Chapter 17 - CEO Muda

150 10 1
                                    

Pagi-pagi sekali Sean sudah berpakaian rapi. Kemeja putih berlengan panjang dipadukan celana kain warna hitam yang licih membalut tubuh atletisnya.
Rambutnya yang hitam dan tebal terlihat licin dan tertata rapi.

Kedua tungkai panjangnya dipasangi sepasang pantofel hitam yang mengkilat. Semua barang mahal itu didapatnya dari Tuan Hernandez. Dan, pria itu kini sedang tersenyum kagum memandangi Sean.

"Apa yang sedang Anda pandangi, Presdir?" Sean tampak malu karena pria di hadapannya sedang menatap dari atas sampai ke bawah. Dia menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Aku seperti sedang melihat CEO muda saja. Kamu terlihat sangat berbeda pagi ini."

Tuan Hernandez memuji Sean. Pemuda itu terlihat sangat tampan dan berkharisma dengan pakaian yang ia belikan. Dia jadi merasa pangling melihatnya.

"Presdir, jangan membuatku malu.
Hm, sebaiknya kita berangkat sekarang." Masih dengan gelagat canggung, Sean segera membukakan pintu mobil Rolls Royce Phantom hitam di sampingnya untuk Tuan Hernandez.

Pria itu hanya tersenyum padanya sambil memasuki mobil.

Ditutup rapat pintu mobil dari luar. Sean segera berjalan menuju bagian pengemudi. Ia menoleh ke arah kaca spion di atasnya.

Tuan Hernandez masih memasang senyum kagum padanya. Sean hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala.
Mesin mobil pun segera dinyalakan.

Perjalanan dari kota San Mitero ke Salvador cukup jauh. Terlebih, Salvador Timur berada di daerah pelosok yang letaknya berada di seberang perairan San Mitero.

Jalannya cukup curam karena melewati perbukitan berbatu yang tandus. Namun, semua itu tidak masalah bagi mobil cakap yang sedang dikemudikan oleh Sean. Perjalanan mereka tetap terasa menyenangkan.

Tuan Hernandez bercerita banyak pada Sean sepanjang perjalanan mereka. Ia mengatakan jika cabang kantornya di daerah tandus itu harus tetap berdiri meski di Salvador agak sulit mengakses sebuah perusahaan.

Terutama akses untuk ekspor-impor. Tak ada jalan yang bisa dilewati mobil truk pabrik membawa barang ke kota atau ke luar negeri. Semuanya harus menggunakan jasa kapal, dan ongkosnya sangat mahal.

Sean tersenyum tipis mendengar cerita Tuan Hernandez. Pria itu benar-benar berhati mulia. Ia tetap mendirikan pabrik di tempat seperti ini.

Juga perkebunan jeruk yang selalu membutuhkan banyak air dan pupuk. Jika dipikir-pikir keuntungan yang didapat oleh Tuan Hernandez tidak sebanding dengan modal yang sudah dikeluarkan.

Namun, Tuan Hernandez tetap berusaha agar pabrik-pabrik jus itu tetap berjalan, karena pabrik-pabrik dan perkebunan jeruk itu adalah sumber utama mata pencaharian para penduduk di Salvador Timur.

Meski hanya kerugian yang didapatnya, tapi Tuan Hernandez tetap menjalankan semuanya demi kesejahteraan rakyat kecil di sana. Benar-benar pengusaha yang dermawan! Sean sangat kagum pada pebisnis yang satu ini.

Mobil Rolls Royce Phantom hitam yang sedang dikemudikan oleh Sean mulai memasuki jalan berdebu.
Di Salvador sangat jarang turun hujan. Oleh karena itu daerah ini sangat tandus dan gersang.

Hanya perkebunan jeruk milik Tuan Hernandez yang terlihat hijau. Bahkan aroma buah jeruk yang ranum mulai tercium begitu segar sepanjang jalan itu.

"Sean, perkebunan jeruk ini sangat luas. Aku saja tak sanggup berjalan untuk mencapai batasnya. Semua ini akan aku wariskan pada Xavia. Aku harap pabrik-pabrik jus di sini tetap berjalan meski saat aku sudah tiada," tukas Tuan Hernandez.

Ia mengedarkan pandangan ke luar kaca mobil. Para buruh pemetik jeruk melambaikan tangan sambil tersenyum hangat saat ia menurunkan kaca mobilnya.

"Anda sangat baik, Presdir. Namun, apakah Xavia bisa mengelola semua ini seorang diri?" Sean berkata sambil menoleh pada siluet Tuan Hernandez lewat kaca spion di atasnya.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang