Chapter 35 - Pengakuan Sean

161 7 0
                                    

Paginya saat Xavia terjaga dari mimpi-mimpi. Ia merasakan dekapan hangat melingkupi seluruh tubuh, membuatnya enggan membuka mata menyambut pagi yang dingin ini. Namun, suara lenguhan pelan seorang pria membuatnya sangat terkejut. Ia segera membuka matanya.

Tangan seorang pria melingkar di perutnya. Sementara tubuh mereka merapat begitu intim. Xavia tersentak. Siapa pria yang sedang memeluknya dalam selimut ini? Wajahnya terangkat ingin menggapai wajah pria itu. Iris hijau terang itu membulat penuh.

Sean?

Xavia segera beranjak dan menjauh dari pria itu. Dipandanginya wajah Sean yang masih terlelap.

Apa yang sudah terjadi?

Kenapa Sean tidur di ranjangnya?

Xavia menggaruk kulit kepala sambil berpikir.

Astaga! Kenapa dia lupa jika semalam Sean menemaninya. Bahkan pemuda itu membantunya minum obat. Bibir kemerahan itu mengulas senyum tipis. Ternyata Sean tipe suami yang perhatian juga. Xavia kembali mendekat pada pemuda berkemeja putih yang masih terlelap di sampingnya.

Dengan perlahan, ia membelai wajah Sean sambil memandang kagum. Pria ini yang sudah menikahinya. Apa pantas sikapnya selama ini yang begitu kaku dan canggung? Sepertinya sudah saatnya ia dan Sean mengarungi bahtera pernikahan yang sesungguhnya.

Senyum itu segera padam saat tiba-tiba Sean membuka matanya. Xavia sangat terkejut dan ingin bersembunyi. Namun, Sean tidak memberinya kesempatan. Pemuda itu mencekal lengan Xavia, lalu menariknya sampai gadis itu jatuh ke atas tubuhnya.

Baik Xavia mau pun Sean, keduanya tak ada yang berkata. Hanya diam dan terpaku pada pesona satu dan lainnya. Mata mereka saling berbagi pandangan dengan jantungnya yang berdebar-debar dan perasaan tak karuan.

"Apa kamu sudah baik-baik saja?" tanya Sean mencairkan suasana hening yang mendera seisi kamar.

"Aku sudah baik-baik saja. Jangan cemas," jawab Xavia. Pipinya bersemu merah. Ia segera memalingkan wajah dari tatapan intim pemuda di bawahnya.

"Aku lega mendengarnya." Sean bicara lagi. Tatapannya masih sama pada Xavia. Intim.

"Iya, tapi tolong lepaskan tanganku," pinta Xavia. Jantungnya hampir meledak karena tatapan Sean padanya.

Apa yang sedang suaminya pandangi? Apakah dua bongkahan besar di bagian depan tubuhnya yang tidak tertutup sempurna ini?

Xavia ingin sekali merapatkan bagian depan gaun tidurnya yang terbuka, tapi Sean tidak memberinya kesempatan. Sampai saat Sean mendekatkan wajah padanya. Xavia menatapnya penuh curiga.

"Sean, kamu mau apa?" tanya Xavia dengan wajah polos. Ia sedikit gemetaran saat pemuda itu mencondongkan wajah padanya.

"Tak ada," jawab Sean acuh.
Pemuda itu segera melepaskan tangan Xavia, lantas beringsut dari ranjang tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Fuuuh ...

Xavia menghela napas panjang. Sean, dia sangat berbeda pagi ini. Caranya menatap tadi benar-benar membuat jantungnya hampir copot. Huh, ada apa dengan pemuda itu? Xavia menggelengkan kepala dan segera beringsut dari ranjang.

Tubuhnya terasa lebih baik setelah minum obat dan beristirahat. Sean sudah menjaganya semalaman. Pemuda itu sangat perduli dan baik padanya. Xavia tersenyum dengan pipinya yang bersemu merah. Perasaan apa ini? Kenapa ia merasa mulai nyaman berada di samping Sean.

*

Sean sedang bersiap-siap di kamarnya. Tuan Hernandez akan mengajaknya ke kantor pagi ini. Kemeja putih yang licin dipadukan celana kain warna hitam sudah membalut tubuh tinggi pemuda itu.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang