Ada orang yang merasa cemburu kepada para Nabi, misalnya Ibrahim dan Ismail.
“Mereka sih dapat wahyu. Jadi Ismail mau saja disembelih, lha wong itu jelas perintah Tuhan. Lha kita ini cuma punya Wahyu Prasetyo, Wahyu Utomo, atau paling jauh Wahyu Sihombing…” katanya dengan ketus.
Biarlah. Cemburu itu unsur penting dari cinta.
Wahyu itu informasi dari Allah. Juga karamah untuk para Waliyullah. Juga ilham untuk kita yang awam ini. apa beda antara ketiganya? Kualitasnya.
Mustahil donk kalau kita tak memperoleh informasi apa-apa dari Allah. Kesepian banget donk. Kita bisa dapat ilham atau petunjuk. Dan kita bisa siap menerimanya kalau kita pasang akal dan kepekaan batin. Cuma kita sering pura-pura tak tahu bahwa petunjuk Allah begitu jelas. Hobi kita menipu diri, sih.
Apa sebab Jon dilahirkan tak di Siberia? Apa sebab Jon tak jadi anak Umar bin Khaththab? Apa sebab rambut Jon berombak? Apa sebab hidung Jon ‘sopan’ dan tidak terlalu senang menonjolkan diri? Kenapa Jon tak punya bakat dagang? Allah is the One who knows it.
Tapi kenapa Jon tak kebagian tempat duduk di Kereta Senja, itu bukan takdir Tuhan. Kalau ada kaum mustadh’afin, kaum yang dilemahkan, itu karena ada kaum yang mustadh’ifin, kaum yang melemahkan.
Dalam kehidupan yang campur aduk begini, memang tak gampang membedakan antara kehendak Allah dengan kehendak kaum mustadh’ifin. Kecuali kalau kita rajin ng-iqra’.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cak Nun - Sebuah Kumpulan Tulisan
RandomSeperti yang tertulis pada covernya, "Jangan Berhenti Pada Kata Cinta, Alamilah Getarannya . . .", ini adalah sebuah getar-getar yang mencoba mengurai cinta tak hanya sekedar dari kata, melainkan dari pengalaman kehidupan yang meluas dan mendalam, r...