CHAPTER 2.1: Reality

48 7 1
                                    

Kenny's View

"Alvin, sayang, ayolah, masa kamu makannya cuma segini, habisin dong, ya?"

". . . . . . . . . . . ."

"Alvin...?"

". . . . . . . . . . . ."
Aku baru saja masuk ke dalam ruangan dengan cat putih kebiruan ini, saat mama Alvin akhirnya memutuskan untuk menyerah dan meletakkan nampan makanan kembali ke atas meja di samping kasur.

"Ehh, Kevin? Kenny? Ayo masuk, silahkan duduk, tante mau keluar dulu."
Wanita berambut lurus dan memiliki wajah yang nyaris mirip dengan Alvin tersenyum lemah, wajahnya tampak sangat lelah.
Dia mempersilahkan kami masuk, kemudian segera berjalan keluar dari kamar.

Uhhmm..
Keburu buru banget.
Aku membuka bungkusan Yuppi yang barusan dibelikan Kevin di depan Rumah sakit
Katanya sih buat bekal selama kami njagain Alvin.

Kurang sih.

tapi gapapa deh

Sebenarnya juga kan ga perlu bekal

Aku dan Kevin(kuw) menapak menyusuri tepian dinding dan menjatuhkan diri kami ke atas sofa tamu yang berada di sisi berlawanan dari kasur.

"Kenny, aku mau nyusul tante keluar, kamu duduk disini dulu yahh."
Aku mengangguk sambil mengambil sebuah permen berbentuk botol coke dan memasukkannya ke dalam mulutku.

Aseemm
>,<

Kevin mengelus pelan rambutku, kemudian tertawa perlahan.
"Hahaha, yaudah, aku gak lama kok, bentar yaa."
Kevin segera berdiri dan bergegas keluar dari kamar, meninggalkannku bersama dengan Alvin.

Humm

Aku menggigit sebuah permen lagi.

Aseeeemmm!!!
>,<
(kurang kerjaan)

Sambil mendecak decak dengan mengerucutkan wajahku, aku memindahkan arah pandangku ke arah Alvin.

Sudah seminggu sejak perang Valerie, Alvin masuk ke rumah sakit karena ditemukan tak sadarkan diri dan terluka parah di depan komputernya sesaat setelah Valerie diambil alih dan Arsais terbunuh.
Aku masih bisa mengingat dengan jelas keadaan mengerikan itu saat ini.

===========flashback==========

Kami semua terdiam, termasuk aku yang masih belum bisa sepenuhnya menerima apa yang terjadi barusaja.

"Aku Earth Bishop berikutnya...?"
Sekarang penampilan Caesar telah berubah sepenuhnya menyerupai Lord Arsais, dia menggunakan pakaian konselebran biru dan sepasang pisau lipat yang selalu digunakan Arsais.

Caesar sejenak mendehem pelan, berusaha mencairkan suasana, kemudian menatap kami dengan nanar.

"Kita lanjut berjalan, Great Shrine sudah di depan mata, kita harus bergabung dengan pasukan utama di Great Shrine."

Sisa sisa pasukan kami yang sudah kelelahan dan penuh dengan keputus asaan hanya mengangguk pasrah mendengar komandonya.
Kami berjalan dengan langkah terseok, berusaha mengimbangi langkah kaki lelah satu sama lain, bergerak menuju Great Shrine.

"Bishop, apa ga merasa aneh...?"
Bishop Arsais baru hanya menatap dengan heran ke arah sekeliling, tampaknya menyadari keanehan yang terjadi.

"Kita di Great Shrine kan? Mana tentara musuhnya? Bukankah sedang ada perang disini...?"
Bishop bertanya padaku dengan keheranan, aku pun menanyakan hal yang sama dalam hati, tetapi aku memilih untuk menutup mulutku.
Kami berjalan terus mendekati Great Shrine.
Kami berada tak jauh lagi dari Great Shrine, saat sebuah suara berteriak ke arah kami.

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang