Chapter 115 - Tinggalkan Aku

105 4 0
                                    

Angin bertiup kencang di pemakaman. Langit mulai gelap menjelang malam disertai mendung. Rambut panjang Xavia melambai setelah kain penutup warna hitam di kepalanya tertiup angin entah ke mana.

Manik hijau itu menatap penuh kebencian pada Sean. Dalam hati ia sedang merutuki pria di hadapannya kini.

Sean hanya terdiam dengan tatapan sendu pada Xavia. Meski hatinya sangat bersedih atas kematian Nyonya Hernandez dan sikapnya yang buruk pada Xavia, tapi Sean tetap berusaha bersikap biasa saja di depan sang istri.

"Ayo pulang." Pria itu langsung mencekal lengan Xavia dan hendak memutar tubuh membawa pergi istrinya.

"Lepaskan aku!" Xavia menarik paksa lengan Sean darinya. Gadis itu menatap nyalang saat Sean menoleh padanya. "Aku tak sudi pulang denganmu!" lanjutnya lalu kembali berjongkok di samping makam Nyonya Hernandez.

Sean menggelengkan kepalanya melihat sikap sang istri yang keras kepala. "Hujan akan turun. Ayo kita pulang," ucapnya.

Xavia tidak menjawab. Gadis itu sedang merajuk sambil mengusap bulir bening yang berjatuhan di pipinya dengan cepat. Bisa-bisanya Sean mengajaknya pulang dan bersikap sok perhatian padanya.

Ia benar-benar kecewa pada pria itu. Meski kini dalam rahimnya sedang tumbuh benih Sean, ia tak mau bersikap baik pada suaminya yang kejam itu.

Sean memutar bola matanya bosan. Sikap Xavia yang menurutnya sangat kekanak-kanakan itu sangat menjengkelkan. Hujan akan segera turun. Persetan dengan Xavia. Pria itu mengibaskan tangan dan segera memutar tubuhnya meninggalkan sang istri yang sedang merajuk.

Xavia meremas tanah merah di depannya. Begitukah sifat pria yang dikenalnya sedari kecil? Seperti itulah sifat Suaminya?

Sean sudah benar-benar berubah. Ia bukan lagi pria sederhana yang penuh rasa perduli dan selalu mengutamakan orang lain daripada dirinya.

Ekor matanya melirik pada punggung Sean yang sudah menjauh. Dasar pria kejam! Xavia mengepalkan buku-buku jemarinya melihat Sean pergi begitu saja. Tak bisakah pria itu membujuknya?

Begitulah, Sean tak pernah peka dan ia membencinya.

Langkah sepasang pantofel hitam itu tiba di samping pintu mobil Rolls Royce Phantom hitam di area parkir pemakaman. Hujan mulai turun disertai angin.

Sial! Sean segera memutar tubuhnya kembali ke area pemakaman. Ia berlarian menuju makam Nyonya Hernandez. Dan benar saja, Xavia masih berada di sana.

Gadis itu benar-benar keras kepala! Sean menggeleng tak habis pikir melihat istrinya masih berada di makam Nyonya Hernandez meski hujan sudah turun dan mulai deras. Pria itu segera berlari menuju Xavia.
Ia berdiri di belakang gadis itu setibanya di sana.

"Xavia ayo pulang. Hujannya sangat deras, kamu bisa sakit," ucapnya dengan tubuhnya yang mulai basah kuyup karena hujan.

"Aku tak mau! Pergi kamu dari hadapanku!" Xavia menoleh dengan wajah yang sudah basah oleh air hujan bercampur air matanya.

Sean menatapnya tak percaya.
Gadis ini benar-benar keras kepala. Apakah ia akan bermalam di makam ibunya? Tidak waras!

Kepalanya menggeleng dan mulai kesal pada sikap Xavia. Namun, ia tidak bisa membiarkan istrinya tetap di sini sementara hujan semakin lebat disertai angin.

"Ayo kita pulang, Xavia!"

Gadis itu dibuat terkejut saat Sean mencekal lengannya lalu menyeretnya meninggalkan makam Nyonya Hernandez.

"Lepaskan! Aku tak mau!" Xavia berusaha berontak dengan melepaskan genggaman Sean darinya.

Kesabaran Sean mulai habis karena sikap istrinya. Tangannya segera meraih gadis itu ke dadanya. Xavia memukul-mukul dada Sean saat pria itu menggendongnya dengan paksa menuju mobil.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang