53. Are You Lied To Me?

16.8K 629 10
                                    

Two years later

Dario tengah duduk di kursi kebesarannya. Di lantai sepuluh Le Ciel yang menjadi induk dari semua club hiburan malam di Andlesia dan tiga per empat dunia. Di depannya Gael berdiri dengan tablet keluaran Maximillan di tangannya. Setidaknya sebelum Gael menyerahkan tablet itu ke tangannya

"Jadi, maksudmu selama tiga tahun ini, terhitung dari hari ulang tahunnya. Brian menjadi pembunuh bayaran? Karena itu dia tahu kalau ayahku menjadi incaran Petter Lawrence dan kapan Petter akan menyerang ayahku?"

"Sayangnya semua itu benar, Sir" ujar Gael sambil menunduk

Dario menarik napasnya dalam-dalam. Dia memijat pangkal hidungnya perlahan untuk mengurangi pusing di kepalanya

"Apa lagi yang kau tahu?" tanya Dario

"Semua kasus pembunuhan yang ramai dibicarakan adalah hasil pekerjaan young master. Young master selalu mengerjakannya dengan rapi dan tidak meninggalkan jejak" ujar Gael

Gael menunduk dalam saat aura di sekitar tuannya semakin menggelap. Bahkan Gael merasakan bulu kuduknya mulai berdiri. Dan tak butuh waktu lama sampai gebrakan keras memenuhi seluruh lorong lantai sepuluh Le Ciel

"Lalu bagaimana dengan pekerjaannya sebagai model dan aktor?"

"Young master masih menjalankannya, Sir. Hanya saja terkadang young master berbohong kepada Mrs. dengan pamit syuting atau pemotretan padahal saat itu jadwal young master kosong"

"Apa ada yang tahu hal ini selain kau dan aku?"

"Tidak ada, Sir. Selain saya, Sir dan Cathlyn tidak ada lagi yang tahu hal ini. Cathlyn sudah saya pesankan untuk tidak memberitahu Mrs. Vierra"

Dario mengangguk. Dia duduk kembali di kursinya setelah tadi dia berdiri untuk menatap jalanan yang cukup ramai di bawah sana

"Kau boleh keluar. Kirim Neo dan Dean untuk mengawasi Ryan! Jika sesuatu terlihat berbahaya suruh mereka membantu Brian"

"Understood Sir. Umm... Sir"

"Hm?"

"Winson mengajukan pensiunnya untuk akhir bulan ini Sir. Gantinya, putranya akan masuk ke dalam pasukan Gavel"

Dario terdiam sejenak

"Maksudmu Fred?"

"Yes, Sir"

"Suruh dia langsung gantikan ayahnya saja. Dan persiapkan anak-anak kalian jika mereka ingin bekerja untukku. Aku akan menjadikan mereka pengawal Ryan dan Chea juga Ichelle"

"Understood Sir. Excuse me Sir"

"Hn"

Pintu tertutup itu membuat Dario menghela berat. Konyol! Dario berpikir apa yang dilakukan putranya adalah hal paling konyol! Untuk apa anaknya menjadi seorang pembunuh bayaran? Dario bahkan bisa memberikan apapun yang diinginkan Brian dengan mudah

Dario mengambil jaketnya dan segera melangkah keluar dari ruangannya

"Sir?"

"Ryan ada di apart atau di penthouse?"

"Belakangan ini young master ada di penthouse, sir"

Dario mengangguk. "Kita kesana" ujarnya

Dengan segera Gael menghubungi Cello untuk menyiapkan mobil bagi boss mereka. Sementara di ujung kota Detro, Brian sedang duduk di salah satu sudut lapangan kosong itu. Tangannya memutar-mutar kunci mobilnya. Di depannya sebuah senapan langka dan cukup bagus tengah di perjual belikan

"300.000 zerl" ujar seseorang menawar senapan itu

Brian masih diam duduk di tempatnya. Kunci mobilnya dia masukan ke dalam sakunya. Brian melemparkan tas hitam di sebelahnya ke tanah yang kosong tepat di depan si pemilik senapan

"1.000.000 zerl" ujar Brian santai

"Terjual pada anda"

Brian hanya memasang wajah datarnya. Koleksi sejatanya kembali bertambah

"Lempar saja!" ujar Brian saat pria itu hendak mendekat

Pria itu mengangguk. Dia memasukan senapan itu kembali ke tempatnya dan dia melemparkan tas itu ke arah Brian. Brian segera memeriksa senapan itu dan beranjak dari sana. Sementara di belakangnya pria-pria itu bertanya satu sama lain siapakah Brian

Brian tersenyum dan memasuki penthouse milik ayahnya. Di bibirnya terukir senyum tipis yang menawan

"Dari mana kamu Ryan?"

Langkah kaki Brian terhenti. Dia berbalik dan melihat ayahnya tengah duduk di sofa. Brian melebarkan matanya saat sang ayah tengah melihat lembaran kertas di depannya. Kertas print out dari hotel Alermo, tempat dimana targetnya berada

'Sial!' batin Brian

"Dad? Tumben mampir. Dad tidak sibuk?" tanya Brian mencoba santai

"Ini untuk apa Ryan?" tanya Dario tanpa menjawab pertanyaan Brian lebih dulu

"Itu map dan denah kan Dad?"

"Aku tidak tanya ini apa. Aku tanya ini untuk apa?"

"Hanya untuk latihan Dad"

"Latihan apa?"

Brian menarik napasnya dalam. Tiba-tiba saja kepalanya seolah tidak bisa bekerja. Brian menatap ayahnya yang sudah berdiri dan berjalan ke arahnya

"Brian?" tanya Dario lagi

"Hanya untuk latihan Dad. Aku latihan dengan itu"

"Latihan? Latihan apa?"

"Mengukur kecepatan jatuh sebuah benda ke bawah dari atas gedung itu"

"Hm?"

Brian merutuki dirinya dan alasan tidak masuk akal yang dia berikan. Tapi, mau bagaimana kagi otaknya sedang buntu. Dia bingung harus memberikan jawaban apa apda pertanyaan ayahnya. Brian tidak berucap apapun lagi. Dia hanya diam dan menunduk

"Ryan... Kau sedang berbohong padaku?"

Note:

Persiapkan mental... Besok sore kalian pasti bakal marah2 lagi... Dan omelin pak boss lagi...

Padahal kakak2 bukannya aku membela, pak boss kasian juga loh kak...

Pokoknya siapin aja kemarahan mereka besok

Salam,

Fionna

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang