Chapter 104 - Video Panas

119 3 0
                                    

Sore itu langit begitu cerah. Di Hotel Luxury, tepatnya di salah satu ruang VVIP hotel. Terlihat Sean dan Daniel berjabat tangan dengan dua orang pria berpakaian rapi.

Dua orang itu adalah klien Sean yang datang dari San Milates. Mereka memutuskan bertemu di Hotel Luxury tempat di mana dua orang itu menginap selama berada di Salvador Barat.

"Terima kasih atas waktu Anda, Presdir. Malam ini juga kami akan kembali ke San Milates." Pria bertubuh tinggi kekar berkulit gelap yang bicara. Ia adalah asisten dari dua orang klien itu.

Sean hanya mengangguk sambil tersenyum ramah menanggapi.
Daniel dan para bodyguard pun segera pamit untuk mengantar dua orang klien penting itu menuju kamarnya. Tinggallah Sean yang sendiri di ruangan itu. Ia kembali duduk dan mulai membuka ponselnya.

["Sean, kenapa belum kembali? Apakah kamu minum di bar?"]

["Hei, kenapa tidak membaca pesannya? Apakah kamu sedang bersama gadis berpakaian seksi?"]

["Sean ..."]

Sean tersenyum geli melihat banyak pesan dari Xavia memenuhi kotak masuknya. Ia hendak menelepon istrinya itu, tapi tiba-tiba satu pesan dari nomor asing masuk.

Nomor itu mengirimkan sebuah file dokumen. Sean mengernyitkan dahi melihat pesan itu. Tak sengaja ia mengklik file dokumen yang dikirimkan.

Xavia?

Manik kebiruan itu membulat penuh melihat video yang sedang ditayangkan pada layar ponselnya. Rahangnya mengencang dan wajahnya terasa panas dengan emosi yang membuncah.

Bagaimana tidak? Video berdurasi sepuluh detik itu menayangkan adegan Xavia dan Janied yang sedang berhubungan intim di suatu kamar apartemen.

Belum lagi hilang amarah di wajahnya tiba-tiba muncul pesan masuk pada layar ponsel itu dari kontak yang sama.

["Haha! Kamu pikir kamu sudah menang, Sean?! Akulah pemenangnya! Group MXV memang sudah kamu dapatkan tapi bagaimana dengan video panas itu? Apa kamu suka? Istrimu sangat liar di atas ranjang. Aku merindukannya. Haha!"]

"Bajingan!"

Brak!

Sean segera bangkit dan langsung melempar ponselnya ke lantai. Tangannya menjambak rambutnya sendiri dengan perasaan hancur dan napas yang tidak teratur.

Tidak mungkin, ini tidak mungkin!
Ia tak bisa percaya semua ini begitu saja, tapi video itu sangat nyata. Mata kepalanya sendiri yang melihat jika Xavia sampai menggigit bibir bawahnya menikmati permainan Janied akan tubuhnya.

"Brengsek!"

Sean sedang meraung saat Daniel dan beberapa bodyguard kembali. Mereka sangat terkejut melihat bosnya sedang mengamuk di ruangan itu.

Sean menendang sofa dan meja di sana. Bahkan melempar beberapa botol wine ke arah dinding. Para bodyguard saling pandang heran melihatnya. Ada apa dengan bos mereka.

"Sean, hentikan! Apa yang terjadi padamu? Astaga, kamu melukai dirimu sendiri!" Daniel buru-buru menghampiri Sean dan segera meminta para bodyguard membantunya.

"Lepaskan aku! Aku ingin mati saja!" Sean berusaha berontak saat para bodyguard memeganginya dan membawanya menuju salah satu kamar VVIP di hotel itu.

"Cepat telepon Dokter Thalia! Presdir sedang terluka! Cepat!" perintah Daniel pada dua orang bodyguard lainnya.

"Baik, Pak!" Salah satu dari mereka segera menghubungi dokter pribadi Sean.

Daniel hendak menyusul pada bodyguard yang sudah membawa Sean pergi. Namun pria itu menghentikan langkahnya. Dilihatnya ponsel pintar milik Sean yang tergeletak di antara pecahan botol minuman.

