CHAPTER 5: Rendezvous

126 15 1
                                    

Arsais's View

Hari yang panjang, dan perjalanan yang melelahkan. semua orang telah sampai dan berkemah di North Wall. Sebenarnya walaupun ini adalah benteng, tetapi disini juga terdapat kota kecil, dan kota itu sementara menjadi peristirahatan kami.

"Caesar, dimana mereka berkemah?"

"Jauh ke Utara. aku sudah mengirim orang untuk mengawasi mereka. sebaiknya kau mulai memikirkan semuanya dari sekarang, sebelum kita terlambat langkah"

kepalaku saat ini penuh dengan berbagai pemikiran. Tidak ada satu hal pun yang menjanjikan kami semua akan berhasil mempertahankan benteng ini.....

"Aku yakin siang ini mereka akan menyerang. kita tidak akan bertahan di dalam benteng. Kita harus maju. kupikir dengan begitu mereka akan terkejut dan memperlambat pergerakannya."

sejenak aku terdiam, dan berjalan keluar dari tenda.

"Axel....?"

Axel terlihat terkejut karena aku menyadari keberadaannya. aku hanya menatapnya dengan pandangan datar, padahal sebenarnya aku ingin memberikannya seringai kejam, karena seulas ide tiba tiba muncul di benakku

"ahh ahemm, aku ingin pergi berjalan jalan. bisakah kau masuk ke dalam dan temani Caesar? aku yakin dia perlu bantuanmu"

"A..Aku? Aku dengan Sir Caesar? Tapi, tapi"

Aku menatapnya tajam

"Membantah?"

"Maaf, saya segera pergi"

Aku tersenyum penuh kemenangan saat Axel dengan malu malu masuk ke dalam tenda ku.

"Semoga berbahagia" gumamku penuh arti....

Sebenarnya ini adalah gagasan yang aneh, cowok sama cowok? Memang bukan hal yang umum,  tapi bukan hal yang tidak bisa dimaklumi, kalau tidak segera cari pacar mungkin akupun akan.....

"AAHHH...!!!"

Aku berteriak dan mengibaskan kepalaku. sejenak orang orang melihat kepadaku. Aku langsung mengambil inisiatif untuk angkat kaki sebelum semakin banyak mata yang melihat kepadaku.

Aku berjalan, jauh ke luar dari benteng, aku tidak mengenakan pakaian Bishopku, hanya sebuah pakaian biasa dan sarung tanganku, kalau kalau ada monster, siapa tau kan, lagipula dalam keadaan perang mengenakan seragam dan pergi sendirian bukan ide yang bagus...

Sebenarnya aku ragu untuk berjalan keluar dalam keadaan seperti ini, bisa saja aku bertemu musuh, atau semacamnya. tapi ya sudahlah, toh aku lagi perlu refreshing juga.
Aku berjalan masuk ke dalam hutan lebat, sembari melatih kemampuanku dengan monster monster yang ada di dalam, tanpa sadar aku sudah masuk jauh hingga ke dalam hutan. di tengah hutan gelap ini ternyata ada sebuah danau kecil, dan sinar matahari menerobos masuk ke dalam danaunya

"Indah..."

pandanganku menyapu, menikmati pemandangan yang ada dihadapanku.

Hm...? sejenak aku tertegun, melihat sebuah sosok di pinggiran danau. seorang Archer? di hutan seperti ini? dalam keadaan perang seperti ini? kupandangi wajahnya. Cantik...

Ia sedang membersihkan panahnya, saat pandangan kami bertemu, dan ia tersenyum kepadaku.

"Hai..." ucapnya pelan
Laki laki rupanya. sial aku tertipu.

"ah Hai. boleh aku duduk disampingmu?"

Aku masih belum menyadari kenapa aku berkata seperti itu, tapi dadaku berdegup kencang saat aku melihatnya. apa aku takut?
dia tersenyum. detakanku jadi semakin menjadi jadi. Sial! bisa pecah dadaku kalau begini terus.

"Tentu, silahkan..."

Aku beringsut duduk disampingnya, dan menatapnya.

"Kenapa? apa ada yang salah?"

"ahh, ti.. tidak, kamu archer?"

sial, aku salah tingkah dihadapannya, kenapa ini? dia laki laki!
kembali aku teringat pada Axel.

"AAAAHHH...!!"

kuguncangkan kepalaku dan kupukul pukul

"Kenapa kau? Apa ada yang salah?

"Ti...tidak, ah, iya, panahmu bagus. jobmu apa? Ranger? Arch Archer?"

"Bukan, aku Necromancer..."

Hah? Magical job dengan physical weapon?

"Aahahaha bercanda pasti!" ucapku sambil tertawa. okey! aku mulai bisa menguasai keadaan! sekarang aku harus menguasai hatinya!

..............

Pikiran apa itu barusan?

"AAAHHH...!!!"

kembali kuguncangkan kepalaku
dia menatapku bingung, kemudian tersenyum.

"Aku tau, karena panah ini, kamu ga percaya kan?"

Sejenak dia menutup matanya, dan tengorak tiba tiba muncul dari bawah kakiku

"GWAHH!!"

"Kaget...?"

Tiba tiba kerangka itu berjatuhan kembali dan menghilang. aku masih menatapnya takjub. Dia terkekeh sambil kembali mengambil posisi duduk di sampingku, kemudian membetulkan rambutnya.
Aku merasa wajahku memanas, aku menundukkan kepalaku, ga berani menatapnya langsung. Perasaan apa ini...?

"Dan kamu? apa jobmu? dari pakaianmu sepertinya kamu Monk ya?"

Aku berusaha menghindari matanya saat mengangkat kepalaku. aku tersenyum terpaksa, dan akhirnya mulutku bisa berfungsi seperti sedia kala

"Priest..."

kataku singkat, ga berani berbicara lebih lagi, takut lidahku mengucapkan hal yang aneh...

"ahh, Priest? job yang sulit ya? ngapain kamu kesini? ada yang dicari?"

"enggak sih..." aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"aku cuma mau cari suasana baru. kepalaku pusing. rasanya aku ingin lari dari masalahku"

"lari?"

"yeah..." ucapku singkat.

"aku mengerti, pasti sulit ya...."

darisana pembicaraan kami semakin menghangat, sampai aku merasa matahari telah berada tepatt di atas kami

"Ah, aku harus pulang, aku punya tugas yang harus kuselesaikan"

Ia mengangguk ringan dan tersenyum. secara tiba tiba dadaku langsung berdetak kencang lagi.

Sial...
tanpa permisi aku langsung berlari pergi, karena aku sadar wajahku sudah memanas. aku yakin, dibandingin kepiting rebus, mukaku pasti lebih merah sekarang!

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang