CHAPTER 8:The Beginning

115 13 3
                                    

Arsais's View

Aku berjalan tergesa keluar dari tendaku, berjalan ke tengah lapangan. disana berdiri Lord Marty.

"Arsais? kamu terlambat. Tidak biasanya, lagipula kamu punya janji denganku pukul 2?"

aku memutar pandanganku, menatap tajam ke arah Caesar yang sedang cengar cengir ke arahku.

Gara gara anak bodoh itu, aku jadi di hukum di sekolah, dia juga langsung nyelonong pergi. sialan

"Arsais...?" panggilnya lagi

"Maafkan aku, Pontiff. tadi ada beberapa urusan yang harus kuselesaikan, aku baru bisa online sekarang"

dia mengangguk pelan, dan menatap ke tangan kananku, memperhatikan bekas terbakar di tanganku

"Kau mengambilnya...?"

"iya..." ucapku lirih

"aku tahu aku masih belum bisa menguasainya, tapi kupikir ini saatnya aku menggunakannya"

"kau tahu konsekuensinya? Earth Bearer?"

"ya. aku paham, dan aku sudah mempertimbangkannya"

dia tertawa pelan

"jangan kau pikirkan. karena kemenanganmu kemarin, mereka menarik mundur pasukannya. selama ini, pasukan Valerie Distric memang sudah menunjukkan kemampuannya pada seluruh negara disekitar sini. aku sekarang disini untuk merundingkan perjanjian damai dengan mereka...."

"Begitukah?"

Lelaki yang berdiri di hadapanku mengangguk pelan.

"Aku berangkat sekarang, setelah ini, aku ingin berbicara denganmu. bisakah kau menungguku pulang? untuk pasukanmu, bisakah aku minta mereka tetap disini hingga berberapa hari kedepan?"

aku mengangguk. dan Ia tampak puas dengan jawabanku, kemudian mengusap rambutku pelan.

"baiklah, aku pergi sekarang."

Aku terus memandangi punggungnya yang semakin mengecil. ia berangkat bersama dengan dua perwira kembar yang aku lihat kemarin.
Aku menghela nafas, dan beranjak pergi.

"Hei hei, mau kemana kau Pin?"

kuangkat tanganku, bekas terbakar di tanganku menyala, dan sebongkah tanah terangkat keatas dan menghantam wajah Caesar tepat di pipinya.
Axel terlihat panik dan segera mendatangi Caesar.
"Kau gila ya? kau gunakan Rune untuk menyerangku?" katanya berang

"Balasan, untuk membuatku berdiri di lapangan sampai sore.... Ah, aku mau jalan jalan. tolong gantikan aku jaga.."

Semua maki makiannya ucauhkan seiring dengan aku beranjak pergi. aku tahu kemana aku ingin pergi. ya, ke tempat itu, tempat indah itu, aku ingin sendiri dan melamun untuk diriku sendiri.....

======================================

Kupandangi air yang beriak di hadapanku.pikiranku saat ini tidak ada disana. aku memikirkan jauh ke belakang, saat aku berjanji pada orang itu.....

============flashback====================

Silver's View

Alvin! kamu yakin? kamu baru aja dapat promosimu sebagai Sage, dan kamu bilang sekarang kamu mau pergi? ucap seorang wanita pada seorang Sage muda di hadapannya.

"Yeah, Kanna, maaf, kupikir aku sudah cukup kuat sekarang. lagipula, aku Sage, bila ada apa apa aku bisa menyembuhkan diriku sendiri"

wanita itu hanya menghela nafas, dan menatap pemuda di hadapannya dalam. pandangan yang terasa seakan sedang memeriksa hati prang yang dilihatnya.

"Kamu tahu? di utara sedang ada perang besar, dan kamu mau pergi kesana? apa yang kau kejar?"

"Aku tahu, tidak ada yang kukejar, Kanna. Kamu sebagai guruku, dan aku menghormatimu, tetapi sekarang kupikir aku ingin bertualang."

"Aku sudah tidak setuju dengan langkahmu sejak awal. Kamu jenius dalam strategi perang, tetapi tidak menunjukkan ketertarikanmu untuk bekerja di medan perang, dan sekarang kau memilih jadi Sage dan pergi bertualang?"

Pemuda itu mengangguk mantap. wanita itu menghela nafas

"Terserahmulah!"

===========end of flashback=================

Arsais's View
aku terus termenung sambil memainkan tongkat kayu di tanganku.

"Kurasa, aku sudah terlalu dalam memakai perasaanku..."

"Perasaanmu? perasaan apa?"

Aku terkejut, aku berdiri dari tempatku dan wajahku bertatapan tepat dengan si Penyihir Muda. wajahnya hanya sejengkal dari wajahku, saaat kusadari mukaku memanas.
aku segera duduk, membelakanginya.

"Yeah..." ucapku lemah

sejujurnya aku sedang tidak ingin diganggu dengan orang lain, tapi kalau yang ganggu dia boleh deh
(>,<)
ia mengambil tempat duduk tepat di sampingku, di sibakkannya rambutnya.

"apa yang kau pikirkan?"

"tidak apa apa, hanya saja, kupikir aku sudah terlalu dalam tenggelam dalam perasaanku."

"apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"saat ini aku sudah terjebak dan tidak ada pilihan, ini semua karena janjiku di masa lalu. aku mencintainya, dan aku menyelamatkannya, walau aku tahu dia tidak memiliki perasaan yang sama denganku....."

dia memandangku dalam, pandangannya tidak bisa kupahami. Tiba tiba dia mengangkat daguku dan membelai rambutku. aku menutup mataku, menikmati belaiannya di wajahku.

"bahkan bila kau tutup matamu, dunia tidak akan menghilang. semua masalah yang ada bukanlah sesuatu yang harus kau sesali. kemanapun kau melangkah, selalu ada konsekuensinya, dan tidak ada yang berhak menyalahkanmu untuk keputusanmu.."

aku tertegun mendengarnya. aku menatapnya, dan ia tersenyum padaku
DEG...DEG...DEG.... degpan di dadaku kembali terasa.
aku langsung melepaskan diriku dari tangannya.

"Te.. terimakasih. ah, aku harus pergi, kupikir kapan kapan kita bisa bertemu di kota. boleh aku mengirimimu surat?"

dia mengangguk ringan

"Namaku Yue. kirimi aku surat, aku janji akan membalasnya. oke?"

Aku mengangguk cepat, dan pergi meninggalkannya

"oh iya, tanganmu terluka... !"

DEG...!
Aku terkejut. kutatap tanganku, dia menyadarinya? apa dia memperhatikanku?

DEG....DEG....DEG.....
sial, lagi lagi dia membuatku malu!
aku langsung pergi meninggalkannya
=====================================

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang