Caxander Building, Swans road, Andlesia. 7 p.m
Dario menatap pria di depannya dengan tatapan datar seperti biasa. Sementara yang ditatap hanya menampakan senyumannya
"Gue gak manggil lo kesini buat senyum-senyum gak jelas kayak gitu!" ujar Dario setelah sejak tadi dia berdiam
Pria di depannya hanya terkekeh kecil. Pria itu menyesap red wine di depannya
"Jadi, lo mau tahu apa yang gue dan anak lo lakuin selama dia melakukan tukar darah kemarin?"
Dario mengangguk dan meminum Brandy di tangannya dalam sekali teguk. Dia menunggu ucapan dari partnernya yang bekerja sebagai dokter baginya
"Brian itu kemarin..."
Flashback
"Uncle..." panggil Brian setelah berdiam sejak Kanato memasangkan jarum infus untuk menyalurkan darah di lengannya
"Hm?"
"Dad, dia tahu darimana soal narkoba ini?"
Kanato menatap Brian dan menghela berat
"Kalau membicarakan ini aku ingin mencekikmu! Gara-gara kau aku dan anak buah ayahmu hampir mati!!"
"Kenapa?"
"Dia masuk ke kamarmu tanpa sepengetahuan kami. Dia melihatmu yang sedang terlelap sambil mengigau kesakitan. Dia awalnya percaya saat kami bilang kau baik-baik saja. Kemudian dia curiga dan menghampirimu! Karena itulah, dia tahu kau kesakitan dalam tidurmu"
Brian diam. Dia tidak menyangka kalau ayahnya akan maenghampirinya hanya karena dia tidak muncul di hadapan ayahnya
"Konyol!"
"Apa? Benar-benar kau ini!! Ayahmu itu hanya takut kau jadi incaran semua orang! Dia hanya tidak ingin kau mengalami apa yang dulu dia alami!"
"Yang dulu dia alami?"
"Dulu mencari berita tentang ayahmu sangatlah mudah. Pernah saat ayahmu berusia tujuh tahun, terjadi kejadian yang berhasil menggemparkan seluruh dunia! Ayahmu, dikabarkan nyaris tewas karena pengkhianatan. Seseorang yang mengaku anak buah kakekmu menyebarkan berita itu. Berita kalau dia berhasil menembak ayahmu sampai ayahmu dipastikan akan tewas..."
Kanato memegang kening Brian, memeriksa suhu badan Brian sebelum melanjutkan ceritanya
"Tapi, kenyataannya kakek buyutmu yang merupakan perdana menteri memberikan kabar kalau ayahmu baik-baik saja dan sedang berlibur ke pulau pribadi milik keluarga Dimitry. Sejak saat itu, tidak pernah lagi ada berita tentang cucu-cucu Dimitry. Aunty-mu saja baru diketahui publik saat pernikahan teman ayahmu. Saat itu dia datang bersama putra Ardlan dan memeluk kakekmu dengan sangat erat. Ayahmu masih tetap tidak diketahui siapapun sampai saat ini... Alasan dia seolah tidak peduli pada kalian bisa jadi, karena ayahmu takut saat saingan bisnisnya atau rekanannya yang sepertiku ini berkhianat dan mengincarmu atau ibu dan adikmu..."
Present time
"Gue cuma bilang begitu"
Dario mengangguk. Dia menenggak lagi minuman di gelasnya. Dario tiba-tiba teringat sesuatu
"Brian ditukar darah dengan darah orang lain, lantas bukankah alerginua harusnya menghilang?"
Kanato menggindikan bahunya. Kanato saja tidak tahu kalau Brian itu memiliki alergi
"Setahu gue, alergi bukan bawaan darah tapi sistem imunitasnya. Coba saja kalau lo mau tahu"
Dario mendelik ke arah Kanato
"Are you crazy? Lo mau gue ngelakuin hal gila itu cuma buat menguji apa Brian masih alergi atau nggak? Sinting!!"
"Gue hanya memberi saran. Kalau tidak mau tidak apa-apa"
Dario mengelengkan kepalanya. Pandangannya beralih ke meja. Ponselnya bergetar beberapa kali, menandakan panggilan masuk. Dario langsung mengambil ponselnya dan melihat nama putranya disana
"Ya?"
"Dad, bisa berikan aku waktu satu jam lagi?"
"Perjanjiannya dua jam Brian"
"I know. But, I..."
Dario terkejut mendengar suara letusan pistol dan juga suara langkah kaki Brian yang berubah menjadi cepat. Beberapa teriakan terdengar di belakang Brian
"Apa yang kamu lakukan sebenarnya?"
"Aku sudah bilang pada Dad tadi siang. Dan aku benar-benar kesana!"
"Lantas? Suara ribut apa di belakangmu?"
"Dad tahu, seseorang ah tidak bukan seseorang tapi, segerombol orang itu tidak senang ketika barangnya terjual padaku"
"Mereka mengejarmu?"
Dario mendengar Brian berdeham sebagai jawaban. Dario berdiri dan melangkah keluar, dia menghampiri Gael
"Cari lokasi Brian sekarang! Siapkan mobil kita akan menjemputnya!!" tulis Dario pada kertas di meja Gael
"Tunggu disana! Cari saja tempat aman. Kamu bawa senjata?"
"Semua di mobil, aku lupa membawanya. Tidak satu pun... Gosh!!"
Dario mengernyit mendengar anaknya mengucapkan kalimat itu. Seolah putranya tengah terjebak di jalan buntu
"Mereka menyebalkan Dad! Izinkan aku menghajar mereka"
"Tanganmu belum sembuh Ryan"
Brian mendecak. Dia mengatur napasnya sebelum berlari kembali. Dario mengambil pistolnya dan juga coat-nya dia segera keluar dari ruangan itu diikuti Kanato di belakangnya
Kanato yakin Dario akan menjemput Brian. Melihat dari langkah tergesa Dario. Terlebih Dario mengumpat saat sambungan ponselnya terputus
"Sudah menemukannya?" tanya Dario
"Sudah Sir, Young Master ada di daerah yang cukup dekat dari sini"
Dario mengangguk. Kanato ikut saja di belakang Dario. Dia berjalan bersama Gael dan Gavel
"Ada apa dengan pangeran kalian?"
Gael tidak menjawab tapi mereka mendengar Dario mendesis sambil bersumpah. Kanato hanya bisa menelan ludahnya kasar
"Is he always scary like that?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...