The Birth of Harmonia
Alvin - Richard"Hari ini South Shrine sudah ada di tangan kita, malam ini juga kita bergerak ke Valerie, Pusat Aronia..."
Aku melayangkan pandanganku ke seluruh orang yang duduk di sekeliling meja besar. Wajah orang orang yang sudah jadi sahabatku sejak lama dan dengan sukarela menemaniku untuk menyelesaikan apa yang mereka sebut sebagai "ambisiku" Cahaya temaram obor perlahan berkelebat, meninggalkan bayangan yang menari nari di wajah mereka."Aria, Garis lancer akan berada di tanganmu."
Seorang wanita dengan helm besi mengangguk sambil tersenyum ke arahku, aku membalas senyumannya dengan tatapan dingin."Ardian, sudah selesai mengorganisasi garis pertahanan?"
Lelaki dengan perisai besar dengan ukiran silang besar melirik ke padaku kemudian mengangkat sebelah tangannya, tanda bahwa dia sudah menyelesaikan tugasnya."Arvyn, Komando Magician kuharap bisa sebaik tadi."
"Yeah yeah, jangan meremehkanku..."
Arvyn menggaruk rambut hijaunya yang berantakan, kemudian kembali asyik dengan bola sihirnya yang melayang memedarkan cahaya keperakan."Stevan, kamu akan jadi Captain di garis pertahanan. Jaga nyawamu sendiri... Aku tidak mau kehilangan sahabatku. Aku tidak mau dua kali menyia nyiakan nyawaku untuk menyelamatkanmu yang menerobos ke dalam barisan musuh. Walaupun kamu kuat!"
"Siap Lord Alvin!"
Prajurit muda itu segera berdiri dan memberikan hormat ke arahku, membuatku harus menahan senyumanku karena tingkah lucunya."Mistress Sierra, esok mungkin adalah hari perang terakhir kita, terimakasih atas bantuan dari Blue Moon Village selama perang ini."
Gadis muda berpakaian ungu ala tahun 70 an tertawa dengan menutup mulutnya, dia menatap genit ke arahku, kemudian mengedipkan sebelah matanya."Tentu saja, Tampan, dengan senang hati kami akan membantu sampai selesai."
Lady Sierra kembali tertawa kecil, kemudian melangkah keluar dari tenda. Suara mencicit diikuti kepakan sayap terdengar saat bayangan tubuhnya di pintu tenda menyusut."Kalau tidak keberatan, saya akan istirahat sekarang. Pasukanku sudah siap dikomando kapan saja!"
Sosok kelelawar putih itu berbicara dengan suara mendesis, lalu terbang menghilang, aku kembali menatap ke arah pasukanku."Dan untukmu, Bishop Richard, pastikan jalur support kita bisa tetap mulus. Usahakan kurangi jumlah korban sesedikit mungkin..."
Aku menatap dalam ke arah seorang pemuda dengan rambut kekuningan yang tersenyum ke arahku sambil melipat tangannya.
Aku menghela nafas, kemudian menyapukan mataku ke semua orang."Kurasa tidak ada strategi khusus untuk besok. Jumlah pasukan kita sudah bertambah sampai melebihi mereka. Kita juga sudah membuat banyak korban jatuh dari pihak mereka dan melemahkan mereka. Jadi, kukira kita tidak akan kesulitan menghadapi mereka! Aku sendiri juga akan maju berperang esok..."
Beberapa orang tampak melebarkan matanya dan berbisik satu sama lain. Wajar saja, karena aku selama ini belum pernah bergerak langsung di garis depan.
Aku kembali menatap wajah mereka satu persatu."Izinkan aku mengingat wajah kalian satu persatu. Esok perang terakhir kita, dan mungkin jadi hari terakhir kita bertempur bersama, setelah esok, mungkin kita akan berjalan sendiri sendiri, atau bahkan gugur dalam perang besar esok."
Aku menarik nafas, mengumpulkan semua keberanianku, menatap ke semua orang yang saat ini duduk di hadapanku."Shall we have a Banquet for us then...?"
Aku memberikan tepukan isyarat dengan tanganku, dan beberapa prajurit berjalan masuk ke dalam tenda dengan membawa beberapa nampan perak besar, meletakannya di meja, dan menampilkan isinya.
Beragam makanan yang menggoda tampak memamerkan dirinya ke hadapan kami.Sekejab kemudian, tenda yang tadinya tenang menjadi riuh dengan hiruk pikuk. Semua orang tampak melupakan ketegangan dan bergembira dalam pesta kecil yang aku persiapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night and The Day
FantasiLove Story in Fantasy Game and Real Life! Check it out! Based on Suikoden Game! I rewrite and Edited some parts and Ending from my last story.... Its in Indonesian!