"Hey, boy" sapa Dario
Brian menoleh dan melihat ayahnya sudah berdiri dengan gagah di sampingnya. Brian sedang merapikan alat tulisnya saat panggilan dari ayahnya mengejutkannya
"Daddy menjemput?" Tanya Brian heran dan Dario mengangguk
"Sampai kakimu sembuh, Daddy akan menggendongmu setiap pergi dan pulang. Juga kemana pun kamu mau pergi" ucap Dario
Brian terkejut mendengar ucapan Dario, dia senang tapi, dia juga tahu kalau bisnis ayahnya yang semakin besar itu membutuhkan banyak waktu
"Ryan gak pa-pa kok Dad. Ryan bisa pulang sama uncle Fioz atau uncle Joshef" ucap Brian
"Ryan tidak suka Daddy jemput?" Tanya Dario sambil berjongkok di sisi putranya
"Bu-bukan gitu Daddy. Ryan senang Daddy jemput tapi, itu akan mengganggu pekerjaan Daddy"
Dario sedikit terkejut mendengar penuturan putranya. Anak yang baru berusia lima tahun lebih, bisa mengatakan hal sedewasa itu. Pikiran Dario langsung bertanya-tanya, dia takut apa yang dialami putranya sejak di Inzpia menjadi penyebab putranya seperti ini. Perasaan sedikit tertekan dan mulai terbiasa melakukan semuanya sendiri. Sama seperti dirinya dulu
Dario tersenyum kecil. Dia mengacak puncak kepala putra sulungnya itu perlahan
"Tidak akan mengganggu. Lagi pula dibandingkan pekerjaan Daddy yang membosankan itu, kamu, Chea dan Mommy lebih penting buat Daddy"
Brian hanya bisa mengangguk kecil mendengar ucapan ayahnya. Dia tersenyum mendengar ucapan ayahnya. Jujur saja, hatinya senang sang ayah memikirkan dirinya dan juga ibu serta adiknya lebih dari pekerjaannya
"Sudah selesai?" Tanya Dario dan Brian mengangguk
"Baiklah kita pulang" ucap Dario sambil mengangkat badan Brian dalam gendongannya
"Apa ayah dari teman-teman Ryan memarahi Daddy?" Tanya Brian saat mereka berjalan keluar dari kelas dan melewati para orang tua murid disana
Dario tersenyum kecil pada putranya dan itu membuat setiap orang yang melihatnya disana, langsung terpana dan terkejut. Terkejut lantaran orang paling menakutkan bisa tersenyum dan begitu lembut
"Tidak juga. Mereka hanya menyapa dan meminta maaf" jawab Dario santai
"Benarkah?"
"Hn. Mereka meminta maaf karena anak-anak mereka begitu nakal"
Brian mengangguk. Brian bercerita pada ayahnya tentang guru kelasnya yang hari ini memberikan dirinya cokelat dan cake double chocolate. Dario hanya tersenyum tipis sambil mendengarkan ucapan putranya. Setiap orang yang mereka lewati terkesima melihat sosok Brian yang jadi begitu ceria dibandingkan sebelumnya
"Jangan makan cokelat terlalu banyak Ryan! Nanti kamu gendut loh" ucap Dario menanggapi cerita putranya
"Tidak akan Daddy. Kan, Ryan selalu olahraga"
"Olahraga?"
"Iya. Ryan olahraga mengejar Chea yang sudah bisa lari-lari"
Ucapan polos Brian membuat tawa Dario meledak disana. Brian sendiri juga tertawa. Hal itu membuat orang-orang yang sejak tadi menonton interaksi ayah dan anak itu dengan takut menjadi terkejut. Mereka terlalu kaget melihat seorang pebisnis yang terkenal kejam itu bisa tertawa lepas karena celotehan anak kecil
Dario mendudukan Brian di kursi penumpang lalu, dia menutup pintu mobilnya dan berbalik. Seketika saat Dario berbalik, semua orang kembali merinding ketakutan lantaran wajah penuh tawa Dario berganti menjadi wajah datar dengan tatapan tajam yang menyeramkan
"Sir?" Panggil Gael
"Kita ke Le Ciel. Sebelum itu kita ke resto dulu"
"Baik sir"
"Gael"
"Yes sir"
"Masalah mereka sudah selesai?"
"Sudah sir. Saya sudah mengurusnya. Sedikit pelajaran yang sir minta"
Dario menaikan sebelah alisnya, menatap Gael penuh heran
"Saham perusahaan mereka jatuh dengan cepat pagi ini sir. Lalu, beberapa juga kehilangan kontrak besar dengan Le Ciel"
"Kontrak dengan Le Ciel?"
"Ya sir. Beberapa dari mereka bekerja sama dengan kita dalam hal pasokan minuman ringan dan alkohol, sir"
Dario mengangguk puas. Mereka akan datang padanya. Dario yakin itu. 'Terkadang memiliki perusahaan besar cukup menguntungkan', begitu pikir Dario. Dario masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah putranya yang sedang sibuk mengerjakan PR-nya. Inilah yang Dario suka dari putranya, Brian selalu mengerjakan tugas rumahnya setiap mereka pulang. Baik itu di rumah, di Le Ciel ataupun di mobil seperti saat ini
"Makan siang dulu, baru ke Le Ciel ya jagoan"
"Okey Daddy"
Sesampainya di Le Ciel Dario menurunkan Brian dari gendongannya. Brian dia dudukan di kamar kecil yang sengaja Dario buat dulu. Brian mengganti pakaiannya dan berguling guling di ranjang king size itu. Brian menguap kecil dan menutup matanya
"Ryan... Ry-" panggilan Dario terhenti saat dia melihat anak sulungnya tengah terlelap di ranjang besar-nya. Dario tersenyum. Dia membenarkan posisi tidur putranya dan menyelimutinya
"Sleep tight son" bisik Dario
Dario keluar dari kamar itu dan berkutat pada pekerjaannya yang menyebalkan. Dario merasa jengkel dengan surat permintaan kerja sama yang kebanyakan berusaha menjebaknya. Kata-kata yang berbelit dan menyimpan banyak jebakan yang tentu saja bisa membuatnya merugi jika dia tidak teliti membaca surat kontrak itu
"Aw...." Ringis Brian kecil saat dia mencoba berjalan dengan kedua kakinya sendiri
Brian duduk di lantai. Dia tidak sanggup menahan sakit dari kaki kirinya yang terkilir. Brian mengusap kakinya pelan. Dia mencoba berdiri lagi dan berjalan perlahan sambil terpincang ke kamar mandi. Tak lama setelah Brian masuk ke kamar mandi, Dario masuk ke kamar itu untuk melihat Brian
"Ryan..." Panggilan itu membuat Brian sedikit terkejut
Dario membalikan badannya saat mendengar suara flush dari toilet disusul dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Dario menghela lega. Dia mengira putranya menghilang atau masuk ke ruang rahasia lainnya di kamar itu
"Jangan mengejutkan Daddy, Ryan" ucap Dario sambil menghampiri putranya
Dario menggendong Brian dan mendudukannya di atas ranjang. Dario duduk bersila di lantai. Dia melepaskan perban di kaki kiri Brian dan memeriksanya
"Tuh kan, bengkak lagi. Jangan jalan-jalan dulu jagoan!"
Brian mengangguk. Dario beranjak dan mengambil perban baru juga salep. Dario memijat pelan kaki Brian dengan salep lalu, dia membalutnya dengan perban
"Thank you Daddy"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...