala Xavia yang sedang bersandar di bahunya sambil menangis. Mereka sedang duduk pada bangku panjang di depan ruang ICU.
Tuan Hernandez hanya berdiri bersisian dengan Nigel. Wajahnya tampak pias karena mencemaskan istrinya.
Nyonya Hernandez tidak sadarkan diri setelah buang air kecil di kamar mandi. Kondisinya sedang kritis saat ini. Pria itu terus berdoa dalam hati untuk kesembuhan istrinya.
"Louis, bagaimana kondisi Maria?"
Tuan Hernandez buru-buru menghadang Dokter Louis saat pria itu keluar dari ruang ICU bersama satu orang perawat.
Xavia dan Sean segera bangkit dari kursi. Mereka langsung menghampiri Dokter Louis yang sedang bicara pada Tuan Hernandez dan Nigel.
"Kondisi Nyonya Hernandez sangat rentan saat ini. Ia harus segera mendapatkan transplantasi ginjal. Namun, aku sangat menyesal karena sampai saat ini belum ada ginjal yang cocok untuknya." Dokter Louis menggeleng penuh sesal.
Tuan Hernandez menghela napas lesu, lalu berpaling sambil mengusap wajahnya. Bagaimana ini?
Kenapa tidak ada ginjal yang cocok untuk istrinya?Apakah ia harus membawa Nyonya Hernandez ke luar negeri untuk berobat?
Kepalanya sangat pusing saat ini. Ia menoleh saat tangan hangat Xavia menyentuh bahunya. Tubuhnya memutar. Xavia membenamkan wajahnya ke bahu Tuan Hernandez. Ia menangis sejadinya dalam dekapan sang ayah.
Sean hanya memasang wajah sedih melihat istrinya menangis begitu pilu. Namun, tak ada yang bisa dirinya perbuat saat ini.
Ia hanya berdoa agar Nyonya Hernandez segera mendapatkan ginjal yang cocok. Ibu mertuanya akan kembali pulih setelah di operasi. Begitu yang dikatakan oleh Dokter Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...