Yue's View
Deru angin tak mampu menutup kegugupanku.
Dadaku berdetak kencang, hingga aku bisa merasakan sedikit sakit karena hentakan jantungku di dadaku.
Aku sungguh merasa gugup kali ini.
Kulirik pria muda di sampingku.
Dia tampak tenang dengan ikat kepala hijaunya, sebuah sabit besar berwarna hitam dimain mainkannya di tangannya.Aku sendiri dengan nervous masih memutar mutar glaive di tanganku.
Panahku bertengger di punggungku, mungkin, kali ini aku akan bertarung dengan Glaive, dan membuat panahku bebas tugas sepanjang peperangan ini.Aku kembali memandangi sosok lelaki di sampingku.
Dia tampak menyadari aku memandanginya, dan segera mengusir mataku dengan pandangan dinginnya.
Apa dia masih membenciku sehebat itu?
Apa mungkin aku memang tidak bisa dimaafkan lagi?
Aku menundukkan kepalaku dengan lesu."Mereka datang..."
Ujar Rex, pria yang sedari tadi mengganggu pikiranku, dia berbicara dengan tenang dan santai, tapi aku masih bisa membaca kegugupannya di dalam nada suaranya.Aku menyipitkan mataku, menghalangi sinar matahari yang mencoba membutakan pandanganku, kupicingkan mataku.
Mulai bisa aku kenali mereka semua.
Mereka berpakaian serba hitam, dengan jubah hitam dan ukiran emas di sekujur baju mereka, sementara serombongan lain dengan pakaian serba hijau dan membawa tongkat dan menenteng sebuah buku berjalan beriringan dengan mereka.Samar kudengar Axel mulai berbicara dengan mantap, memerintahkan pasukan kami untuk menyiapkan mantra sihir mereka.
Aku memicingkan mataku, memeriksa pasukan musuh yang berjalan mendekati kami langkah demi langkah.Tunggu.
Aku mengenali satuan itu.
Seorang lain berpakaian putih panjang, bersama dengan dua orang pemuda, seorang membawa pedang besar di punggungnya, dan seorang lagi menenteng sebuah senapan laras panjang.Aku mengerutkan dahiku.
Mereka?
Tidak mungkin..."Hmmm, apa itu. Bukankah itu..."
Aku bermonolog, masih tidak yakin dengan penglihatanku.Rex melebarkan matanya saat melihat pasukan itu.
Axel yang sedari tadi terus berteriak menyiapkan pasukan kami pun terdiam.
Dia tak mengeluarkan sepatah katapun.
Aku melirik ke belakang, melihat ke arahnya.Axel melongo, dia melebarkan matanya, sama terkejutnya seperti kami.
Tak lama kemudian, dia segera menjatuhkan tongkatnya yang sedaritadi beterbangan, dan berlari melewati kami.
Ya, dia tampaknya juga mengenali mereka.
Rex hanya tersenyum dingin, tanpa mengambil pergerakan apapun.
Axel berlari, diikuti Arsais yang menyusulnya."Kak Yuujiiii!!!"
Axel berteriak lantang, kemudian segera memeluk salah satu dari tiga lelaki yang berjalan paling depan.
Lelaki muda itu tersenyum dan memeluk balas Axel, sambil terus berjalan, Ia menggendong Axel di bahunya, sementara Arsais memandangi mereka dengan sebal.
Aku tertawa melihat kelakuannya."Kalian ga suka liat kami datang sampai harus menyambut dengan senjata lengkap begini?"
Seorang pria lagi dengan pedang berbentuk salib besar di punggungnya mencerca kami dengan jengkel.Sedangkan seorang pria lagi dengan pakaian putih panjang, dengan rambut kuning emas panjang dan tiara biru di kepalanya segera mendatangiku, dan berlutut di hadapanku.
"Cardinal, Keith menghadap, maafkan keterlambatan saya..."
Ujarnya dengan hormat, tanpa sekalipun menaikkan mukanya untuk menatapku."Keith...? Kamu terlihat berbeda..."
Ujarku sambil tersenyum.
Pemuda itu berdiri, dia menyunggingkan senyuman tulus di bibirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/86315198-288-k167269.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night and The Day
FantasyLove Story in Fantasy Game and Real Life! Check it out! Based on Suikoden Game! I rewrite and Edited some parts and Ending from my last story.... Its in Indonesian!