Chapter 111 - Fatamorgana

82 4 0
                                    

Malam itu Xavia berjalan setengah berlari menuju ruang rawat di mana Nyonya Hernandez berada. Satu jam yang lalu pihak rumah sakit menelepon dan memintanya segera datang ke rumah sakit.

Ia datang seorang diri. Deborah dan Nigel sedang berada di Salvador Timur saat ini untuk suatu urusan. Sementara Sean? Bahkan pria itu tak pernah menanyakan kondisi ibunya sekali pun.

Setibanya di ruang rawat ibunya, seorang perawat memintanya untuk menemui Dokter Leo yang menangani Nyonya Hernandez. Xavia mengangguk dan segera menemui Dokter Leo di ruangannya.

"Nona Xavia, kondisi ibu Anda sudah sangat buruk. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan transplantasi ginjal. Kebetulan pihak rumah sakit baru saja diberi kabar oleh pihak rumah sakit di San Federo. Mereka akan mengirim ginjal untuk Nyonya Hernandez. Semoga ginjal itu cocok untuknya."

Xavia sangat berbinar mendengar ucapan Dokter Leo."Apakah ibuku bisa segera di operasi?" tanyanya dengan antusias.

"Bisa. Namun ..." Dokter Leo tampak sungkan untuk meneruskan ucapannya.

Xavia mengernyitkan dahi. "Namun?"

Dokter Leo menantap gadis di depannya."Namun biaya untuk transplantasi ginjal teramat mahal."

Xavia mematung di tempat beberapa saat. Ia menelan ludah lantas bersandar lesu pada sandaran bangku yang dirinya duduki. Biaya?

Dari mana ia bisa mendapatkan biaya untuk ibunya melakukan transplantasi ginjal?
Sean, hanya pria itu yang bisa membantunya.

"Dokter, berapa biaya yang harus kubayar untuk operasinya?" tanya Xavia pada pria yang duduk di depannya.

"Untuk transplantasi ginjal Anda harus membayar sekitar dua puluh juta dolar. Uang itu harus tiba di meja bagian administrasi sebelum operasi dilakukan," jawab Dokter Leo apa adanya.

Xavia kembali terdiam, berpikir, apakah Sean mau membantunya? Sementara sudah sepuluh hari mereka tak saling bicara. Bahkan Sean selalu membuang wajah saat melihatnya. Bagaimana mungkin ia bisa meminta tolong pada pria itu?

"Bagaimana, Nona Xavia? Semua keputusan ada di tangan Anda. Operasi akan segera kami lakukan setelah Anda melunasi administrasinya," tukas Dokter Leo membuyarkan lamunan Xavia.

"Baik, Dokter. Saya akan menyiapkan uangnya." Xavia tampak meyakinkan. Gadis itu segera bangkit meninggalkan ruangan Dokter Leo. Kepalanya pusing bukan kepalang. Apakah ia harus menemui Sean sekarang?

"Xavia, aku tak ingin di operasi. Kurasa operasi itu akan sia-sia saja. Aku akan tetap mati," tukas Nyonya Hernandez saat Xavia menemuinya di ruang rawat. Dipandangi wajah sang putri yang tampak letih.

"Mom, kamu harus kembali pulih. Aku ingin kamu melihat bayiku nantinya." Xavia langsung menutup mulutnya usai bicara. Astaga, kenapa ia berkata seperti itu pada ibunya? Sejauh ini belum ada yang mengetahui jika dirinya sedang mengandung.

Tadinya Xavia ingin Sean menjadi orang pertama yang mengetahuinya. Namun hubungan mereka sangat buruk saat ini. Ia bahkan tak diberi wajah oleh Sean untuk memberitahunya. Pria itu suami yang kejam. Bahkan Sean bermesraan dengan Molly.

"Apa? Apakah kamu sedang mengandung saat ini?" Nyonya Hernandez sangat terkejut sekaligus senang mendengarnya. Dengan sisa tenaga ia ingin bangkit.

Xavia buru-buru membantunya duduk bersandar.

"Ya, aku sedang mengandung. Usianya baru empat belas hari," jawab Xavia tersipu.

Nyonya Hernandez tersenyum senang. Lantas diraihnya jemari Xavia. Ia menatapnya dalam-dalam.
"Aku sangat senang mendengarnya. Bagaimana dengan Sean? Apakah dia sudah tahu kabar baik ini?"

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang