Chapter 150 - Masa Lalu Leah

77 3 0
                                    

Pagi itu Xavia memutuskan untuk kembali ke San Mitero. Rasa kecewanya pada Sean membuatnya ingin pergi dan menyendiri lebih dulu di mansion orang tuanya. Xavia pergi membawa dua anaknya, juga Angela yang selalu setia padanya.

"Xavia, izinkan aku mengantarmu sampai ke San Mitero." Sean menghadang istrinya yang sedang berjalan menuju mobil di garasi sambil menggendong Emily.

Xavia menghentikan langkahnya lalu menatap dinding pada Sean."Biarkan aku pergi. Tolong, aku membutuhkan waktu tanpa dirimu."

"Xavia, aku tak bisa jauh darimu dan anak-anak. Kumohon ..."

Sean memasang wajah memelas. Diusapnya rambut kecokelatan Emily yang juga tampak bingung melihat kedua orang tuanya.

Xavia menggeleng. "Tidak untuk kali ini," ucapnya lantas melanjutkan langkahnya menuju mobil BMW hitam yang sudah menunggunya di pelataran mansion.

Sean hanya terdiam mematung memandangi mobil itu melaju membawa Xavia dan anak-anaknya. Mungkin Xavia membutuhkan waktu untuk sendiri. Namun, dirinya sangat takut jika istrinya mengambil keputusan untuk berpisah.

Deborah yang sudah memperhatikan Sean dan Xavia dari teras segera mendekat. Dirangkul bahu sang putra lalu menatapnya sedih. Sean hanya mengangguk pelan, meyakinkan ibunya jika semuanya akan baik-baik saja.

"Maaf, Presdir. Pihak kepolisian menelepon. Mereka menemukan mobil Nyonya Muda di tepi jalan perbukitan. Sekarang mereka sedang berada di sana."

Seorang bodyguard tiba-tiba menyampaikan berita pada Sean pasal mobil sport yang ditinggalkan Leah di jalan.

"Mobil Nyonya Muda?" Sean sedikit terkejut, lantas menoleh pada ibunya.

"Sepertinya Leah yang meninggalkan mobil itu di sana. Aku sempat melihatnya mencuri banyak uang dari lemari," jawab Deborah sambil menatap dalam pada Sean.

Pandangan Sean kembali pada si bodyguard. "Ambil mobil itu dan bawa kembali. Kemudian cari wanita bernama Leah yang memiliki wajah serupa dengan Nyonya Muda, kalian paham?" perintahnya.

"Baik, Presdir!"

Dua orang bodyguard itu segera melesat pergi untuk menjalankan perintah bosnya.

Deborah mengusap dada bidang Sean sambil tersenyum pahit. Ia berharap segala masalah segera berakhir. Leah segera ditangkap oleh pihak kepolisian dan Xavia kembali pada Sean.

Ia sangat mencemaskan Xavia dan juga cucunya. Namun, sebagai seorang wanita Deborah mengerti perasaan Xavia saat ini. Wanita mana yang bisa terima jika suaminya telah tidur dengan wanita lain.

"Presdir, apakah kamu sudah melihat berita pagi ini?"

Daniel tiba-tiba datang dengan tergopoh-gopoh. Sean dan Deborah saling pandang melihat ekspresi panik pria itu.

"Berita pagi ini? Aku bahkan belum menyalakan ponselku," jawab Sean.

Dari semalam dirinya didera gelisah, terutama setelah bertengkar dengan Xavia. Bahkan mereka tidur di kamar yang berbeda, dan sekarang istrinya telah pergi. Mana sempat ia melihat berita. Hidupnya pun sedang sangat berantakkan saat ini.

Daniel menarik napas lalu berkata, "Presdir, telah terjadi pembunuhan sadis di villa yang berada di perbukitan. Kamu tahu siapa korbannya? Dia Tuan Muda Caldwell!"

Sean sangat terkejut mendengarnya. "Apa? Maksudmu Janied? Bukankah pria itu sudah tewas beberapa bulan yang lalu?"

"Tidak, dia belum tewas hanya hilang di perairan Salvador. Namun, yang aku herankan, wajahnya berbeda kali ini. Sepertinya dia sudah merubah wajahnya. Akan tetapi, dari segala keterangan yang ditemukan oleh pihak kepolisian dia adalah Janied," ringkas Daniel dengan wajah meyakinkan.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang