"Xavia, ayo kita membuat bayi."
Sean berbisik pada gadis yang berada di bawah kendalinya saat ini. Pinggang kekar itu bergerak bebas dan terus mendesak. Berjuta kenikmatan dirinya rasakan dari penyatuan itu.
"Sean, ahh! Pelan-pelan! Kamu ini ..."
Xavia tidak lagi bisa berontak saat Sean mulai memasukinya. Namun, tak seperti saat mereka melakukannya di Salvador. Kali ini terasa begitu nikmat dan membuatnya merasa melayang-layang.
"Apakah masih sakit?" tanya Sean cemas. Ia menghentikan gerakan intim itu sesaat.
Xavia menggelengkan kepala. "Hm, lanjutkan saja tapi pelan-pelan." Ia sudah tidak malu lagi bicara begitu pada suaminya.
Sean hanya tersenyum gemas mendengarnya. "Baiklah, kurasa aku ingin dua bayi kembar darimu, Sayang."
Pria itu mengeram dan kembali melanjutkan permainan. Desahan Xavia membuatnya semakin menggila.
"Aku tidak mau bayi laki-laki. Aku mau bayi perempuan saja. Ah, Sean!" ucap Xavia. Kemudian ia berdesah keras karena Sean semakin gencar menghentak.
Tangannya mencengkeram ujung bantal yang menopang kepalanya. Kenikmatan itu membuatnya tak tahan.
"Aku ingin dua bayi laki-laki dan dua bayi perempuan. Mereka pasti sangat lucu. Bagaimana menurutmu?"
Sean menyeringai usai menanam benihnya ke pusat tubuh Xavia. Napasnya masih memburu dalam gairah yang bergetar. Ia ingin mengulang kenikmatan itu lagi. Bahkan untuk beberapa kali.
"Apa katamu?"
Xavia membulatkan sepasang matanya pada Sean. Empat bayi kembar? Ia ingin pingsan saja mendengar permintaan suaminya yang konyol itu.
Namun, ia tak diberi kesempatan untuk pingsan meski sesaat saja.
Sean kembali mengajaknya bercinta dengan gaya lain. Xavia dibuat tercengang dengan kemahiran suaminya di atas ranjang."Sean, hentikan! Bagaimana jika ranjangnya roboh? Astaga kamu ini sudah seperti seekor kuda jantan saja!"
Xavia meracau tidak karuan saat miliknya di hentak dari arah belakang oleh Sean. Oh, shit! Ranjang Sean sangat sempit. Apakah mereka pindah saja ke kamarnya. Mungkin bisa bermain dengan lebih maksimal di ranjangnya yang luas.
"Tak akan roboh. Bila ini terasa menyakitimu, maka aku akan berhenti," bisik Sean.
Ia mengendurkan gerakkan pinggangnya dengan kedua tangannya yang berada di masing-masing sisi pinggang ramping istrinya.
"Tidak sakit, lanjutkan saja!"
Xavia menjawab dengan lugasnya. Bagaimana mungkin ia menyuruh Sean berhenti. Ini sangat nikmat baginya. Di samping itu ia ingin menyenangkan hati suaminya malam ini.
Sean hanya tersenyum mendengarnya. Kemudian ia kembali melanjutkan permainan. Xavia tak henti berdesah saat miliknya menghujam lebih dalam.
Tubuh polos itu terkulai lemas setelah mencapai klimaks. Sean kembali membantainya di tengah ranjang. Mereka terus bercinta sampai beberapa kali.
"Ah, Xavia ... aku lelah," bisik Sean ke wajah Xavia. Tubuh yang sudah bermandi keringat itu ambruk di atas tubuh polos istrinya.
"Tidurlah," bisik Xavia. Di perlukan tubuh lengket suaminya sambil tersenyum puas.
Dan saat Sean berguling ke samping, Xavia segera masuk ke dalam pelukan pria itu. Selimut tebal warna putih membungkus tubuh polos keduanya. Mereka saling berpelukan dalam selimut dan mulai terlelap.
........................................................
Pagi yang dingin di hari minggu. Kabut memutih di taman samping rumah Tuan Hernandez. Embun-embun berjatuhan dari kelopak bunga tulip yang baru saja mekar. Sementara sinar sang mentari belum juga kelihatan dari ufuk timur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...