30. The Deal

18.6K 806 28
                                    

"Ayo maju!!" Tantang Dario kesal

Tidak ada satu pun dari mereka berdua yang maju. Dario menatap mereka dengan amat tajam

"Sudah sadar apa yang kalian lakukan pada ayah kalian hah?!" Tanya Dario

Kedua anak kembar itu menunduk dalam. Mereka sadar perbuatan mereka sudah diluar batas

"Kalian mau membunuh siapa? Membunuh satu sama lain? Iya?!! Lihat siapa korbannya!!"

Vannya diam. Dia berjongkok membayangkan ayahnya yang tadi tertembak dan tertancap pisau dalam kurun waktu yang nyaris bersamaan di depan mata Vannya sendiri. Tangis Vannya pecah begitu saja. Vannya takut terjadi sesuatu pada ayahnya

Dario menjejalkan pisau yang tadi dia cabut dari perut Daverick ke tangan Rey dan pistol yang terlepas dari tangan Rex dia kembalikan juga ke tangan Rex

"Silahkan saling bunuh! Tidak ada yang melarang kalian sekarang!!"

Rey menatap darah ayahnya yang melumuri pisau di tangannya. Rex pun sama. Mereka sudah bertingkah seperti orang kesetanan yang berniat membunuh satu sama lain. Mereka sendiri juga terkejut melihat sang ayah berdiri di tengah-tengah mereka yang menyebabkan pisau juga peluru itu mengenai sang ayah

Rey dan Rex melemparkan senjata di tangan mereka. Dario mendengus kesal

"Benar-benar sia-sia apa yang Dave lakukan untuk kalian sampai saat ini! Mengajarkan anak-anaknya bela diri untuk membela diri mereka jika dalam bahaya, justru menjadi bumerang baginya sendiri! Bahkan mungkin anak-anaknya yang akan menjadi penyebab kematiannya!!" Ucap Dario

"Uncle, maaf" ucap kedua anak itu

"Maaf? Apa dengan meminta maaf padaku, ayah kalian kembali sehat?!"

Kedua anak itu menunduk. Panggilan masuk ke ponsel Daverick membuat Vannya mengangkatnya walau masih terisak. Vannya terdiam sesaat sebelum memberikan ponsel itu pada Dario. Hanya beberapa patah kata dan Dario menutup panggilan itu

"Siapa diantara kalian yang bergolongan AB?" Tanya Dario

"Vannya uncle" ucap Vannya cepat

"Selain Vannya"

"Aku uncle" ucap Rex pelan

"Siapa lagi?"

"Grand pa" jawab Rey

Dario memberikan ponsel Daverick pada Rex menyuruh anak itu menghubungi Rayzen agar datang ke rumah sakit

"Minta grandpa-mu ke rumah sakit nasional" ucap Dario

Rex mengangguk

"Grandpa"

"Grandpa tolong pulang dan ke rumah sakit nasional secepatnya"

"Rex tidak bisa cerita sekarang"

Rex menyodorkan ponsel di tangannya ke tangan Dario

"Grandpa Ares ingin bicara pada uncle" ucap Rex takut-takut

Dario mengambil ponsel itu

"Halo, Dad"

"Rey dan Rex berkelahi. Kemudian sesuatu terjadi, Dave dilarikan ke rumah sakit nasional dan membutuhkan donor darah. Alex ingin menyuruh anak nakal itu untuk mendonor tapi, ketentuan tidak mengizinkan, karena itu, tolong Dad dan uncle segera kesana"

"Alex mengerti. Alex akan bawa mereka kesana"

"Iya uncle. Alex akan merapikan semuanya"

Dario menutup panggilan itu dan mengusap puncak kepala Vannya

"Ganti bajumu, kita ke rumah sakit" ucap Dario dengan lembut

Vannya mengangguk dan segera pergi ke kamarnya

"Apa yang kalian tunggu?! Sana ganti baju!" Usir Dario pada kedua keponakannya

........

