CHAPTER 2.27:The Whole Truth

32 6 21
                                    

Alvin's View

Aku baru saja mematikan permainanku, dan memijit mijit keningku, saat mendadak suara handphone ku membuatku melompat dari kursi belajarku

RIIING!
Humph, aku lupa pernah memasang nada senyaring ini untuk HPku?
Biasanya aku memang memasang alarm supernyaring untuk membangunkanku agar tidak terlambat sekolah. Tapi kalau nada dering senyaring ini.
Pasti Mama...!

Dengan malas aku melangkah ke atas kasurku dan mendapatkan handphoneku.
Kuperiksa pesan yang barusaja masuk.

From : Dr. Christ

Hai! Lagi kosong gak? Jalan yuk! Aku kepengen ke Mall nih!

Ha?
Dokter Christ?
Tumben sekali dia bisa ada waktu?
Biasanya dia selalu jaga malam di rumahsakit.
Aku menekan tombol balas

To : Dr. Christ

Okay, tapi jangan lama lama aku ngantuk.

Aku mengerutkan wajahku membaca sms yang aku ketik.

Kadang aku heran pada diriku sendiri, kenapa aku sulit sekali kalau harus lembut pada orang lain.
Kadang aku ingin membantu dan ingin bersahabat, tapi entah kenapa mengucapkan kata kata baik itu seakan sulit bagi mulutku.
Setiap kata yang muncul selalu berupa ucapan ucapan ketus.
Soal raut wajah?
Jangan ditanya.

Aku mungkin bisa memenangkan penghargaan untuk terus berwajah masam.
Sebenarnya aku bermaksud memasang wajah cool.
Karena kalau aku memasang wajah biasa, mereka pasti berkata aku manis, dan sebagainya.
Dan bagiku, itu sangat menyebalkan.
hei, aku laki laki! Dan aku ingin dipuji sebagai laki laki!
Cute, or Pretty is not a stuff for Guys, ladies!
Dan aku benci dibilang manis!

RIIIING!
Aku nyaris melompat dari kasurku saat handphone ku meraung di tanganku.

SIALAAAN
Hampir kubanting andai aku lupa kalau ini adalah satu satunya handphone yang kumiliki

From : Christ

SIP! Aku udah didepan rumahmu!

HAH?

Yang benar saja!
Aku bahkan belum mandi!
Aku bergegas mengambil handukku dan segera bergerak ke kamar mandi.
Kunyalakan shower kamar mandiku, sebenarnya aku lebih suka mandi di bawah, tapi karena keadaan memaksa, jadi terpaksa aku harus mandi disini sekarang.
Daripada dia menunggu lebih lama
Lagipula, kenapa dia ga kasih tahu dari awal kalau dia bakal datang sih?!
Merepotkan aja

Aku menyelesaikan mandiku secara kilat, bahkan aku lupa apa aku sudah membaluri tubuhku dengan sabun sepenuhnya atau tidak.
Kukeringkan kepalaku, dan seluruh badanku, kemudian segera kuikatkan handuk itu di pinggangku, dan berjalan keluar dari kamar mandi itu.

"AH!"
Aku nyaris melompat untuk ketiga kalinya, saat Christ yang ternyata sudah duduk di kasurku mendadak berdiri dan berteriak saat melihatku.

Aku cuma memperhatikannya dengan ekspresi bingung
Kenapa dengan orang ini?
Apa dia kira aku hantu?
Aku memandang ke arah kakiku.
Hmm, kakiku masih menapak tanah.
Dia memandangiku keatas kebawah dengan panik.
Aku pun mengikuti arah pandangannya dengan kebingungan.

"Maaf!"
Dia menyadari perbuatannya dan segera membalik tubuhnya, rasanya aku tadi melihat ada semburat merah di pipinya.

"Aku keluar aja..."
Aku masih menatapnya dengan heran saat dia berlari keluar dari kamarku dengan gugup.

Kenapa dengan orang itu?

Memangnya ada yang salah dengan badanku ya?

Aku menghela nafas, kemudian segera menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang akan kugunakan.

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang