"Ryan... Kau sedang membohongiku?"
Skakmat!
Brian terdiam kaku tidak bisa menjawab apapun. Dario berdiri di depan putranya
"Apa alasanmu menjadi pembunuh bayaran Ryan?"
"Apa maksud Dad? Aku tidak mengerti"
Prang!
Dario membanting vas di dekatnya. Dia meneriaki Brian dengan amat keras
"Brian Dimitry!! Berhenti berbohong dan katakan!!!"
Brian diam menatap ayahnya datar
"Tidak tahu? Tanyakan sendiri pada dirimu!" jawab Brian semakin memancing emosi Dario
"Kau! Siapa yang mengajarimu melakukan hal konyol itu?!! "
Brian menatap tajam ayahnya. Dia untuk sejenak lupa dengan rasa takutnya akan kemarahan sang ayah. Brian hanya menampilkan wajah kesalnya dengan sangat amat, matanya melirik tajam ke arah Dario
"Dad sedang bertanya kenapa aku seperti ini? Tanyakan pada dirimu sendiri!!! Apa tidak pernah Dad mencoba memikirkan bagaimana cara menghabisi seseorang yang mengancammu?! Orang-orang selalu mengatakan betapa hebatnya dirimu sementara bagiku kenyataannya Dad hanya seperti pengecut buatku!! Dad tidak mencarinya, aku yang mencarinya!!"
"Kau! Kau sudah kehilangan akal sehatmu?!! Apa kau sudah gila?!"
Brian mendengus. Dia menatap tajam ayahnya dia tidak mundur sekalipun ayahnya mungkin akan membunuhnya. Brian bukan sekali dua kali melihat bagaimana murka ayahnya. Dia tahu dan paham dengan benar seberapa menyeramkan murka ayahnya itu
"Ya! Ya aku gila! Aku gila dan itu karena Dad!! Apa pernah kau berpikir sedikit saja tentang Mom? Tentang Chea? Dan sekarang Ichelle? Apa kau pernah mengerti kesulitan Chea dan aku ketika kami diberi tugas membuat silsilah keluarga? Chea pernah mengatakan tugasnya sulit dan tugas itu sulit karena kau tidak pernah sedikitpun mencoba mencari jalan keluar untuk semua masalah yang mengitari kita!!!"
Ingatan Dario seketika terlempar ke waktu dimana seseorang mengirim paket bom ke rumah mereka. Saat itu, Chea mengatakan ada tugas sulit dan Chea belum mengerjakannya. Tugas itu ternyata tidaklah sulit jika saja mereka hidup seperti keluarga normal
"Aku ke kamar" ujar Brian mencoba mengembalikan ketenangannya
Brian berbalik dan berjalan menjauh. Dia berusaha secepat mungkin memasuki kamarnya. Setidaknya itu yang ingin dia lakukan sebelum sindiran dari Dario keluar begitu saja
"Kau bilang aku pengecut. Lalu, yang kau lakukan saat ini kalau bukan pengecut, apa namanya?"
Seketika itu Brian berbalik dengan wajah kesalnya. Amarah yang sempat turun kembali naik dengan cepat
Dario sempat terkejut melihat tatapan Brian. Memang anak itu tengah marah dan itu nampak jelas di wajah Brian tapi, mata Brian menampakan kekecewaan
"Pengecut... Ya aku pengecut. Aku akui itu. Bahkan pria itu juga mengatakan hal yang serupa..." ujar Brian
"Tapi, kau jauh lebih pengecut. Bahkan mengakui aku sebagai putramu di depan ayahmu saja kau tidak bisa, kan?" tanya Brian
Dario kembali murka dan kali ini dia melemparkan kemarahannya pada Brian. Tangannya mencekik leher Brian dengan cukup keras
"Ulangi perkataanmu!!" suruh Dario
Brian mengulangnya dan saat itu cekikan di lehernya mengerat. Brian diam saja dan tidak melakukan apapun. Tidak meminta juga tidak berusaha menjauhkan tangan kekar ayahnya dari lehernya
"Kau tidak mengerti apapun!! Sampai kapanpun kau tidak akan mengerti apapun!!" ujar Dario
Brian hanya diam. Dia sudah paham dan sudah memikirkan konsekuensi dari melawan ayahnya. Karena itu dia tidak berbuat apapun
Brian hanya diam dan menatap wajah ayahnya. Tangan Dario masih mencekiknya dan semakin erat setiap detiknya. Entah bagaimana otak Brian justru memutar semua ingatan tentang ayahnya sewaktu dia kecil. Semua itu keluar bagaikan sebuah video. Sampai akhirnya Brian merasa lelah dan memilih memejamkan matanya
"Sir!" Gael yang baru masuk terkaget melihat Dario tengah mencekik Brian, sementara wajah Brian sudah mulai pucat dengan bibir yang mulai berubah warna menjadi biru
Gael menarik tangan Dario. Dia akan menerima hukuman dari Dario nanti. Tapi sekarang, dia harus menyelamatkan tuan mudanya
"Sir, anda bisa membunuh young master!!"
Seolah kembali ke alam nyata, Dario terbelalak melihat tangannya sudah berada di leher Brian. Terlebih saat ini Brian sudah tidak bergerak sama sekali dengan kepala tertunduk. Dario melepaskan cekikannya dan saat itu juga Brian terjatuh ke lantai dingin penthouse ayahnya
"Ryan..." panggil Dario
Dario segera berlutut di sebelah Brian. Dia menepuk pelan pipi putranya yang sudah memucat itu
"Brian bangun..."
Tetap diam. Brian tidak membuka matanya. Bahkan bergerak pun tidak. Rasa takut mulai menjalar di hati Dario
"Brian.. Bangun... Jangan bercanda!"
Masih tidak ada pergerakan apapun dengan cepat Dario menekan dada putranya. Dia memberikan CPR pada Brian. Tidak berhenti, Dario terus melakukannya
"Brian bangunlah! Brian Dimitry!"
Dario terus menekan dada Brian. Dan saat Brian tiba-tiba menarik napas dalam seolah baru mendapakan udaranya kembali, Dario menghela lega
"Ryan?" panggil Dario
Brian membuka matanya perlahan
"I won't stop even if you kill me"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...