Jawa Timur Imam Utomo

122 6 0
                                    

Tulisan ini adalah awal dari sebuah perjalanan penelitian sangat panjang yang semula akan saya kasih judul Menemukan Kembali Jawa Timur, atau lebih luas Menemukan Kembali Jawa. Penelitian itu tak sekadar di wilayah sejarah dan antropologi, tetapi mungkin juga arkeologim bahkan mungkin melibatkan genekologi dan berbagai disiplin ilmu lain.

Kita semua dewasa ini adalah suatu kumpulan manusia yang sebenarnya sangat tidak mengenal asal-usulnya dalam konteks itu. Jangankan bicara sampai kurun sesudah atau sebelum Adam, atau pemetaan Homo Sapiens, Homo erectus, dan berbagai jenis induk makhluk lain. Bahkan anak-anak sekarang mungkin tidak tahu dan tidak dikasih tahu dan tidak pernah ingin tahu tentang siapa buyutnya.

Era 1970-an masyarakat masih punya energi dan simpati untuk menengok siapa dan bagaimana kehidupan lima abad silam. Era 1980-an masih bisa menengok 50 tahun silam. Era 1990-an mengingat kejadian lima tahun yang lalu saja sudah merepotkan, menggangu pekerjaan, mengurangi time is money, dan tidak profesional. Adapun era 2000-an sekarang ini sudah lupa apa isi berita teve lima hari yang lalu, ingat Soeharto hanya kalau pas Soeharto sakit, dan berani omong penuh gaya dan kegagahan tentang Soeharto ketika Pak Harto pingsan atau koma atau tidak mampu mendengarkan apa-apa. Kalau Pak Harto sehat kita tidak mengingatnya dan telalu penakut pengecut untuk omong tentang pengadilan atasnya.

Siapa kita sehingga pengecut seperti ini? apakah karena kita ini orang Jawa? Siapakah Jawa? Jawa yang mampu membangun teknologi ultracanggih Borobudur yang kalau dilihat dari udara bagaikan kolam dengan teratainya, belum lagi puncak-puncak filsafat, ilmu, pengetahuan ruh kemanusiaan, kedahsyatan arsitektur yang tak hanya menyangkut bentuk dan warna namun merangkum pengetahuan tentang titik koordinat keheningan hidup… ataukah Jawa yang Pasar Turi terbakar dan tidak memiliki kedewasaan dan keadilan kemanusiaan kemasyarakatan untuk menangani recovery-nya dari sudut tata bangunan hingga manajemen kerakyatannya?

Jawa Gajah Mada atau Jawa Bonek? Jawa Empu Sindok atau Jawa dengan dukun-dukun kampung yang jutaan orang dengan sangat mudah diperdaya? Jawa Hayam Wuruk atau Jawa Pilgub yang nanti akan banyak bentrok-bentrok di sepanjang Pulau Jawa?

Jawa dalam pemetaan Indonesia sekarang belum tentau sama dengan Jawa yang pernah menjadi sumber suatu peradaban pada masa silam yang jauh. Kalau sekarang Anda mengenal Jawa yang duduk berdampingan dengan Sunda, Madura, Bugis, Minang, dan ratusan suku atau anak bangsa lain, maka Jawa yang itu tidak pasti sama dengan Jawa Majapahit, apalagi Jawa Rakai Pikatan, terlebih lagi Jawa dahulu kala yang mungkin hidup dan berperadaban mungkin sebelum era Nabi Nuh misalnya.

Kalau penguasa dunia sekarang adalah anak turun Ibrahim AS melalui Ismail AS dan Ishaq AS, maka bangsa Jawa dan China itu keturunan Bapak Bangsa yang mana sebagaimana Ibrahim AS digelari Bapak Segala Bangsa? Memangnya Ibrahim AS manusia pertama dan tidak punya sana famili di sekitarnya, sebelum dan sesudahnya, yang lebih tua atau lebih muda darinya namun lain garis, sehingga bumi hanya dihuni oleh anak turun beliau?

Kalau kita pergi ke kurun waktu silam terlalu jauh, saya harus tuliskan mengenai kepustakaan tentang Jawa di sebuah negara Eropa, tetapi bukan Belanda yang baru lima persen dibuka dan diketahui oleh dunia termasuk orang Jawa saat ini. Ada sejumlah kelompok di muka bumi yang memiliki bahan tentang Jawa, yang orang Jawa sendiri tidak tahu apa-apa mengenai dirinya. Saya harus tuliskan anak buah Nabi Musa yang merindukan makanan-makanan tropis: kacang adas, mentimun, bawang merah bawang putih, bayam, sayur-sayuran. Atau anak buah Nabi Musa juga yang ditimpa “kutukan tropis” oleh Allah menjadi kera-kera, padahal kalau bukan manusia pulau-pulau kera pasti tak takut dikutuk jad kera karena mereka tak pernah mengenal kera.