Daniel segera mendekat. Diraih ponsel pintar itu dari lantai. Ia berpikir pasti ada sesuatu yang membuat Sean mengamuk. Entah apa. Pria itu mulai menyalakan ponsel milik Sean untuk mencari tahu. Layar terang menyambutnya.

Kata sandi diminta untuk membuka fitur ponsel. Daniel sudah mengetahui kata sandinya. Ia segera mengetik tanggal ulang tahun Sean, dan ponsel pun terbuka.

Menu pesan menyambutnya. Nomor asing? Dibacanya pesan yang tersaji pada layar ponsel Sean dari nomor asing tersebut. Matanya membulat penuh. Kemudian ia klik file dokumen yang dimaksud.

"Astaga ..."

Daniel melotot dengan mulutnya yang menganga melihat video yang sedang ditayangkan. Xavia bercinta dengan Janied? Ini sangat tak masuk akal, tapi video itu terlihat nyata. Xavia berdesah dan menikmati permainan pria bertato itu.

Daniel menghela napas. Diusap wajahnya dengan kasar. Sudah jelas Sean mengamuk seperti tadi. Itu semua karena video laknat ini. Namun, dari pesan yang disampaikan, ini adalah perbuatan Janied. Hei, bukankah pria itu sedang berada di kantor polisi?

"Pak Daniel, di mana Presdir Sean? Aku dengar dia terluka!"

Daniel segera memutar tubuhnya menghadap sumber suara tersebut. Seorang wanita berkemeja putih sedang menatapnya. Dokter Thalia,
ia sudah datang. Daniel segera membenahi ponsel Sean ke saku jasnya.

"Presdir ada di kamarnya. Ayo kita segera ke sana," ajaknya pada Dokter Thalia.

Thalia langsung mengikuti langkah Daniel dan para bodyguard menuju kamar VVIP di mana Sean berada.

"Tinggalkan aku sendiri! Keluar kalian semua!"

Terdengar Sean yang sedang marah-marah pada para bodyguard saat Daniel dan Thalia tiba di depan pintu kamarnya. Mereka saling pandang dan segera memasuki kamar itu. Thalia sangat terkejut melihat darah yang mengucur di jemari Sean.

"Sean, kumohon hentikan! Kamu tidak sendiri. Aku selalu ada untukmu, Sean. Tenangkan dirimu, kumohon."

Daniel segera menahan Sean yang sedang berusaha melompat dari pagar teras balkon kamarnya. Mungkinkah pria itu terkena depresi sampai-sampai ingin bunuh diri?

Daniel sangat khawatir melihat keadaan Sean yang kacau. Sampai kemudian Dokter Thalia memberinya suntikan penenang. Sean bisa beristirahat dan Thalia segera merawat luka di pergelangan tangan dan jemarinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Presdir Sean? Kenapa tiba-tiba dia mengalami depresi seperti ini?" tanya Dokter Thalia usai membalut luka di pergelangan tangan Sean. Ia menoleh pada Daniel yang berdiri di sampingnya.

"Presdir sedang kelelahan. Biarkan dia beristirahat. Aku akan mengurus sisanya. Anda bisa meninggalkan kamar ini, Dokter. Terima kasih," ucap Daniel dengan formal.

Meski dirinya dan Thalia sudah kenal lama, tapi Daniel tak ingin mengatakan hal yang bersifat pribadi tentang bosnya.

"Baiklah, aku pamit pergi."

Thalia tersenyum pada Daniel sambil merapikan peralatan medisnya. Kemudian ia meninggalkan kamar itu dikawal oleh dua orang bodyguard. Ekor matanya melirik pada Sean yang terbaring di tengah ranjang. Pria itu mengalami shock berat yang bisa berakibat fatal.

Daniel merapikan selimut tebal yang menutupi setengah tubuh Sean. Dipandanginya pria yang tengah berbaring di tengah ranjang. Entah kenapa ia masih merasa ganjil dengan video panas itu. Tidak mungkin Xavia sudah mengkhianati Sean.

Daniel sangat mengerti perasaan Sean saat ini. Pria itu pasti sangat hancur karena video panas yang dikirimkan oleh Janied. Ia harus segera mencari tahu asal video itu, karena tidak mungkin Janied yang mengirimnya. Pria itu masih berada di kantor polisi saat ini.

"Xavia ..." Terdengar suara Sean mengigau.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang