58. I'm Sorry Dad

16.2K 635 24
                                    

"Spare me... I'm sorry... Spare me"

Ucapan itu membuat Dario terkekeh. Tapi, kekehan itu terdengar sangat menakutkan bagi pria di depannya. Dario terus mendekat dan tangannya terulur menarik kerah baju pria itu

"Spare you?" Dario terbahak

"Did my son begging you to spare him?" tanya Dario dan pria itu menggelengkan kepalanya

"Do you know how his age is?"

Pria itu menggelengkan kepalanya lagi

"15. He just 15 but, he was so brave even if you torture him back then... How about you?"

"I'm sorry..."

"Kemana rasa beranimu saat kau menyerangnya dan menghajarnya? Saat kau menganiaya dia, kau terlihat cukup berani. Bahkan tadi saat kau menyeretnya dan melemparkan dia di depanku..."

Pria itu menggelengkan kepalanya perlahan. Melihat kemarahan Dario dia baru menyadari siapa pria yang ada di depannya dan siapa anak yang sudah dia pukuli dan sayat dengan pecahan kaca

"Maafkan saya... Saya mohon"

Dario semakin tersenyum geli. Dia tahu siapa orang yang paling banyak menyiksa putranya. Dari cara pria ini melarikan diri dan memohon padanya, Dario tahu dialah yang paling banyak ambil bagian dari luka di badan Brian

"Kau melukainya dengan sangat parah. Diantara semua tikus itu kau yang paling menyiksanya, bukan begitu?"

Dario melihat pria itu terbelalak dan meneguk ludahnya kasar. Dengan segera Dario meraih kepala pria itu dan membenturkannya ke tanah hingga terdengar bunyi 'krak' dengan sangat kencang. Dario bahkan mengulanginya beberapa kali. Dario menginjak punggung pria itu dan menembaki seluruh bagian badannya dengan membabi buta. Selesai dengan pekerjaannya yang itu Dario tersenyum puas

Dorr!

Sebuah peluru menembus badannya. Peluru itu mengenai pinggangnya. Dario berbalik dan berjalan ke arah Lawrence yang sedang memegang pistol di tangannya. Entah sejak kapan Lawrence keluar dari mobilnya

Dorr!

Satu lagi peluru menembus bagian antara perut atasnya. Dario tetap berjalan dan menyentak tangan Lawrence. Dario membenturkan kepala Lawrence ke pintu mobil milik pria itu dengan keras

"Berani kau menyentuh putraku!!" ucap Dario

Tangan Dario langsung membenturkan Lawrence ke pintu mobil berkali-kali

"Aku akan mengajarimu cara melakukan kesenangan dengan benar. Jadi, yakinkan dirimu untuk menerimanya dengan baik"

Dario juga menginjak kaki Lawrence dan menarik kaki itu hingga patah begitu pula kaki satunya

"Dengan begini kau tidak bisa lari lagi. Mari kita mulai kesenangannya"

Dario mengeluarkan pisaunya. Dia mulai melakukan apa yang dia janjikan pada dirinya sendiri. Dario menggores lengan Lawrence cukup dalam lalu dia menyeseti kulit tangan Lawrence. Dario membiarkan Lawrence berteriak di dekatnya. Baginya, teriakan itu merupakan kesenangannya

"Menyenangkan bukan? Ini adalah balasan karena sudah mengincar ayahku"

Dario berpindah ke tangan satunya dan melakukan hal yang sama

"Ini untuk melukai putraku berkali-kali selama dua tahun"

Dario menggores pipinya dengan dalam lalu, dia menancapkan. Pisaunya di perut Lawrence

"Untuk menculik putraku saat dia baru saja bangun dari tidurnya"

Dario mengeser pisau itu sehingga membuat luka menganga yang panjang di perut Lawrence

"Untuk menghajarnya habis-habisan"

Dario menatap datar Lawrence yang sudah mulai memucat. Dia menggelengkan kepalanya. Dario menuju ke mobilnya, mengambil sebuah kotak dan sederigent bensin... Dario menuangkannya di sekitar mobil anak Lawrence sampai ke tempat Lawrence terduduk dengan kondisi mengenaskan dan meletakan kotak itu di atas pangkuan Lawrence

"Tolong pegang ini..." ujar Dario

Dario memendekatkan wajahnya ke telinga Lawrence

"See you in hell" ucapnya

Dario melangkah menjauh. Dia masuk ke dalam mobilnya dan memeriksa Brian. Sarung tangan yang sejak awal dia pakai dia lepaskan dan dia mengusap puncak kepala Brian dan pipi anak itu. Dario memakaikan putranya sabuk pengaman dan dia segera melajukan mobilnya ke Rumah sakit

"Gael..."

"Suruh Kanato bersiap di rumah sakit Lisebert. Aku dan Brian dalam perjalanan ke sana"

Dario menyudahi panggilan itu bahkan sebelum dia mendengar jawab Gael. Setelah berada cukup jauh dari tempat Lawrence berada,  Dario menekan tombol dari remote control yang dia bawa dan seketika terdengar suara ledakan yang cukup besar. Bahkan Brian saja tersadar karena suara itu

"Mmrrrhh..." Brian mengerang

Dario mengulurkan sebelah tangannya dan mengusap puncak kepala Brian

"Hey jagoan..." ujarnya

Brian membuka matanya yang terasa berat. Dia hanya melihat pakaian ayahnya terdapat banyak cipratan darah tapi, mata Brian menatap ke satu titik

"Dad..." panggilnya dengan suara serak

"Hm? Ada apa? Apa lukamu terasa sangat sakit? Bersabar sebentar, hm. Kita akan segera sampai di rumah sakit"

Brian menggelengkan kepalanya. Dia menoleh ke arah ayahnya

"You're hurt, aren't you?"

Dario tersenyum lembut tanpa menoleh. Dia mengusap pipi Brian dan membuat anak itu sedikit meringis

"Just a little scar" jawab Dario

"That's not a little if it leave so much blood stain on your shirt"

Dario lagi-lagi tersenyum. Sementara Brian tahu ayahnya berbohong. Brian melihat wajah ayahnya mulai pucat juga keringat dingin yang mengalir di wajah tegas ayahnya ketika pendingin di mobil itu bekerja dengan sangat baik

"I'm sorry Dad"

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang