CHAPTER 4: March!

158 16 1
                                    

Kriiiing!!!!!!!

Bell? Bell Pulang?
Aku terbangun dari tidurku

"Pagi Ganteng"

Aku terkesikap

"Umm, Pak Jody...."

"iyah, kenapa pin?"

kulihat Kevin disebelahku diam tak bergeming dalam tatapan horrornya. aku yang baru terbangun masih mencoba menguasai keadaan

"...................."

"kok diam pin?" tanya guruku lembut"

"................... i..iyah, pagi pak guru..........."

"KAMU, JANGAN HARAP BISA LOLOS HARI INI....!!!!!!!"

Euuhh!!!! (=_=)

====end of flashback====

Jadi, begitulah intinya, kenapa sekarang ada sikat di tangan kananku dan ember menemani ku di toilet ini siang siang bolong....

"sigh, dapet cewek nggak, malah nge date ma ember, kesian bgt ya km"

ujar Kevin sambil menggosok lantai wc yang berkarat dimana mana

"...................."

"woi...."

"................."

BRAKK

"aduh, apaan coba?"

tanyaku sambil megusap kepalaku yang sukes menjadi pendaratan bogem Kevin

"NANYA LAGI!!! ni gara gara kamu! lagian juga, kan km yang dihukum kenapa mesti aku ikut nemenin kamu disini?"

"yahh, kan Pak Jody suruh vin..."

"PAK JODY MBAHMU! Kamu tuh yang tiba tiba bilang Pa Jody suruh aku bantu"

geramnya kesal
ahhh, anak satu ini, kalau sudah emosi, humh. Kutatap kembali wajahnya, terlihat mata coklatnya tetap menatapku tajam

"apa?" tanyanya
aku tersenyum. ahh, ga di game, ga di dunia nyata, bikin bocah ini senewen memang mengasyikkan....

"gapapa" gumamku lalu kembali memasang headsetku, dan melanjutkan menggosok lantai WC.

"oh iyah, Kev, aku ikut km pulang ya, gara gara ini aku ditinggal Grace pulang" ujarku yang sukses membuat ember melayang hingga tepat jatuh di sampingku. (=_=)!

"GILA ya?"

"kamu yang gila! dasar gatau diri udah dibantuin juga"

aku mendengus kesal lalu membuang muka.

"Pokoknya anter...."

dan acara bebersih wc kami dimeriahkan(-.-)? dengan celotehan Kevin....

==================================

Arsais's View

Kurapikan kembali posisi topiku. sejenak aku melamun, memikirkan hal yang akan terjadi selanjutnya. ingin rasanya aku pergi berlari dari semua kekacauan ini.....

=Aku berjanji, aku pasti melindungimu=

Sejenak aku tertegun, aku teringat kembali pada kejadian itu. aku tersenyum simpul, dan beranjak dari kursiku. kukenakan sarung tanganku, dan berjalan keluar dari ruanganku

"Caesar...Caesar...?"

"Maaf Bishop, Sir Caesar sedang di halaman depan untuk mempersiapkan perjalanan. apa anda mau saya memanggilnya sekarang?"

Sejenak kupandangi wajah pemuda berbaju hijau panjang di hadapanku. tampak ia telah mempersiapkan dirinya. sebilah belati sudah terikat di pinggangnya,  dan Tongkat sihir tersanding dengan ikatan sabuk kulit ke bahunya.

"Axel, sejak kapan kau di depan kamarku?"

"eumm, sudah sejak tadi, Sir Caesar memintaku berjaga di sini selama ia pergi. apa Anda ingin aku memanggilnya?"

"Tidak, aku akan kesana sekarang. Kau ikut?"

"I..Iyah..."

Sejenak aku tersenyum memperhatikan anak ini. aku tahu, dari caranya memperhatikan Caesar, aku tahu, dia sangat mengagung agungkan gurunya itu, tapi terkadang aku melihat sesuatu di matanya, sesuatu yang tidak dapat kumengerti....

"Caesar, apa kita siap berangkat sekarang...?"

Caesar menatapku sejenak, lalu segera memberikan aba aba pada orang yang berbaris.

"Berapa banyak yang kita punya?"

"15 ribu, kau yakin dengan keputusanmu, Bishop?"

"Tidak.... tapi tenanglah, aku punya rencanaku, dan aku tidak akan menyia-nyiakan semua sahabatku di dalam perang ini"

Caesar mengangguk ringan

"Yeah, aku percaya, kapan sih aku ga percaya ama kamu sob? lagian kita juga sudah lama berteman, dan aku paham betul dengan kemampuanmu"

Aku tersenyum getir, karena sebenarnya aku tidak memiliki rencana apapun untuk menghadapi masalah ini

Caesar tampak memperhatikanku, kemudian tersenyum.

"kau memang tidak pandai menyembunyikan masalahmu ya? sudahlah, kami juga sudah bersiap untuk semuanya...."

Caesar menyibakkan topiku dan mengacak acak rambutku. aku pun berusaha melindungi rambutku dari serangannya. mataku menyapu ke depan gerbang. tampak Axel memandangi kami berdua dengan tatapan aneh. kurasa semakin lama aku semakin menyadari apa yang terjadi di antara mereka...
Yeah, aku bukan orang yang tertutup dan tidak mengakui adanya hal ini.
Tapi apa benar?
Perasaan Axel seperti yang kupikirkan?
Lebih baik kucaritahu....

"Caesar, aku mau Axel ada di divisimu, perhatikan dia dengan baik.."

"Ahh, kenapa? bukannya buatmu dia cuma bocah bodoh?"

"yeah, tapi kupikir dia tak akan ragu untuk melakukan apapun untuk melindungimu..."

kukenakan kembali topiku dan berjalan mendahului mereka, meninggalkan Caesar yang masih dibingungkan dengan perkataanku barusan. yah, aku mulai menyadari sesuatu yang disimpan oleh bocah bodoh itu.....

Aku bergerak ke depan barisan. kukeraskan raut wajahku, bersiap untuk menggerakan mereka

"KITA BERGERAK, KE NORTH WALL ! KITA HANYA PERLU MENGULUR WAKTU SAMPAI BANTUAN DATANG KEMARI. JANGAN MEMBUANG BUANG NYAWA KALIAN! MARCH!"

Teriakku lantang, disambut dengan gemuruh teriakan dari sahabat sahabatku yang telah lama kukumpulkan di tempat ini. tak seberapa lama, kami mulai bergerak ke tempat yang kami tuju. teriakan teriakan jelas terdengar sepanjang perjalanan kami.

HMPH....... andai aku punya headset disini....

The Night and The DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang