Malam yang dingin dan penuh kemalangan. Xavia dan Nyonya Hernandez sedang berdiri bersisian di halte bus.
Saat ini pukul sembilan malam lewat dua puluh menit. Setahu mereka ada bus terakhir yang akan melintas.
Namun, mereka tak begitu yakin, karena Xavia atau pun Nyonya Hernandez tidak pernah menggunakan jasa angkutan umum macam bus untuk bepergian sebelumnya.Mobil-mobil mewah berjajar di garasi rumahnya, untuk apa mereka harus menaiki bus dan bertemu dengan orang-orang yang berstatus sosial di bawah mereka.
Akan tetapi, kini semua kemewahan itu bukan lagi milik mereka. Mobil-mobil mewah yang sekarang masih berjajar di garasi rumahnya bukan lagi mobilnya. Bahkan mansion mewah bernilai ratusan juta dolar itu bukan lagi rumah mereka.
Kini mereka sama statusnya dengan orang-orang yang sedang berdiri di halte bus sambil melempar tatapan sinis padanya.
Entah sedang apa Nyonya Hernandez yang sombong itu berada di halte bus bersama putrinya malam-malam begini?
Meski kalimat itu tidak sampai terdengar di telinganya, tapi Nyonya Hernandez yakin sekali jika pertanyaan itu yang sedang bersarang di benak orang-orang yang sedang menatapnya itu.
Wajahnya dipalingkan dengan ekspresi jengah. Sial benar dirinya. Sekarang ia dan orang-orang itu tak ada bedanya, miskin.
Sementara itu Janied yang sedang mengemudikan mobil menuju club malam tidak sengaja melihat Nyonya Hernandez dan Xavia yang sedang berdiri di halte bus.
Sedang apa mereka?
Sepertinya Nyonya Hernandez dan Xavia baru saja meninggalkan rumahnya. Mata pria itu menyipit dengan sudut bibir yang melengkung.Ternyata ayahnya benar-benar sudah membuat mereka jatuh miskin. Sekarang pasti Xavia dan ibunya sedang kebingungan karena tidak lagi punya tempat tinggal.
Bagaimana jika ia menawarkan pada mereka untuk menginap di unit apartemennya malam ini?
Sepertinya itu ide yang bagus. Janied menaikan sudut alisnya sambil tersenyum miring. Otaknya mulai menyusun rencana busuk untuk mendapatkan Xavia.
~•~
Nyonya Hernandez sudah lelah berdiri menunggu bus datang.
Sial! Seumur hidup ia baru mengalami situasi menyebalkan seperti ini. Matanya melirik ke arah gadis dengan mantel hitam di sampingnya."Kapan bus sialan itu akan datang? Aku sudah bosan menunggu," gerutunya saat Xavia menoleh.
"Mungkin sebentar lagi, Mom. Bersabarlah." Xavia menyapu pandangan ke sekitar. Mobil bus yang sedang mereka nantikan belum kelihatan di ujung jalan.
Matanya malah menangkap mobil sport jenis Lamborghini warna merah yang melintas di hadapannya, lalu menepi tak jauh darinya.
Xavia segera memalingkan wajahnya saat seorang pria dengan t-shirt ketat warna hitam keluar dari mobil sport tersebut. Janied? Mau apa pria itu menghampirinya?
Sambil memasang wajah dibuat cemas, Janied buru-buru menghampiri Nyonya Hernandez dan Xavia di halte bus.
Beberapa orang di sana memperhatikan pemuda dengan postur tubuh tinggi kekar dan gambar tato di lengan kirinya.
Bukankah itu Tuan Muda Caldwell?
Mereka jelas mengenalnya."Astaga, Xavia! Apa yang terjadi?! Kenapa kalian berada di halte bus malam-malam begini?! Katakan, Sayang, ada apa?!"
Semanis gula-gula Janied berkata pada Xavia. Tatapan cemas dan ekspresi panik ia sematkan di wajahnya, membuat sandiwaranya tampak sempurna.
"Kami sedang menunggu bus untuk berangkat ke Salvador. Suamiku sudah di tipu, kami tidak memiliki apa-apa lagi." Nyonya Hernandez buru-buru menyela sebelum Xavia menjawab pertanyaan pria di hadapannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...