Arsais's View
"Selamat Datang..."
Suara seorang wanita mendadak menyadarkanku, keadaan sekeliling pun berubah, aku bisa mencium samar bau dedaunan di sekitarku."Kalian bisa membuka mata kalian..."
Suara seorang wanita lagi menegur kami.Ada dimana aku?
Bukankah aku ditelan oleh sihir Marty?
Setahuku tidak ada yang pernah hidup setelah berhadapan dengan Rune Marty secara langsung.
Aku perlahan membuka mataku, sosok seorang wanita berjubah putih, dan seorang lagi berjubah merah muda samar berdiri di hadapanku.
Dengan susah payah aku memfokuskan mataku yang berbayang.Kedua sosok wanita itu masih berdiri tak bergeming. Perlahan namun pasti, kesadaranku dan penglihatanku mulai kembali padaku.
"Lady Leknaat, Lady Windy?"
Kedua sosok itu menatapku dengan tatapan berwibawa. Senyuman teduh tergambar jelas di raut wajah Leknaat."Syukurlah..."
Aku menatap ke sekelilingku, Yue, Keempat Bishop dan Axel berdiri di dekatku, tampaknya juga masih berusaha mengumpulkan kesadaran mereka."Kita, kita selamat? Bukankah kita ditelan oleh Nether Sphere dari Marty? Bagaimana bisa? Seharusnya kita sekarang sudah mati dan dihapus dari game..."
Kami semua saling berpandangan dengan tatapan penuh tanya, entah merasa beruntung, atau kebingungan dengan keadaan kami sekarang."Kalian nyaris ditelan oleh sihir Circle Rune, untungnya kami datang tepat waktu dan menggunakan Gate Rune untuk membawa kalian kemari..."
Leknaat berbicara perlahan, dengan nada yang penuh wibawa, dia menatap ke arah bola kristal di tangannya dengan mata butanya."Gate Rune, jadi kami selamat karena kalian?"
"Benar...... Kami memperhatikan perang kalian dari jauh, dan saat kami merasa Marty sudah mulai bertindak melampaui batas, kami segera menuju North Wall dan membawa kalian kemari."
Yue mengacak rambutnya, kemudian maju ke depan kami semua."Lalu, bagaimana dengan Aronia, bagaimana dengan perang kami?!"
Yue meremas kedua genggamannya dengan kencang.
Leknaat hanya menggeleng, dan menundukkan kepalanya."Maaf, kekuatan Gate Rune kami pun memiliki batas, kami bisa menyelamatkan kalian para pemimpin, tapi kami meninggalkan pasukan kalian di North Wall...."
"APA?!"
Yue meremas kerah Windy dengan geram, dia menatap ke arah Windy."Lebih baik aku mati bersama pasukanku, daripada aku harus lari seperti pengecut begini!"
Yue mengguncangkan kerah Windy, tapi Windy tampak tetap tenang dan terkontrol."Tenanglah, Cardinal, Mereka bukanlah sasaran utama Marty. Perhatikanlah..."
Leknaat menghunjukkan bola kristalnya pada kami, dan memperlihatkan North Wall yang sudah hancur menjadi puing puing, begitu pula dengan desa desa yang dibakar oleh Marty."Aronia sudah hancur. Secara default game, Negara Aronia sudah tidak ada lagi. Queen Arshtat dan King Barbarosa juga memutuskan untuk menghancurkan seluruh kota Rupanda, tidak membiarkan sedikitpun sisa kejayaan Aronia tersisa sekarang."
Leknaat menjelaskan dengan tenang, walau nada kesedihan jelas tergambar di wajahnya."Bagaimana dengan pasukan kami?"
Leknaat menatapku dalam, kemudian kembali berbalik dan memutar bola kristalnya."Sedikit yang tersisa, tapi tampaknya ahli taktik kalian yang bernama Kanna berhasil mengumpulkan pasukan yang tersisa dan membawa mereka lari dari medan perang. Sekarang banyak kelompok kecil sisa pasukan yang terpencar, dan Kanna sedang berkeliling mencari mereka sebelum Harmonia memulai perburuannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night and The Day
FantasyLove Story in Fantasy Game and Real Life! Check it out! Based on Suikoden Game! I rewrite and Edited some parts and Ending from my last story.... Its in Indonesian!