Chapter 2.8: Love, Lust

32 7 2
                                    

Alvin's View

"Alviiinnn!"
Aku menoleh dan tersenyum ke arah pintu, tempat dimana sesosok tampan tersenyum ke arahku.

"Dokter Rio? Ayo masuk..."
Dokter Rio hanya cengar cengir, kemudian masuk sambil tersenyum lebar.

"Katanya kamu udah mau makan ya sekarang? Kamu mau jalan keluar gak?"
Dokter Rio duduk di sisi kasurku, kemudian merogoh tasnya.

"Nih, buatmu!"
Dia mengeluarkan sebuah bungkusan snack bergambar jagung dari dalam tasnya.

"Aku gatau, kamu gak suka manis kan? Aku bingung mau bawain apa, jadi kubawain snack aja. Hmm?"
Dia menatapku dengan cemas, kuatir kalau snack yang dibawanya tidak cocok dengan seleraku.
Kutarik bungkusan snack itu, kemudian aku membuka dan memakan isinya yang berbentuk seperti stick berwarna kuning.

"Ahh, syukurlah kamu mau makan itu..."
Dokter Rio bernafas lega sambil menatap senang ke arahku.
Hmm, sebenarnya aku ga suka snack kayak gini, tapi kalau liat muka cemasnya, rasanya jadi ga tega.
Lagipula, ini snack...
Not bad either...
lumayan enak rasanya.
Kuamati kemasan kecil itu.
"Jagung Bakar"
Namanya aneh....
Kuambil sebuah snack lagi dari dalam kemasan kemudian memasukkannya ke dalam mulutku.

"Enak? Suka? Ahahah! Syukurlah, kupikir kamu bakalan ga suka!"
Dokter Rio mengusap kepalaku perlahan, karena kuatir menyentuh bekas bekas luka di kepalaku.
Aku mencoba memasang senyuman ramah kepadanya, yang kemudian disambut dengan muka terkejut dari Dokter Rio.

"Well! Kamu jadi ramah sekarang! Senyum terus!"
Dokter Rio tertawa pelan.

"Panggil aku Rio aja, lagipula aku belum jadi dokter, kuliah juga belum selesai, ini cuma praktek kerja aja kok, kalo dipanggil dokter rasanya aku belum pantas..."
Dia tersenyum sambil menjelaskan hal yang sebenarnya tidak penting untuk dijelaskan sama sekali.

"Kamu daritadi diam aja, apa kamu mau ke tam.....an...."
ZAAAAAZZZ
Mendadak hujan lebat segera melanda taman yang saat itu ditunjuk oleh Rio, menutupi pandangan kami dari arah taman, sementara semua orang yang tampak bersantai di taman segera berlarian tak tentu arah menghindar dari derasnya hujan.
Rio hanya bisa melongo menatap ke arah taman, ekspresinya tampak benar benar bodoh!

"Pff.. Hhahahahahhaha!"
Rio kembali terkejut saat dia melihatku tertawa, membuatku segera menghentikan tawaku.

"Ehh, iya, hujan! Wah, aku baru liat ini kamu ketawa!"
Dia memajukan wajahnya mendekati wajahku, kemudian dia mengamatiku sejenak.

Deg! deg! deg! deg! deg!

Perasaan apa ini?
Perasaan aneh itu, perasaan aneh seperti saat aku melihat Jyo, kembali muncul.
Apa aku tertarik padanya?
Tidak, aku hanya mau Jyo, dan aku juga sudah menutup pikiranku padanya.
Dia hanya memanfaatkanku.

Senyuman Rio mengembang tepat di depan wajahku, sedikit nafasnya terasa menyapu wajahku.
Sial, mukaku pasti memerah sekarang!
Aku langsung membuang muka, menoleh kembali ke arah TV.

"Hahahahaha, kok mendadak buang muka sih? Aku duduk disini ya?"
Tanpa menunggu persetujuanku Rio segera duduk di sisiku, kemudian memberikan sebungkus snack lagi padaku.

"Nih, suka kan?"
Dia tertawa, kemudian kembali menatap ke arah TV.

"Ga ada siaran yang ramai ya?"
Rio melirik ke arahku.
Peduli amat.
namanya juga TV, kalo siarannya rame terus pasti bakal cepat bangkrut deh. Apalagi yang namanya TV indonesia sekarang isinya film film aneh bin gaje.

"Katanya kamu esok lusa sudah pulang ya?"

"Iya"
Aku menoleh ke arah Rio, dia menatapku lekat, wajahnya tampak sedih.

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang