CHAPTER 2.39: Futility

40 5 5
                                    

Arsais's View

".... sais...."

"Uhhh...."
Aku mengerjap, membuka mataku perlahan, wajah pucat Sierra adalah pemandangan pertama yang kulihat setelah aku membuka mataku.

Wajahnya terlihat sangat khawatir, tapi begitu melihatku membuka mataku, wajahnya langsung terlihat tenang.

"Lord Arsais, anda yang terakhir sadar..."
Sierra bergumam sambil menuangkan sesuatu dari dalam poci kecil ke gelas keramik dan memberikannya padaku.
Aku memandangi cairan kecokelatan itu sejenak.

"Teh....?"
Sierra mengangguk sambil tersenyum senang. Aku mendekatkan gelas itu ke mulutku dan meminum sedikit isinya.

"Teh Mandragora berumur 3000 tahun yang aku simpan di bawah tanah, aku campur dengan rambut ekor kuda dan sedikit potongan Zombie Slug dari hutan Greenhill."
Aku segera menyemburkan cairan yang terasa begitu asam di lidahku itu setelah mendengarnya membeberkan seluruh kandungan di dalam tehnya.

Sierra tampak masih terkejut, dan senyumannya masih belum lenyap dari wajahnya walau aku berhasil menyemburkan seisi minuman itu ke wajahnya.

"Ehh, aku, maaf, maksudku..."
Sierra tersenyum manis, dan menutup matanya.

"Moon Rune, Show me your Power...."

"WUAAA~!!!!!!!"

================================

"Ah, Kevin? Kamu sudah sadar...?"
Senyuman manisnya segera menyambutku begitu aku membuka pintu kemah.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Dia merapikan jubah beludru hijau toskanya, dan mengurut kerah tingginya agar tidak menutupi mulutnya.

"Ahh, baguslah, ngomong ngomong itu luka kenapa?"
Axel menunjuk ke arah jubah bishopku yang terkoyak, menampilkan luka di tanganku.

"Ah, tadi ada sedikit masalah dengan Sierra dan dia menyerangku..."

"Ahh? Kok bisa? Mistress Sierra bukannya selalu ramah ya?"

"Aku semburin teh ke mukanya..."
Axel terhenyak mendengarku.

".........................."

"BHAHAHAHAHAHAHAHAA!"
Axel tertawa sampai terjatuh dari kursinya, dia menyeka airmata yang muncul di sisi matanya, kemudian berjalan ke arahku.

"Lain kali hati hati ya! Cyclone, Healing Wind!"

Axel menyentuh bagian lukaku, dan aku bisa merasakan aliran angin sejuk mengaliri lukaku, dan membuatnya menghilang.

"Nah, sudah..."
Axel melepaskan tangannya, dan luka luka yang tadi ada di tubuhku telah menghilang sempurna.

"Enak ya jadi kamu, bisa pakai semua sihir..."
Axel tertawa

"Enggak juga! Aku harus hapal semua tongkatku punya kekuatan apa! Coba bayangkan kalau tadi aku salah dan ga sengaja ngambil Thunder Rune!"
Axel bergidig dengan ekspresi lucu ke arahku.
Aku mencubit pipinya, membuatnya memanyunkan bibirnya.

"Ahahahaha!"
Axel memukuli tanganku dengan kepalan tangannya sambil terus mengomel ga jelas.

"Ah, gimana dengan dia...?"
Aku melirik ke arah Rex yang masih tertidur.

Axel ikut melirik, kemudian menghela nafasnya dan segera mengambil tempat duduk semula di samping Rex.

"Tidak ada perubahan, aku ga bisa menyembuhkan lukanya kalau dia belum sadar. Begitu juga dengan dia..."
Axel menunjuk ke arah Cardinal yang keadaannya tampak lebih buruk.

"Mereka berdua menggunakan kekuatannya sampai pada batasnya. Akibatnya mereka jadi benar benar kecapekan. Yahh, Semoga segera sadar.."
Axel bergumam sambil melihat ke arah Rex, sesekali kelebatan cahaya obor menciptakan bayangan di wajah manisnya.

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang