Langkah kecil Deborah mengikuti sepasang heels putih Nyonya Hernandez yang terayun menuju kamar.
Apa gerangan yang akan wanita itu perintahkan padanya?
Kenapa Nyonya Hernandez mengajaknya memasuki kamar? Deborah menghentikan langkahnya setiba di dalam.
Sepasang mata memperhatikan apa yang sedang Nyonya Hernandez lakukan. Wanita itu berdiri di depan lemari besar dari kayu di sana. Sebuah kotak bludru biru tua ukuran besar diambilnya dari dalam lemari.
Deborah masih terdiam saat Nyonya Hernandez meletakkan kotak bludru biru tua itu di atas meja.
Bokongnya mendarat pada sofa empuk di sana. Sepasang manik kebiruan itu kini terangkat ke wanita berseragam pelayan yang berdiri di hadapannya.
"Kemari kamu."
Nyonya Hernandez memainkan telunjuknya memanggil Deborah mendekat. Ia menaikan sudut bibirnya saat pelayan wanita itu bersimpuh di seberang meja.
"Kamu lihat ini? Semua perhiasan ini adalah koleski keluarga Hernandez. Perhiasan ini milik nenek moyang keluarga ini. Hm, Xavia akan segera menikah. Sudah menjadi tradisi di keluarga kami, jika mempelai wanita harus mengenakan semua perhiasan ini. Sekarang aku ingin kamu membersihkan semua perhiasan ini, kamu mengerti?"
Deborah hanya mengangguk saat tatapan Nyonya Hernandez menuju padanya.
Ia bisa bernapas lega. Ternyata Nyonya Hernandez hanya memintanya membersihkan perhiasan, bukan memberi hukuman seperti yang dirinya bayangkan.
Sepertinya wanita itu tidak mendengar perbincangannya dengan Nigel di taman tadi.
"Deborah, semua perhiasan ini sudah ku hitung dan ku hafal dengan baik. Meski jumlahnya sangat banyak, tapi aku akan tahu jika salah satu dari perhiasan ini hilang. Jadi, jangan terpesona melihat perhiasan ini, apalagi berencana untuk mencurinya. Kamu paham?" Nyonya Hernandez menatap tajam pada Deborah.
Deborah mengangguk."Saya paham, Nyonya."
"Bagus. Lakukan sekarang juga.
Aku masih ada urusan."Nyonya Hernandez segera bangkit dari sofa. Ia menoleh satu kali pada Deborah yang sudah mulai membersihkan perhiasan di meja.
Sudut bibirnya melengkung penuh misteri. Sepasang heels warna putih itu segera terayun meninggalkan kamar.
Deborah yang penurut mulai membersihkan satu per satu perhiasan yang berada di dalam kotak bludru biru tua di hadapannya.
Sambil bersimpuh di depan meja,
ia membersihkan semua perhiasan itu dengan telaten.Ada banyak perhiasan di kotak bludru itu. Terdiri dari beberapa kalung berlian, cincin, gelang sampai anting-anting. Sudah pasti harganya sangat mahal bila dijual.
Deborah begitu hati-hati membersihkannya. Dan saat sedang fokus Deborah, tiba-tiba saja Mirae datang menghampiri.
"Wah, ada banyak sekali perhiasan di sini! Semuanya sangat indah dan berkelas!"
Dengan lancang tangan Mirae menyambar satu kalung berlian ukuran besar dari kotak bludru di atas meja.
Deborah buru-buru menoleh pada wanita berseragam pelayan yang sedang berdiri di sampingnya.
"Mirae, letakkan kembali kalung itu! Lancang bagimu menyentuh perhiasan Nyonya Hernandez!"
Manik kecokelatan Mirae memutar bosan mendengar ucapan Deborah.
"Aku hanya melihatnya saja. Pelit sekali! Lagi pula ini bukan perhiasanmu, kan?"
Mirae tersenyum jengah pada Deborah, lalu kembali memandangi kalung berlian dalam genggamnya. Kalung berlian dengan liontin bentuk hati itu sepertinya sangat mahal bila dijual, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...