Dario berdiri dalam diam di koridor rumah sakit. Ares sejak tadi menatap putra dan kedua cucu laki-lakinya. Sementara tangannya sibuk mengusap kepala cucu perempuannya yang begitu khawatir pada ayah mereka. Ares merasa heran saat Dario datang dengan wajah datar dan tatapan tajam yang terus mengarah pada kedua cucunya. Ares bukannya tidak tahu kalau putranya sedang marah. Ares hanya tidak tahu apa penyebab putranya begitu marah

"Jadi, siapa yang mau menjelaskan?" Tanya Rayzen saat dia keluar dari ruang donor

Kedua anak kembar itu menatap Dario dan sang paman malah menatap mereka dengan tatapan yang mengerikan

"Rex? Rey?" Tanya Rayzen

Rayzen sendiri heran dan kaget saat mendengar putranya tengah ada di meja operasi karena luka tusukan pisau di perut kirinya dan luka tembakan di punggung kanannya. Terlebih Rayzen melihat wajah ketakutan ketiga cucunya dan wajah Dario yang mengeras sampai menampakan garis rahangnya dengan sangat tegas

"Maaf grandpa" ucap Rey akhirnya

"Loh? Kenapa kamu minta maaf?" Tanya Rayzen heran

"Karena kami penyebab Dad seperti itu"

"Maksud kalian?"

"Kami berkelahi. Dad bermaksud memisahkan kami. Aku, saat berkelahi tadi mengambil pisau dan melemparkan pisau di tanganku ke arah Rex dan Rex mengambil sebuah pistol dan menembakannya padaku. Daddy langsung berdiri di tengah-tengah kami jadi, pisau dan peluru itu mengenai Daddy"

Rayzen dan Ares terbelalak. Mereka sedikit tidak percaya kalau kedua cucunya yang baru berumur delapan tahun bisa berkelahi segila itu. Bukan lagi saling tinju tapi, sampai saling ingin membunuh

"Tapi itu salah lo! Kalo lo mau nurutin apa yang gue bilang kita gak bakal ribut kayak tadi!" Ucap Rex

Rey mendelik ke arah kakak kembarnya. "Lo tuh gila! Ide lo itu cuma bikin susah gue doang! Kalo lo kenapa-kenapa gue juga yang ngerasain anjing!"

"Lo bener-bener adik durhaka!"

"Kakak laknat!"

"Anjing lo!"

Saat mereka hampir adu jotos saat itu juga Dario berdeham. Kedua anak itu menatap Dario dan Dario hanya melihat mereka dari ekor matanya

"Masih dilanjutkan lagi?" Tanya Dario

Kedua anak itu diam

"Perlu diberikan apa kali ini? RPG? Atau geranat?"

Ares dan Rayzen hampir tertawa melihat kedua cucu mereka menunduk ketakutan karena ucapan sarkastik dari paman mereka. Dario menatap kedua keponakannya dalam diam. Sampai tak lama Jammy keluar dari ruang operasi dan memindahkan Daverick ke kamar rawat khusus. Jammy mengatakan Daverick tidak mengalami luka serius. Meski luka tusukan pisau itu agak dalam tapi, kondisi Daverick cukup stabil

"Maaf Dad" ucap Rey dan Rex berbarengan saat ayah mereka sadar

Daverick hanya bisa mengangguk dan menanyakan apa mereka baik-baik saja. Dario mendecih. Dia melirik arlojinya dan menyadari ponselnya cukup sepi sejak tadi. Dario mengeluarkan ponselnya dan ponselnya mati karena kehabisan daya

"Lo udah bangun kan? Gue balik dulu. Get well soon" ucap Dario dan langsung beranjak tanpa menunggu ucapan apapun dari Daverick

Daverick menatap kedua putranya yang sedang menatapi punggung Dario

"Kenapa kalian?" Tanya Daverick

"Uncle menyeramkan. Aku saja sampai ketakutan melihatnya" ucap Rex

Rey pun hanya mengangguk saja. Daverick langsung khawatir saat kedua putranya mengatakan Dario menyeramkan

"Apa uncle menghajar kalian?" Tanya Daverick

Kedua anak itu menggeleng. Mereka berbohong pada ayahnya kalau mereka tidak dihajar pamannya. Jelas-jelas Dario tanpa sadar memukul Rey dan menendang Rex untuk memisahkan mereka. Daverick menghela lega mendengar putranya tidak menjadi korban amukan sahabatnya yang bisa jadi sangat menyeramkan jika sedang marah

"Lantas?" Tanya Daverick lagi

"Dia mengajak kami berduel. Karena kami tidak mau, uncle meminta kami membuat perjanjian"

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang