Chapter 85 - Kepahitan Xavia

94 4 0
                                    

"Apakah masih ada yang ingin disampaikan pada Presdir?" tanya Daniel sambil berdiri di samping Sean yang sedang duduk di bangku kebesarannya.Tatapannya tertuju pada beberapa orang pria yang sedang duduk di depannya.

Mereka sedang berada di ruang pertemuan yang berada di kantor tak jauh dari perkebunan. Tidak hanya para staf utama kantor, para mandor perkebunan seperti Packual pun ikut menyimak. Mereka semua duduk di depan meja presdir.

"Tidak ada, Pak! Semuanya sudah cukup!" Anthony yang menjawab selaku manager kantor.

"Baiklah! Jika tidak ada lagi yang ingin kalian sampaikan, silakan kembali bekerja." Daniel menyampaikan apa yang Sean ingin katakan pada para staf kantor dan mandor perkebunan.

Semua orang mengangguk dan segera meninggalkan ruang pertemuan dengan tertib. Namun, Anthony dan Packual menghampiri Sean lebih dulu sebelum meninggalkan ruangan.
Sean dan Daniel menyambut mereka dengan baik.

"Presdir, apa Anda akan segera kembali ke Salvador Barat?
Tak bisakah kita minum dulu di rumahku?" tukas Anthony disertai senyuman manisnya pada Sean.

Sebenarnya ia sangat ingin menanyakan tentang gadis yang tadi datang bersama Sean. Gadis itu bukan Xavia. Bahkan gadis itu marah-marah pada beberapa buruh di pabrik.

"Pak Anthony, sepertinya kita bisa minum bersama di lain waktu. Aku harus segera kembali, karena ada hal penting yang harus segera aku kerjakan. Maafkan aku," ucap Sean dengan ramah dan sangat menjaga perasaan Anthony.

"Ah, tak apa, Presdir. Namun, bolehkah saya menanyakan hal yang bersifat pribadi pada Anda?" tukas Anthony. Kali ini terlihat lebih serius.

Daniel menoleh pada Sean mendengar ucapan Anthony. Sementara Packual hanya menyimak perbincangan mereka sambil membusungkan perutnya yang besar.

Anthony yang merasa ingin tahu tetap menunggu jawaban Sean. Setahunya pria di hadapannya itu adalah menantu presdir Group Hernandez, pemilik terdahulu perusahaan jus dan perkebunan ini. Namun, kenapa kini Sean datang dengan menggandeng gadis lain, bukan Xavia.

Sean membasahi bibirnya sebelum bicara. "Pak Anthony, apa yang ingin Anda tanyakan?"

Anthony agak terkesiap dengan tatapan Sean padanya. Agak terbata-bata ia menjawab, "Maaf sebelumnya, Presdir. Bukankah Anda adalah menantu Presdir Hernandez? Namun, apakah gadis yang tadi datang bersama Anda adalah Nona Muda Xavia?" tanyanya.

Sean tersenyum tipis lalu memalingkan wajahnya. Pertanyaan Anthony membuatnya sedikit tidak nyaman. Namun, ia berusaha tenang dan tetap menjawabnya.

"Bukan. Gadis itu bukan Nona Muda Xavia. Dia orang lain," ucapnya dengan tatapan dalam pada pria paruh baya di hadapannya.

"Oh! Maafkan aku, Presdir."

Anthony membungkuk dengan perasaan tak nyaman. Sial! Kenapa ia berani sekali menanyakan hal seperti itu pada Presdir Group Parmer's? Apakah ia sudah tidak waras?

"Presdir, maafkan kami. Silakan nikmati waktu santai Anda. Permisi." Packual buru-buru menyeret Anthony meninggalkan ruangan itu setelah meminta maaf pada Sean.

"Pak Anthony, apa kamu salah makan saat makan siang tadi? Bicaramu meracau tidak jelas! Entah itu Nona Muda Xavia Price atau bukan, apa urusannya dengan kita? Lagi pula orang-orang kaya seperti mereka bebas memiliki banyak wanita dalam hidupnya, bukan?" Packual marah-marah pada Anthony setelah mereka kembali ke perkebunan.

"Hei, aku hanya penasaran saja! Setelah Presdir Hernandez jatuh miskin kenapa tiba-tiba dia menjadi kaya raya dan membeli perusahaan jus dan perkebunan milik ayah mertuanya ini? Aku pikir dia dan Nona Muda Xavia masih baik-baik saja. Ternyata hari ini dia datang dengan membawa gadis lain. Bahkan gadis itu sangat sombong!" Anthony mengutarakan isi hatinya.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang