Note:
Hai guys... Aku membawa kabar nih
Ternyata hasil votenya lebih banyak yang "A". Itu artinya, update dua kali sehari ya guys dengan resiko waktu tamatnya bakal lehih cepet karena up yg lgsung 2 kali sehari...
Ya sudah lah ya... Yang penting kalian nggak bosen sama ceritanya. Klo bosen juga ya aku pasrah...
Udah itu aja infonya...
Selamat bersiap2 buat sahur ya...
Selamat membaca juga...
...................
"Where the hell do you think you're going?" pertanyaan yang terlontar dari suara berat itu membuat Brian terkejut terlebih lagi, kini lengannya tengah digenggam oleh sang ayah
"Mau kemana kamu?" tanya Dario lagi
Brian menatap ayahnya yang kini sudah berdiri di sebelahnya. Brian tidak mungkin menjawab ayahnya sekarang. Suaranya pasti amat serak karena, dia tengah menahan gejolak gila di badannya. Brian hanya menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Dia kembali mengigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa sakit yang dia rasakan
"Jangan mengigitnya Ryan!" ujar Dario perlahan saat melihat apa yang dilakukan putranya
Dario menangkup wajah putranya dan dia mengusap pipi tirus milik putranya
"Won't you tell me, what's happen to you, my son?"
Ucapan Dario masuk ke dalam hati Brian. Membuat hatinya menghangat terlebih nada suara Dario yang mencerminkan kekhawatirannya. Brian menatap ayahnya
"D-Dad..." panggil Brian pada akhirnya dengan suara yang amat serak
Dario tidak menjawab dia hanya menatap putranya dan mengusap pipi Brian
"It feels so hurts" rintih Brian
Dario menarik Brian ke dalam pelukannya. Dia memeluk putranya dengan erat
"It's killing me... I-I'm scared" ujar Brian dengan isakan yang mulai terdengar
Dario mengeratkan pelukannya, dia juga mengusapi rambut Brian. Brian memeluk ayahnya dengan erat, tangannya mencengkram bagian belakang pakaian ayahnya dengan kencang, seperti hendak menyalurkan semua rasa sakitnya kesana
"Jangan takut Ryan! Ada Dad disini. Kamu akan baik-baik saja. Kita akan menghilangkan barang sial itu dari badanmu. Kamu akan baik-baik saja"
Brian mengangguk dalam pelukan ayahnya. Dia menangis. Rasa sakitnya bercampur dengan perasaan lain yang membuatnya menangis dalam pelukan nyaman dan hangat milik ayahnya
"Dad..."
"Hm?"
"If something happen to me, don't blame yourself... I love you Dad, and please say to Mom, Chea and Ichelle that I love them..."
"Jangan bicara yang tidak-tidak Ryan!" ujar Dario memperingati
Brian tidak menjawab. Kepalanya sudah terlalu sakit. Jantungnya juga sudah berdetak lebih cepat dan kencang dari sebelum-sebelumnya. Bahkan karena detak jantungnya yang sangat cepat, Brian merasa sesak. Tapi, di detik berikutnya, jantungnya seolah lelah dan semakin lemah. Brian merasakannya, dia merasakan detakan jantungnya semakin melambat
"Ryan..." panggil Dario saat putranya tidak berkata apapun
Saat Dario ingin membuat jarak untuk melihat keadaannya, Brian justru semakin erat memeluk ayahnya
"Maafkan Brian Daddy. Aku selalu merepotkanmu. Daddy benar, aku memang lemah dan pengecut. Maafkan Brian, karena Brian Daddy terluka"
Dario mengernyit saat putranya kembali memanggilnya Daddy. Panggilan itu sudah berubah sejak Brian beranjak remaja
"Ryan... Kamu baik-baik saja?"
"Hn" jawab Brian dengan sisa tenaganya
"Brian biarkan Dad melihat wajahmu!"
Brian diam hingga kesadarannya perlahan menghilang. Dario terkejut saat tubuh Brian tiba-tiba merosot. Dario menahan badan putranya dan memanggilnya beberapa kali. Tidak ada jawaban, Dario memeriksa denyut nadi putranya dan hasilnya sangat lemah
"Ryan! Hang on"
Dario menekan tombol darurat. Kanato datang, memeriksa Brian dan langsung menjalankan prosedur yang Dario minta. Kanato sendiri takut dirinya terlambat
Kanato merutuk dalam hati. Harusnya dia tidak menuruti keinginan anak di depannya. Harusnya dia tahu kalau anak itu tidak akan sanggup bertahan terlalu lama. Kini, Kanato berusaha semampunya untuk menyelamatkan Brian. Usai memasang semua alat yang diperlukan ke badan Brian, Kanato berbalik
Dia melihat Dario duduk dengan kepala tertunduk dan tangan yang saling meremas dengan erat di sebuah sofa panjang di sudut kamar rawat itu. Kanato menghampiri Dario dan menepuk bahu kirinya
"Istirahatlah Alex" saran Kanato pada partner-nya
Dario menggelengkan kepalanya. Kanato menghela napas dan duduk di sebelah Dario
"Awalnya gue percaya kalau dia cuma sekedar penerus Dimitry dan lo gak peduli sama dia..." ujar Kanato
"Ternyata gue salah besar. Lo cuma memasang topeng dan berpura-pura nggak peduli. Karena lo takut gue atau orang lain yang berkhianat pada lo bakal mengincar dia sebagai anak laki-laki lo dan cucu laki-laki pertama Dimitry. Lo cuma nggak mau dia mengalami apa yang dulu lo alami"
"Jangan sok tahu! Lo belum kenal sama gue pas jaman gue masih kecil"
"Memang... Tapi, berita tentang lo sewaktu kecil banyak dan gampang ditemukan. Sampai ketika seseorang yang mengaku sebagai salah satu pengawal lo muncul dengan berita kalau dia menembak mati diri lo lalu, sejak saat itu semua berita tentang lo hilang bagai ditelan bumi. Sejak hari itu, mencari lo juga adik lo adalah hal yang diperebutkan banyak wartawan. Sampai kemarin adik lo menghadiri pernikahan teman lo dengan temannya lah mereka tahu sosok adik lo yang selalu disembunyikan. Sementara lo masih gak diketahui oleh mereka"
Dario diam. Dia membenarkan perkataan Kanato
"Dan kemarin, gue melihat yang sesungguhnya. Gue melihat betapa anak itu berharga buat lo. Betapa lo sangat menjaga keluarga kecil lo dari bahaya sekecil apapun itu"
Setelah Kanato mengatakan semua itu, keadaan di ruangan itu menjadi hening. Hanya ada suara detikan jam dan alat pendeteksi detak jantung yang terpasang di dada Brian
"Ryan... Dulu gue banyak berhutang sama dia" ujar Dario setelah keheningan melanda mereka
"Hm?"
Dario menatap ke arah Brian yang terbaring dengan tiga buah jarum menancap di lengan kanan dan kirinya. Di lengan kirinya terdapat satu jarum untuk menyalurkan cairan infus dan satu jarum untuk mengeluarkan darah Brian dari badannya. Di lengan kirinya terdapat jarum yang memasukan darah baru ke dalam badan Brian. Dario menarik dalam napasnya seiring dengan bunyi mesin yang menandakan Brian masih bersama mereka
"Gue melakukan kesalahan bodoh yang membuat Caroline pergi dari sisi gue dalam keadaan mengandung Brian dan gue gak tahu hal itu. Sampai gue menemukan bukti kalau dia mengandung anak gue. Gue mencari dia dan tidak pernah menemukannya. Sampai tanpa sengaja gue bertemu Brian di Inzpia waktu usianya sudah empat tahun. Gue berhutang empat tahun kekosongan sosok ayah untuk Ryan. Dia juga selalu dihina dan dianiaya karena gak pernah ada figur ayah di sisinya dan Caroline. Lo benar..."
Kanato menatap Dario penasaran. Sementara Brian yang sebenarnya sudah tersadar sejak ayahnya dan Kanato mengobrol, mendengarkan obrolan kedua orang di dekatnya. Dan Brian mendengarnya. Dia mendengar ucapan Dario yang akhirnya membuat dia mengerti semuanya
"Brian dan keluarga kecil gue sangat amat berharga buat gue. Lebih dari apapun. Mereka berempat adalah nyawa gue, dunia gue. Kalau mereka nggak ada, maka kehancuran yang menunggu gue..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomansaKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...