"Mom..." panggil Brian
Caroline yang sedang memegang pisau buah menoleh dan membuat Brian mundur beberapa langkah. Caroline tersenyum kecil dan meletakan pisau itu di atas meja dapur lalu, kembali berbalik untuk mengusap wajah anaknya
"Kenapa?"
"Aku belum pernah menanyakannya sebelumnya tapi..."
"Kenapa?"
"Orang yang menyebabkan kak Lucas tidak ada... Apa yang terjadi padanya?"
Caroline berbalik sejenak. Dia melihat keadaan sekitar, memastikan tidak ada Chea ataupun Michelle yang akan mendengar ucapannya
"Kemarilah" ujar Caroline saat keadaan benar-benar sepi
"Ya?"
"Wanita itu tewas... Ayahmu menyiksanya perlahan dan memberikan dia dua pilihan saat itu. Pilihan pertama tetap hidup tapi, tersiksa oleh anak buah ayahmu. Pilihan yang lain, dia meninggalkan sebotol racun mematikan, ayahmu bilang... Dia bisa memilih hidup atau kalau dia sudah tidak sanggup, dia bisa meminum racun itu dan mengakhiri hidupnya"
"Lalu, apa dia meminum racun itu?"
Caroline mengangguk. "Dia jelas akan memilih mengakhiri hidupnya daripada tersiksa dengan dijadikan 'barang giliran' anak buah ayahmu"
Brian terkejut kaget. Brian tidak percaya ayahnya akan melakukan hal itu
"Ayahmu bahkan menghabisi mantan kekasihku hanya karena dia hampir memperkosaku, membunuh Richard Joran karena dia menyekapku dan hampir menelanjangiku. Dan dia menembak mati Harold Joran di Inzpia karena membuatmu terluka"
"Untuk dua pria yang berusaha menodaimu Mom, aku setuju dengan Dad"
"Well, setidaknya penyebab hilangnya keluarga Joran sekarang menjadi jelas"
Caroline dan Brian terkejut. Mereka menoleh dan melihat Ares juga Rayzen dan Samuel ada disana
"Grandpa" panggil Brian sambil mengelus dadanya sementara Caroline langsung mundur dan bersandar pada meja dapur sambil menghela lega
"Kalian terkejut?" tanya Ares
"Tentu saja... Astaga Grandpa..." sungut Brian
Ares terkekeh geli. Caroline berbalik dan melanjutkan acara memotong buahnya. Dia membiarkan Brian dibawa pergi oleh kakek-kakeknya. Tak lama Caroline merasakan lengan kekar memeluk pinggangnya dan merapatkan badannya ke badan Caroline. Bibirnya menempel di bahu Caroline dan memberikan kecupan-kecupan kecil disana
"Xander... Hentikan" pinta Caroline dan Dario terkekeh geli
"Kamu tahu itu aku?" tanya Dario
"Hn. Wangi parfum, sabun, cologne dan sampo-mu tercium"
"Hm? Hanya dari semua hal itu? Bagaimana kalau itu pria lain dengan semua yang sama?"
Caroline terkekeh. Dia meletakan pisaunya dan menepuk lengan kekar di pinggangnya. Caroline mengambil dan menggenggam tangan Dario dengan erat
"Dengar ya Xander, suamiku yang paling tampan..." ujar Caroline
"Tangan, lengan dan semua badan ini adalah satu-satunya yang pernah menyentuh keseluruhan diriku. Tidak pernah ada yang menyentuhku sebelumnya. Seluruh badanmu adalah yang pertama dan satu-satunya untukku. Jadi, bagaimana aku bisa salah mengenali siapa pria di belakangku saat ini?"
Dario terkejut saat istrinya mengucapkan hal itu. Terlebih Caroline membawa tangan besarnya untuk menangkup pipi mungil istrinya yang terasa pas di telapak tangannya yang besar. Caroline mencium telapak tangan Dario dengan lembut dan menggigit pelan ibu jari Dario
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...