Dario menatap Brian yang kini sedang terlelap di kursi penumpang. Mereka baru saja berhenti di depan Caxander building. Brian memang sudah keluar dari rumah sakit sejak dua minggu yang lalu tapi, Brian memutuskan vaccum sementara dari dunia keartisan. Brian mau menenangkan dirinya sejenak. Dia juga belum sepenuhnya sembuh, luka di badannya masih belum mengering. Hanya lebam di wajahnya saja yang sudah menghilang
Dario menatap wajah itu. Ingin membangunkan tetapi dia tidak tega. Anak itu baru bisa terlelap dengan nyenyak setelah prosedur tukar darah dilakukan oleh Kanato. Setiap kali dilakukan, prosedur itu memakan waktu seharian full. Parahnya lagi prosedur itu harus dilakukan sebanyak empat kali. Hari ini adalah yang keempat kalinya Brian melakukan hal itu. Dan karena itulah Brian sekarang terlelap dengan sangat pulas
"Sir?" tanya Gael
Dario meletakan jari telunjuknya di bibirnya sendiri dan Gael segera mengangguk paham. Dia membiarkan tuannya masih di dalam mobilnya bersama dengan Brian. Dario tersenyum saat mengingat apa yang dilakukan putranya tadi sebelum terlelap
"Dad..."
"Hm?"
"Kemarikan jaketmu"
"Hah?" Dario menatap heran namun tetap memberikan jaket itu pada Brian
Tanpa dia duga, Brian menyampirkan jaket itu ke kursi dan dia menyandarkan kepalanya di atas jaket itu. Tak sampai lima menit, Dario sudah mendengar dengkuran halus dari bibir putranya
"Kamu sama dengan Mommy-mu. Dia bilang bau parfumku menenangkannya. Setidaknya kalau kamu bisa merasa aman dan tenang, apapun akan aku berikan Brian"
Dario tersenyum dan mengusap perlahan rambut putranya
"Baiklah. Aku harus bekerja dan sepertinya aku harus menggendongmu" ucap Dario
Dario keluar dari mobilnya dan dia berjalan ke sisi dimana putranya terlelap. Dario membuka pintu mobil itu dan dengan perlahan menggendong Brian di pundaknya. Seolah Brian adalah sekarung beras
"Gael"
"Yes, Sir"
"Tolong bawakan jaketku ke dalam"
"Yes, Sir"
Dario berjalan dengan Brian dalam gendongannya dan Gael di belakangnya. Dia memasuki lift khusus dan Gael hanya menatap tuan mudanya yang terlelap dengan sangat pulas
"Dia tidak akan bangun sampai dia ingin" ujar Dario pada Gael
"Ya. Begitulah Young Master. Dia mudah untuk terlelap sampai sangat pulas tapi, memiliki ketajaman insting yang tidak diragukan lagi"
Dario hanya tersenyum tipis. Dan Gael bisa melihat itu. Melihat betapa bangganya sang tuan pada putranya
"Young master merasa berada di tempat aman. Karena itu dia tidak terbangun meski anda membawanya seperti itu Sir"
"Dia seperti ibunya. Keseluruhan penampilannya menyerupaiku tapi, sifat dan tingkahnya lebih cenderung seperti ibunya"
"I'm afraid I agree Sir"
Dario terkekeh. Ketika lift yang membawa mereka sampai, Dari segera melangkah masuk ke ruangannya dan dia langsung menuju ke kamar pribadinya di ruangan itu. Dia membaringkan Brian dan membiarkan jaketnya ada di sisi Brian
"Have a nice dream son" ucap Dario
Dario menatap lagi wajah putranya sebelum keluar dan memulai pekerjaannya. Menghadiri rapat penting dengan perusahaan Victorious. Perusahaan milik kerluarga Victor dan perwakilannya adalah Ren sahabatnya
....
Dario terkekeh saat dia kembali dan menemukan Brian tengah duduk sofanya dengan wajah kesal
"Ada apa?" tanya Dario membuat Brian menoleh
"Tidak ada. Hanya sedang kesal"
"Jangan bilang kamu baru saja mendapatkan tawaran lagi!"
"Hn"
Dario mendecak kesal. Dia baru saja menasihati putranya untuk berhenti menjadi pembunuh bayaran dan sepertinya ucapannya hanya jadi angin lalu bagi Brian
"Aku menolaknya Dad. Karena itu aku kesal"
"Kenapa kamu kesal?"
"Dad kembali terlalu lama. Ditelepon tidak diangkat... Tidakkah Dad tahu siapa targetnya?"
Brian menyodorkan ponselnya dan terlihatlah foto serta biodata Ren terpampang di ponsel Brian
"Fuck!" umpat Dario
Dengan segera Dario menghubungi Ren dan tidak ada jawaban. Brian hanya berdiri dan keluar dari kantor ayahnya dia berlari turun ke bawah dan memanggil taksi untuk mengantarnya ke mall. Saat Dario menyadari ruangannya sepi, Dario mendecak kesal
"Brian!!!" panggilnya setengah berteriak saat putranya tidak ada di ruangannya
Dario menghubungi Ren dan Brian secara bergantian dan kedua panggilan itu terus berakhir pada kotak suara. Baru saja Dario hendak menyuruh Gael mengirim Winson atau Cello untuk menjemput Brian, panggilan dari Brian masuk ke ponselnya
"Dimana kamu?"
Sementara Brian sudah rapi dengan jaket hitamnya dan juga tas selempang ukuran sedang yang berisi senapan. Dia menghubungi ayahnya sambil menaiki tangga menuju rooftop sebuah gedung
"Dimana kamu?"
"Sedang di salah satu gedung. Tenang saja Dad, aku bermain dari jarak jauh hari ini"
Brian mengunci pintu rooftop dan berjalan mendekati tembok di pinggir rooftop. Dia meletakan tasnya dan mengeluarkan senapannya yang baru dia beli di pasar gelap tempo hari
"Apa Dad tahu kalau seluruh jaringan menuju ponsel uncle dimatikan sementara oleh para pembunuhnya?"
Brian terkekeh saat medengar ayahnya mendecak. Brian mulai mencari sasarannya melalui senapannya
"Gotcha!" gumam Brian
"Dad, pembunuhnya mau ditewaskan atau dilukai saja agar bisa kalian hajar?" tanya Brian
Saat Brian mulai membidik Dario menjawab dengan jawaban yang membuat Brian tersenyum lebar
"Roger, Sir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...