Forum Bangbang Wetan pada 27 Oktober 2007 mengangkat tema “Belajar kepada Majlis Setan”. Rasulullah Muhammad Saw punya anjuran termasyhur “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”. Itu titik berangkat. Yang beliau maksud mestinya tak hanya territorial geografis, tapi juga berbagai-bagai wilayah dan dimensi.
Kalau Anda ingin tahu apa itu Bangbang Wetan, tanya kepada mayoritas korban Lumpur di Sidoardjo, atau tokoh-tokoh Surabaya seperti Johan Silas, Pak Muhammad Nuh, Pak Hotman Siahaan dst. Atau datang saja langsung ke Balai Pemuda Surabaya pada hari H-nya tiap bulan. Itu dulur mbuncit dari Padang Bulan Jombang, Mocopat Syafaat Yogya, Gambang Syafaat Semarang, Kenduri Cinta Jakarta, Obor Ilahi Malang, juga ‘saudara sepupu’ nya yang tentatif di Mandar, Bandung, Kuala Lumpur, Hongkong dan lain-lain.
Teman-teman civitas akademika ITS Unair Unesha dan makin banyak lagi kampus-kampus bergabung di dalamnya. Segala segmen masyarakat, pedagang, pegawai, pemulung, tukang becak, penganggur, aktivis-aktivis sosial, dan berbagai kalangan lain duduk bersama.
Kalau Anda ingin lebih mengenal setan, justru di Bangbang Wetan markasnya. Anda orang yang jauh dari setan, masyarakat Bangbang Wetan sangat dekat dengan setan. Anda memandang setan jauh di luar diri Anda, jamaah Bangbang Wetan melihat setan ke dalam dirinya. Anda teman karibnya Allah sebagaimana Khalilullah Nabi Ibrahim AS, kami golongan manusia yang sangat ketakutan kepada Allah, badan kami sangat bau, hati kami busuk, kalau haji atau umroh takut mendekat ke Ka’bah karena kesucian Ka’bah jangan sampai terkotori oleh kebusukan kami.
Anda orang yang sangat cinta dan karib dengan Muhammad Saw sehingga Anda bersifat Muhammadiyah, berwatak bak Muhammad, sementara kami adalah setan-setan yang tidak punya andalan apapun untuk mencintai Muhammad. Anda mungkin bagian penting dari Perhimpunan Orang Alim atau Nahdlatul Ulama, sementara kami lebih pantas dicampakkan ke kubangan Nahdlatus-Syayathin: gerombolan setan-setan.
Komunitas Bangbang Wetan menemukan dirinya sebagai gerombolan setan yang merasa perlu mempelajari dirinya sendiri. Beda dengan manusia yang sangat intelektual, yang paham persis siapa dirinya. Oleh Allah manusia dianugerahi hardware yang namanya otak, yang bisa berpikir karena berjodoh dengan software pendaran-pendaran gelombang elektromagnetik dari Sab’a Samawat tujuh langitnya Allah. Perjodohan itu bernama akal.
Komunitas setan Bangbang Wetan tidak akan mampu mengejar prestasi manusia yang normal sajapun, apalagi manusia yang Ulama, yang Ustadz, yang Muballigh, yang berperilaku Muhammadiyah, yang sangat mengerti ijtihad, tabayyun, melangkahkan kaki berdasar ilmu yang jernih, pengetahuan dan analisis atas fakta yang obyektif, yang menolak taqlid, yang tidak gamoh seperti gethuk: sehingga kalau mendengar sesuatu ia selalu melakukan rekonfirmasi, re-check, mencari berbagai versions of facts.
Manusia diamanati Allah “In jaʼakum fasiqun binabaʼin fatabayyanu an tushibu qauman bijahalah….”. Apabila datang kepadamu dukun manipulator melaporkan sesuatu, sebaiknya ditabayyunkan, diobservasi substansi-substansi masalahnya, alur sejarahnya, konteksnya, setting semua pihak yang terlibat. Agar kamu tidak dengan sangat mudah dithotholi oleh isu dan fitnah, mudah digerogoti oleh kelompok ini parpol itu ormas sana dan sini, karena pada dasarnya engkau sendiri yang menggerogoti dirimu sendiri. Nanti kamu akan merugikan suatu kaum karena ketololannya itu. Dan hendaklah diketahui bahwa “suatu kaum” itu bukanlah siapa-siapa kecuali manusia tolol itu sendiri dengan golongannya.
Kami para setan terletak pada maqam yang sangat susah dan dilematis. Kami takut kepada Allah, tetapi terlanjur bersumpah akan membuktikan kepada Tuhan hujjah atau argumentasi kepada dulu Iblis si Bapak Setan yang ogah bersujud kepada Adam. Kalau ada setan yang berminat untuk tahu apa argumentasi Bapak Setan itu, hadirlah di Bangbang Wetan.
Ini sekedar pengantar, agar orang-orang yang dekat dengan Allah tahu bahwa ada forum setan bulanan di Surabaya. Agar ke telinga manusia-manusia alim sholeh Islamiyah Muhammadiyah lewat sesaat kabar bahwa ada kumpulan setan. Agar bangsa Indonesia yang religius, yang jumlahnya hajinya tak terhitung, yang pengajian tiap hari, yang Ustadznya melimpah-limpah, yang berpeci berserban berjubah tampil siang dan malam pernah mendengar sedikit bahwa ada rombongan setan di Surabaya.
Apakah setan belajar ilmu juga seperti kaum sarjana, atau malah ia harus lebih pandai dari para professor doktor, sebab kalau tidak demikian bagaimana mungkin setan punya pengaruh atas kaum cerdik cendekia? Apakah setan bisa baca Quran? Bahkan bisa lebih fasih dibanding para Ustadz? Sebab segala yang dimiliki dan dimampui oleh manusia maka setan juga harus lebih memiliki dan lebih memampui? Bukankah setan hanya bisa menjalankan tugasnya sebagai setan kalau dia lebih sakti dari manusia? Di Bangbang Wetan mudah-mudahan bisa kita cari jawabannya.
Ini bukan sesuatu yang dibikin-bikin. Saya ini sendiri—bukan sekadar dalam pandangan saya, tetapi juga terutama pada pandangan mereka yang karib dengan Allah: adalah juga setan. Sehingga wajah saya adalah wajah setan, rambut saya adalah rambut setan, nyanyian saya adalah nyanyian setan, puisi saya adalah puisi setan, dan orang-orang yang bersama saya adalah teman-temannya setan. Sayang sekali Kiai Kanjeng tidak bisa hadir di Bangbang Wetan untuk membawakan lagunya yang berjudul “Tembang Setan”.
Surya, 20 Oktober 2007
KAMU SEDANG MEMBACA
Cak Nun - Sebuah Kumpulan Tulisan
عشوائيSeperti yang tertulis pada covernya, "Jangan Berhenti Pada Kata Cinta, Alamilah Getarannya . . .", ini adalah sebuah getar-getar yang mencoba mengurai cinta tak hanya sekedar dari kata, melainkan dari pengalaman kehidupan yang meluas dan mendalam, r...