Paginya saat Xavia terjaga. Wanita itu dibuat terkejut mendapati kasur di sampingnya yang sudah kosong. Apakah Sean sudah berangkat ke kantor?
Tidak mungkin. Bahkan ini hari libur. Harusnya mereka masih memiliki waktu untuk bermain karena jarum jam baru menunjuk ke angka lima.
Indra penciumannya menangkap wangi parfum Sean dari arah ruang ganti. Aroma maskulin itu begitu harum dan bisa menggetarkan hati para wanita.
Xavia sedikit lega. Rupanya Sean berada di ruang ganti?
Bergegas, wanita itu beringsut dari ranjang luas di sana yang tampak kusut.Langkah kecil tanpa alas kaki tiba di ruangan yang dipenuhi banyak lemari dan cermin. Bibir kemerahan itu mengulas senyum melihat Sean tampak berdiri di depan standing mirror. Pria itu sedang mematut penampilannya.
Sean sedikit terkejut merasakan dua bongkahan hangat yang menyentuh di punggung. Juga jari-jemari nakal yang melingkar di sekitar perutnya yang sixpack.
Bibirnya mengulas senyum. Xavia sangat pandai membuat hatinya bergetar dan tak ingin pergi ke mana pun. Ingin terus bergelung dalam selimut bersama mengarungi kenikmatan yang bergelora.
Namun, dirinya harus pergi pagi ini juga ke San Milates. Leah masih hidup, ia tak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini.
Sean segera memutar tubuh menghadap pada wanita cantik di belakangnya. Senyum manis Xavia menyambutnya. Wanita itu sangat cantik meski baru bangun tidur.
Sean segera mendekatkan wajah dan meraih secawan ciuman akan bibir sang istri."Aku akan pergi ke San Milates untuk urusan kantor. Mungkin cukup lama karena banyak hal yang harus dikerjakan di sana," ucap Sean menyembunyikan kebenaran pada Xavia. Ia tak ingin mengatakan jika Leah mengirim surel padanya. Bahkan memintanya untuk datang.
Xavia tersenyum tipis mendengarnya. Diraih kancing kemeja putih Sean, ia membantu suaminya untuk bersiap-siap.
"Kamu sangat sibuk. Padahal ini hari libur dan anak-anak sedang pergi liburan. Aku ingin bersamamu di kamar ini sepanjang hari," ucapnya dengan wajah yang berangsur murung.
"Aku minta maaf. Aku harus pergi. Daniel sedang sibuk di kantor cabang, aku hanya pergi dengan Jack dan para bodyguard. Aku akan berusaha kembali dengan cepat. Jangan sedih," ucap Sean dengan tatapan sendu pada wanita di depannya. Diraih jemari Xavia. Ia mengecupnya penuh cinta.
Xavia berusaha tersenyum. "Pergilah, aku akan menunggumu kembali."
"Aku sangat mencintaimu, Xavia. Percayalah padaku, Sayang." Sean mulai merayu. Dibelai wajah cantik bak boneka barbie di depannya. Dikecup bibir ranum itu penuh gairah.
Xavia hanya tersenyum memandangi punggung Sean menjauh darinya. Pria itu pergi dengan tergesa-gesa. Entah apa yang membuatnya pergi, meninggalkan dirinya seorang diri di mansion megah ini.
Dihela napas dalam-dalam oleh Xavia. Suaminya pernah makan di luar dan apakah Sean tidak akan mengulanginya lagi?
Xavia menggelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikiran buruk tentang suaminya. Harusnya ia melupakan semua itu, tapi kenapa teramat sulit? Dadanya terasa sesak tiba-tiba. Ia butuh air putih dan istirahat.
...................................................
Sean melangkah cepat menuju mobilnya di pelataran mansion. Jack dan beberapa bodyguard mengekor di belakang. Mereka segera memasuki mobil dan berlalu.
Sepanjang perjalanan Sean terus memikirkan Xavia. Apakah ini perbuatan dosa? Ia sudah membohongi istrinya ya Tuhan ...
Diusap kasar wajah itu, ia terpaksa melakukannya demi Xavia."Presdir, paspor untuk ke San Milates sudah diurus. Jet pribadi Anda sudah menunggu. Anda bisa berangkat sekarang." Jack bicara pada Sean setibanya mereka di bandara internasional San Mitero.
"Bagaimana dengan dokter ahli bedah yang ku pesan? Apakah kamu sudah menghubungi mereka?" Sean berbalik tanya sambil berjalan bersisian dengan Jack.
