Chapter 167 - Jangan Bawa Putraku

56 3 0
                                    

Malam sudah hampir berakhir. Sean dan para polisi sedang sibuk mencari keberadaan Xavia. Di ruangan tertutup, Daniel dan Sean memantau dua orang peretas yang sedang melacak keberaan Xavia.

Sementara Deborah dan Nigel sedang sangat panik karena belum ada kabar dari pihak kepolisian tentang Xavia.

"Presdir, pihak rumah sakit menelepon jika sopir Nyonya Muda sudah sadar." Jack menghampiri Sean dengan tergesa-gesa.

Pria dengan stelan jas hitam bermerek menoleh langsung ke arah bodyguard itu. "Benarkah?"

"Benar, Presdir." Jack menjawab disertai anggukan cepat.

Sean dan Daniel saling pandang sesaat. Mereka segera bergegas meninggalkan ruangan itu.

Sopir Xavia sedang kritis di rumah sakit. Empat tusukkan melukai perutnya. Orang-orang menemukan sopir itu di semak-semak taman. Mereka segera melarikannya ke rumah sakit.

"Kondisinya sangat lemah, sepertinya dia tak punya banyak waktu lagi," ucap dokter wanita yang menangani sopir Xavia. Dia bicara pada Sean saat pria itu menemuinya di ruang ICU di mana sopir Xavia berada.

Sean segera menerobos masuk ke ruangan dingin itu. Dilihatnya seorang pria yang sedang terbaring lemah di atas ranjang pasien.

Selang oksigen menutupi hidung dan mulutnya. Sementara layar monitor Electrodiogram masih menunjukkan garis bergelombang. Syukurlah, sopir itu masih hidup. Sean bergegas menghampiri.

"Pak, apa yang terjadi di taman? Siapa yang melakukan semua ini? Siapa yang sudah menculik Xavia dan anak-anakku?" tanya Sean seraya berdiri di samping ranjang pasien. Matanya menatap tegas pada pria yang terbaring di sana.

Manik kecokelatan pria itu memutar lemah ke arah Sean. Mulutnya tergugu kesulitan untuk bicara. Napasnya terengah-engah, dan tubuhnya mengejang seketika.

Sean dibuat sangat panik. Dia bergegas memanggil dokter. Matanya membulat penuh melihat pria itu sedang sekarat.

Dokter dan dua orang perawat berlarian memasuki ruangan ICU di mana Sean berada. Mereka bergegas melakukan tindakan darurat pada pasien di dalam sana. Alat perangsang jantung mulai dipungsikan, tapi pasien tidak merespons.

"Maaf, Presdir. Pasien sudah tiada." Dokter wanita itu menoleh ke arah Sean. Kepalanya menggeleng tampak menyesal.

"Apa?"

Sean hampir tak percaya. Matanya menoleh ke arah pasien yang masih terbaring di atas ranjang. Sopir itu sudah tewas? Lalu, bagaimana caranya dia melacak di mana Xavia dan anak-anaknya berada?

"Pulangkan jenazah sopir itu pada keluarganya. Berikan cek yang sudah aku tanda tangani. Urus semuanya," ucap Sean seraya berdiri di tepi garis jendela ruangan kerjanya. Matanya menatap lurus ke depan dengan kedua tangan dimasukkan ke masing-masing saku denimnya.

Daniel yang berdiri di belakang punggung Sean segera mengangguk."Aku paham perasaanmu sekarang. Kuharap Xavia dan anak-anak segera ditemukan," ucapnya lirih.

Sean menarik napas panjang seolah ada sesuatu yang mengikat lehernya, sesak. Matanya dibuka setelah terpejam sesaat.

"Aku tahu ini pasti kerjaan Leah. Entah di mana wanita gila itu menyekap Xavia dan anak-anakku," ucapnya lalu memutar tubuh sampai menghadap pada Daniel.

"Cepat urus sopir itu, kemudian hubungi organisasi khusus untuk mencari Xavia," lanjutnya dengan tatapan tegas.

"Baik, Presdir. Aku akan segera kembali." Daniel sedikit membungkukkan tubuh, kemudian mundur dari hadapan Sean.
Manik kebiruan Sean memutar mengikuti langkah Daniel menuju pintu keluar ruangan itu.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang