Arsais's View
"Kevin...?"
Aku tersadar dari lamunanku, kemudian segera menatap ke arah pintu.
Axel menatapku dengan bingung, dia tampak berpikir sejenak, kemudian segera mendekatiku dan duduk di depanku."Yeah, Axel? Kenapa...?"
Dia hanya menatapku lembut.
Axel menggeser kursi yang didudukinya ke dekatku, kemudian ia menyandarkan kepalanya padaku."Hmm...."
Axel menutup matanya, menggosokkan kepalanya ke bahuku."Kenapa Kevin melamun...? Kevin lagi banyak pikiran...?"
Axel menyentuh dadaku pelan, mengusapnya lembut.
Aku membiarkannya mengusap dadaku, kupejamkan mataku, membiarkannya menenangkanku.
Aku memang perlu hal seperti ini.
Belakangan ini semuanya benar benar membuatku tertekan.
Apa karena aku mewarisi jabatan sebagai Arsais, mereka berharap banyak padaku?Padahal Yue adalah pemimpin di pasukan kami.
Tapi semua orang selalu berharap padaku, selalu menuntutku mampu menjalankan semuanya sebaik Alvin.
Aku tidak mampu!
Aku tidak sebaik Alvin dalam segi strategi maupun keahlian bertarung!
Aku jauh dibawahnya, dan aku tidak mungkin mampu menginjak bayangannya.Kuhela sekali lagi nafasku, Axel sekarang merangkulkan kedua tangannya di sekeliling leherku.
"Kevin kenapa? Kevin cemas sama perang ini...?"
Dia begitu lembut kalau sudah seperti ini. Walaupun sikap kekanak kanakkannya masih terasa jelas, dan dia memperlakukanku seakan dia balita yang sedang berbicara pada bayi, yang dalam kasus ini adalah aku."Makasih, sayang, aku cuma pusing, mereka semua menimpakan semua beban yang dipanggul Arsais padaku. Padahal jelas Arsais dulu memang benar benar hebat dan berbakat, sehingga dia mampu mengatasi dan mengatur semuanya. Sedangkan aku, Aku masih jauh dibelakangnya. Sekarang saat aku dipaksa untuk seperti Alvin, rasanya aku ga mampu..."
Aku membelai rambut cokelat kehijauannya dengan lembut. Rambut itu terasa begitu halus di tanganku.
Axel mendadak mengambil posisi duduk dan menatapku dengan sebal."Bukan gitu! Kevin mampu kok! Kenapa Kevin ragu?"
Dia mengusap bahuku, kemudian menusukkan telunjuknya dengan pelan ke arah dadaku."Kevin punya semua yang diperlukan Alvin untuk memimpin dulu. Alvin ga pernah memimpin dengan kekuatan dan strateginya, tapi dia memimpin dengan apa yang ada disini sekarang."
Aku melirik ke arah dadaku, kemudian menatapnya kembali.
Axel mengangguk membalas tatapan penuh tanyaku."Alvin ga pernah memimpin kita dengan kekuatannya, yang membuat dia berbeda dari pemimpin lainnya adalah ini. Alvin selalu berusaha menggunakan hatinya untuk memahami kita semua, dan aku tahu, Kevin juga punya hati yang sama, jadi kenapa takut?"
Mata lebarnya terus menatapku, menunggu jawabanku.Aku hanya diam tak bergeming, menundukkan kepalaku tanpa berani menatapnya.
Benarkah?
Apakah semua yang dia katakan benar?
Atau dia cuma mau menenangkanku?"Aku ga bohong, Kevin mampu kok, Kevin sama baiknya dengan Alvin, dan Kevin pasti mampu membawa Valerie kembali ke tempatnya."
Axel masih menatapku lewat dua bola mata kehijauannya, wajahnya tampak penuh dengan keyakinan."Yeah, aku juga yakin kamu bisa..."
Kami sontak segera menoleh ke arah pintu sekali lagi."Cardinal?"
Yue tampaknya sedaritadi terus berada disana dan menguping pembicaraan kami.
Dia berdiri santai di pintu sambil menyandarkan punggungnya di kusen pintu, dan melipat kedua tangannya.
Panahnya yang berwarna perak kemerahan menggantung di sisi pinggangnya."Aku dulu juga, pada saat pertama kali diangkat menjadi Cardinal dari Aronia, aku sempat ragu, dan tidak percaya diri. Akhirnya aku membangun parlemen untuk melindungi diriku sendiri. Aku membiarkan mereka mengambil keputusan untukku, dan memikirkan semua masalah masalahku."
Cardinal tersenyum, dia berjalan masuk, dan mengambil sebuah kursi lagi tepat di depan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night and The Day
FantasiaLove Story in Fantasy Game and Real Life! Check it out! Based on Suikoden Game! I rewrite and Edited some parts and Ending from my last story.... Its in Indonesian!