"Sudah, Presdir. Mereka akan menyiapkan semuanya. Pihak rumah sakit di San Milates pun sudah setuju. Semuanya akan berjalan sesuai rencana Anda." Jack menjawab dengan tegas.
Sean mengangguk. "Bagus."
Jet pribadi segera melesat terbang meninggalkan bandara San Mitero. Sean kembali teringat pada Xavia saat duduk seorang diri di dalam pesawat. Xavia pasti sangat sedih karena dirinya pergi.
Benar, ini hari libur dan anak-anak sedang liburan di pusat kota. Empat tahun mereka lewati dengan hampa. Harusnya saat ini mereka habiskan waktu untuk bersama dan memulai romantisme yang sempat tertunda.
Pukul enam sore akhirnya jet pribadi yang membawa Sean mendarat di bandara San Milates. Jack dan para bodyguard segera mengawal Sean meninggalkan bandara. Mereka memasuki mobil dan menuju sebuah hotel bintang lima.
Hotel Dakota, tempat yang diminta oleh Leah untuk Sean menemuinya. Di hotel itu akan diadakan pesta topeng pukul delapan malam nanti. Masih ada waktu dua jam lagi bagi Sean untuk bersiap-siap.
"Presdir, kami akan berjaga-jaga. Anda bisa menikmati pestanya sebelum membawa wanita itu ke kamar Anda." Jack bicara setengah berbisik pada Sean saat keduanya tiba di sebuah kamar VVIP di Hotel Dakota.
"Jack, tolong jaga rahasia ini baik-baik. Jangan sampai ada yang mengetahuinya." Sean menepuk satu bahu Jack. Ia menatapnya serius.
"Saya akan menjaga rahasia ini sampai mati, Presdir. Anda tak perlu cemas." Jack membalas dengan sungguh.
Sean mengangguk, lalu mengibaskan tangan pada Jack. Pria berpakaian formal itu segera membungkuk dan bergegas meninggalkan kamar.
Sean berjalan menuju sofa panjang di sana. Duduk sambil meloloskan jas hitam yang melekat di tubuh. Diraih ponsel pintar yang tergeletak di meja. Xavia, ia ingin menghubungi istrinya.
["Sean, kenapa baru menghubungi? Apakah kamu sudah tiba di hotel? Seperti apa fasilitas hotelnya? Apakah banyak pelayan wanita yang 'begitu' di sana?"]
Sean tertawa kecil mendengar suara istrinya yang begitu antusias. Xavia langsung melontarkan banyak pertanyaan setelah panggilan tersambung. Suaranya yang merajuk ... ia sangat menyukainya.
"Aku baik-baik saja, maaf baru sempat menghuhungi. Ya, aku sudah tiba di hotel, dan tak ada pelayan yang 'begitu' di sini. Kamu bisa tanyakan pada Jack jika ragu padaku."
["Oh, begitukah? Lalu, kapan kamu akan kembali? Jose dan Emily terus menanyakan Daddy nya! Mereka sangat rewel setelah fasih berbicara."]
Sean kembali tertawa mendengarnya. "Astaga, aku baru saja tiba dan kamu sudah menanyakan kapan aku akan kembali? Hm, mungkin sekitar sepuluh hari, itu waktu yang paling cepat."
["Lama sekali!"]
"Maaf, tapi aku akan selalu menghubungimu." Sean buru-buru menyela karena mendengar istrinya yang marah.
["Janji?"]
"Ya, aku janji."
["Baiklah, selamat malam. Aku mencintaimu."]
"Aku lebih dari itu. Sangat mencintaimu, Xavia. Juga anak-anak. Kalian harta berharga yang kumiliki."
Sean tersenyum tipis dan segera menutup panggilan setelah terputus. Pria itu termenung. Ia merasa sangat berdosa karena telah membohongi Xavia.
"Permisi, Tuan. Pesta akan segera dimulai. Silakan bersiap dan segeralah turun ke ballroom."
Seorang pelayan pria memasuki kamar Sean. Si pelayan membawakan stelan tuxedo mahal yang dipesan olehnya.
"Baik, terima kasih." Sean segera bangkit.
Pesta topeng akan segera dimulai. Sudah saatnya permainan pun dirinya mulai.
Dipandangi stelan tuxedo yang berada di tepi ranjang. Bibirnya tersenyum miring. Leah pasti akan senang melihatnya datang. Namun, wanita itu akan sangat terkejut dengan apa yang akan dirinya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...