Xavia membuka matanya perlahan. Terasa perih pada sudut bibirnya. Mungkin karena pukulan keras Leah tadi. Dilihatnya Josh yang sedang duduk pada bangku di hadapannya. Pria itu sedang mengobati luka di bibirnya dengan obat merah.
"Josh, kumohon lepaskan aku. Aku harus bertemu anak-anakku. Kumohon ..." Xavia menatap pria di hadapannya dengan wajah memelas dan manik yang berkaca-kaca.
Rasa perih pada luka di bibirnya tidak seberapa jika dibandingkan rasa sakit di hatinya saat ini. Bagaimana tidak? Suaminya sudah tidur dengan wanita lain. Mungkin Sean berpikir jika Leah adalah dirinya. Meski pria itu tidak menyadarinya, tapi hatinya benar-benar terluka.
Leah wanita yang jahat dan kejam. Bahkan wanita itu menghajarnya sudah seperti seorang pria.
Bagaimana jika Leah melakukan hal buruk pada anak-anaknya?
Xavia benar-benar tak bisa tenang jika wanita itu berkeliaran di mansion Sean. Ia mencemaskan anak-anak juga suaminya.Josh hanya tersenyum tipis. Rintihan dan wajah memelas Xavia hanya angin lalu baginya. Josh tidak peduli. Baginya hanya Leah yang berarti. Setelah pacarnya itu berhasil menguras semua uang Sean mungkin dirinya baru akan melepaskan Xavia. Itu pun jika Leah setuju.
"Istirahatlah."
Hanya itu yang keluar dari bibir Josh. Pria itu segera bangkit sambil membawa kotak obat. Tak sekali pun dirinya menoleh lagi pada wanita muda yang terikat di kursi.
Xavia tertegun sejenak melihat Josh pergi begitu saja. Kepalanya menggeleng.
"Josh! Lepaskan aku! Kumohon ... Aku ingin kembali pada keluargaku. Josh, kumohon lepaskan aku," lirihnya disertai tangisan pilu. Namun, tak ada jawaban apa pun dari Josh. Pria itu tetap berjalan menjauh, lalu meraih handel pintu ke luar kamar.
Xavia putus asa melihat pintu itu tertutup rapat. Entah kemana Josh akan pergi. Dirinya ditinggalkan seorang diri di kamar sempit ini. Wajah itu dibanjiri oleh air mata. Xavia menangisi nasib buruknya.
"Sean, tolong aku. Aku ingin pulang pada anak-anak. Mereka pasti menangis karena ingin menyusu." Xavia menjatuhkan wajahnya dengan punggung yang bergetar.
Tak ada yang melihat apalagi mendengar tangisannya. Villa itu berada jauh dari pemukiman penduduk. Hanya embusan angin sore yang menerpa rambut panjangnya yang menjuntai.
Hawa sejuk menyentuh wajah Xavia yang dipenuhi jejak air matanya. Dingin memenuhi ruangan menjelang malam tiba. Xavia kesepian dan ketakutan. Namun, tidak ada yang peduli padanya.
....................................................
Malam itu di mansion Sean. Terlihat Leah yang sedang duduk sambil memangku Emily yang terus merengek. Demi Sean ia berusaha mendekatkan diri dengan bayi-bayi Xavia.
Sepertinya Emily tahu jika dia bukanlah ibunya. Bayi perempuan itu tak mau digendong olehnya.
"Astaga! Merengek saja yang kamu lakukan! Apa aku harus membuangmu ke kandang harimau, hah?! Lihat saja! Aku akan membuang mu sekarang juga!"
Leah segera bangkit dari sofa sambil marah-marah pada Emily. Bayi perempuan itu benar-benar membuat kepalanya mau meledak. Emily tak henti merengek setiap kali bersamanya.
"Berikan Emily padaku." Deborah yang sudah melihat Leah marah-marah pada Emily segera menghampiri. Diraihnya bayi perempuan itu dari tangan Leah dengan paksa.
"Baguslah! Urus bayi sialan itu! Aku mau menunggu Sean pulang di kamar." Leah menatap sinis pada Deborah lalu melenggang pergi dengan wajah angkuh.
Deborah hanya menggelengkan kepala melihat sikap wanita itu. Dia benar-benar tak paham dengan Xavia sejak mereka kembali dari rumah sakit. Wanita itu menjadi kasar dan sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...