Harus saya tuliskan kenapa Tel Aviv bernama Jaffa Tel Aviv, kenapa pusat-pusat Yahudi di Amerika, Kanada, Belanda, Australia, dan lain-lain bernama Jaffa. Apa hubungan antara “j” dan “w” dalam kata Jewish atau Yahudi dengan kata Jawa, Yehovah, dan seterusnya? Atau berbagai macam referensi dan hipotesis yang semua ilmuwan belum pernah mendengar sehingga mereka tak akan percaya dan pasti menertawakan.

Tak usah terlalu jauh. Mungkin berpikir sepengga linier saja: gubernur yang akan dipilih oleh rakyat Jawa Timur nanti tokoh sekualitas Ken Arok, apa Raden Wijaya, apa Airlangga, apa Sunan Ampel yang pernah memimpin Kerajaan Demak sebelum Raden Patah atau cukup setingkat Ronggolawe, Damarwulan, Bahkan Nambi dan Menakjinggo? Atau Sabdopalon Noyogenggong, atau malahan Layang Seti Layang Kumitir? Atau jangan terlalu jauh: Sawunggaling atau Trunojoyo saja. Terserah manusia Jawa Timur sekarang: pilgub yang akan datang ini urusan menemukan kembali sejatinya dan agungnya manusia Jawa Timur, atau pilgub adalah urusan Serangan Fajar 50 ribu rupiah.

Jawa Timur punya sejarah mutu manusia dan masyarakat yang luar biasa. Pemetaan Republik Indonesia sebenarnya dirintis oleh manusia Jawa Timur. Jangankan lagi bicara tentang para Waliyullahm sepanjang Tapal Kuda. Kata amuck dalam bahasa Inggris diambil dari kasus petani ngamuk di Jawa Timur. Manusia Bondho Nekat alias Bonek hanya mungkin lahir di Jawa Timur. Hari Pahlawan sudah terbukti tercipta karena kadar nekat manusia Jawa Timur melebihi saudara-saudaranya di wilayah lain. Mainstreamperadaban pesantren ada di Jawa Timur. Atau tak usah jauh-jauh: Liga Sepak Bola Indonesia kesebelasan yang terbanyak adalah Provinsi Jawa Timur.

Jawa Timur ini imam utomo-nya Indonesia. Kelak kita akan mengurai kenyataan, menurut oposan keuangan dunia dari wilayah non-Amerika Serikat, yang sebentar lagi akan mengubah peta keuangan dan kekuasaan dunia, bahwa Nusantara ini adalah imam utomo-nya Buwono, pusatnya putaran-putaran energi kehidupan dunia. Jangan tertawakan ini dulu supaya kelak anak atau cucumu yang mengalami bukti-bukti tidak ganti menertawakanmu.

Imam itu pemuka, pemimpin. Utomo itu utama, hampir kamil, memiliki tingkat kemuliaan tertinggi. Ketika Nusantara memimpin bumi, yang berlangsung bukan kegagahan untuk menang, bukan kekuatan untuk kekuasaan, melainkan keanggunan dan kearifan. Dunia akan dipangku oleh Jawa: Jawa bukan dalam arti Jawa sekarang, tetapi sejatinya Jawa yang dahulu kala pernah dicapai dengan mercusuarnya yang kini sejarah belum mampu mengidentifikasikannya. Jawa Nusantara akan menjadi pusat dunia, sesudah ia menemukan pusatnya sendiri, yakni Ibu Kota Nusantara yang nanti bukan lagi Jakarta.

Imam utomo dari seluruh proses yang sedang bergulir diam-diam itu adalah manusia-manusia Jawa Timur. Tetapi, manusia Jawa Timur belum akan belajar menjadi Umam Utomo kalau dengan banjir, meluapnya Bengawan Solo yang sejak dulu sudah dilagukan oleh Gesang, kepada tanah longsor, kepada lumpur, dan kepada kehadiran-kehadiran Allah melalui perilaku alam, mereka tidak belajar apa-apa. Banjir longsor lumpur hanya menjadi derita dan penyesalan, tidak menjadi sumber cahaya masa depan.

Jawa Timur secara politik dan konstitusi lahir sesudah negara Indonesia lahir, tetapi manusia Jawa di bagian timur sudah lahir mungkin sejak sebelum Nabi Nuh. Indonesia bukan bangsa yang lahir 1945. Bangsa (yang sekarang menyebut dirinya) Indonesia adalah hamba-hamba Allah dengan peradaban panjang yang pada suatu jengkal waktu melahirkan negara dan bangsa Indonesia. Jangan dibalik, daripada lholak-lholok terus.

Cak Nun - Sebuah Kumpulan TulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang