61. More Than Anything

15.8K 680 27
                                    

Note:

Hai kk2, adik2, teman2...
Sebelumnya terima kasih banyak untuk yg sudahh komen dan menjawab pertanyaan dari aku. Aku jadi terhura tadi. Oh iya, hasil votenya masih seri jadi anggap ajalah ini bonus tpi, vote masih dilanjut sampe besok. Klo masih seri juga nanti aku pikirkan lagi....

Terusss... Brian Squad mana? Jangan lupa siapin tisu dulu sebelum baca... Atau siapin dulu kesabaran yg lebih biar g nyumpah serapah ke Lawrence sbg tersangka utama...

Anyway pokoknya... Selamat bersiap untuk sahur dan juga selamat menjalan ibadah puasa. Semoga puasa kalian semua lancar... Dan tetep semangat buat yg besok kerja, yg masih kuliah juga sekolah... Apalagi yg kuliah sama sekolah semangat buat UAS sama UKK. Buat yg besok kerja semoga pekerjaannya dilancarkan semuanya...
Semoga sukses lah pokoknya untuk kalian semua.

Selamat membaca....

..............

Ten days later,

Dario mulai merasa aneh. Brian dikabarkan baik-baik saja tapi, Brian tidak pernah muncul di kamarnya. Karena rasa penasaran itu, Dario berjalan menuju kamar Brian. Dia membuka pintu itu dan langsung menuju ke ruang perawatan

"Ryan..." panggil Dario

Dario mendekat saat tidak ada jawaban. Dia melihat Brian terlelap di ranjang itu dengan wajah sedikit pucat dan keringat di kening sampai pelipisnya. Juga alat infus yang masih terpasang sementara dirinya saja sudah diizinkan melepas alat itu sejak dua hari yang lalu. Dario mengernyit heran

'Jika Ryan memang baik-baik saja, kenapa dia terlihat kesakitan?'

Banyak pemikiran berkelebatan di otak Dario. Memikirkan apa yang terjadi pada putranya. Luka apa saja yang ada di badan putranya. Semua itu seolah ditutupi darinya oleh Kanato dan semua anak buahnya

"Rrrmmhhh... Dad..." erang Brian dalam tidurnya dengan suara cukup serak

Dario semakin mengernyitkan keningnya. Dia mendekati putranya dan melihat tangan Brian mencengkram seprei di bawahnya. Dario mengambil tangan Brian dan melepaskan cengkraman itu dari seprei. Dario menggenggamnya. Dan apa yang dilakukan Brian membuat Dario yakin sesuatu sudah ditutupi darinya

Brian mencengkram tangannya dengan sangat erat. Sangat erat sampai Dario merasa sedikit kesakitan

"Dad..." igau Brian lagi kali ini dengan nada merintih

"Help me..! It hurts like hell"

Mata Dario melebar. Semua terasa benar, wajah pucat, keringat dingin, cengkraman kuat dan juga rintihan Brian membuat semua keyakinan Dario terasa benar

'He's not okay. He's in terrible state'

Ya. Dario semakin yakin putranya tidak baik-baik saja. Sekarang permasalahannya, Kenapa tidak ada yang memberitahunya?

Dario baru saja hendak melemparkan murkanya pada assistant juga anak buahnya. Tapi, semua itu luntur saat dia mengingat ucapan Kanato dan Gael beberapa hari lalu

"Dia menyuruhmu istirahat" ucap Kanato

"Beliau tidak ingin mengganggu istirahat anda"

Dario mendesis kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Dia merasa sangat menyesal dan bersalah pada putranya. Brian selalu menjadikan dia prioritas nomor satu, sementara Dario kerap kali menomor duakan Brian dan keluarga kecilnya ketika ayah dan ibunya ada di dekatnya

"Alex?!" panggil Kanato kaget

Tentu saja, Gael dan beberapa anak buah Dario langsung menghampiri Kanato. Mereka meneguk ludah mereka dengan kasar ketika melihat Dario di kamar Brian dan sedang menggenggam tangan Brian

'Habislah! Aku akan tamat!' batin Cello, Jordan, dan Gael, terlebih saat ini Brian tengah merintih kesakitan dalam tidurnya. Tanda kalau Brian sekali lagi mulai menginginkan barang haram itu

"Ekhem... Biar aku memeriksa Brian dulu" ujar Kanato menutupi kegugupannya atas tatapan tajam Dario

"Dia baik, hm?" ujar Dario menyindir

"Pardon?" tanya Kanato yang justru dia sesali

"Ini yang masuk dalam katagori baik menurutmu? Wajah pucat dengan keringat dingin juga rintihan kesakitan! Ini yang kau bilang baik?!!"

"Ssstt... Kecilkan suaramu atau kau akan membangunkan dia" ujar Kanato saat melihat kening Brian mulai berkedut

Dario diam, dia mengusap rambut Brian dengan sebelah tangannya. Dan Kanato melihat Brian kembali jatuh terlelap atau setidaknya lebih tenang hanya karena usapan dari ayahnya

"Dad..." rintih Brian lagi

Membuat semua orang disana kaget mendengar suara Brian yang begitu lemah dan serak juga nada kesakitan

"It hurts..."

Mereka yang baru datang dibuat terkejut dengan igauan Brian. Dario duduk perlahan di tepi ranjang Brian, melepaskan genggaman Brian di tangannya. Dengan perlahan dia memindahkan kepala putranya ke atas pangkuannya. Dario mengusap rambut dan pipi Brian dengan sebelah tangannya. Tangan satunya kembali menggenggam tangan Brian

"Rrrrgghh...!!!" ringis Brian

Dario mengusapi rambut Brian. Dia terkejut saat punggung tangannya yang menggenggam tangan Brian mulai terasa basah. Tangannya dan tangan Brian memang berada di dekat pipi anak itu

"Ssshh... It'll be okay soon... Ssshh..." Dario menenangkan Brian, tangannya terus mengusap rambut putranya

"Don't cry son...! It'll be okey. I'm here..." ucapan Dario membuat mereka terbelalak

Brian menangis. Selama ini mereka tidak pernah tahu kalau Brian menangis dalam tidurnya. Brian begitu tersiksa dengan kondisinya sendiri. Kecanduan sesuatu yang sebenarnya bukanlah keinginannya

Dario menutup telinga Brian dengan tangannya. Dia beralih menatap semua orang di ruangan itu

"Siapa yang mau menjelaskan ini?" tanya Dario dengan nada datar

Dario melihat Gael maju dan mendekatinya

"Lebih baik kau jujur atau aku akan menghabisi kalian semua tanpa ragu"

Baru saja Gael mau menjelaskan, Brian malah menggeram dengan cukup keras. Cengkraman di tangan Dario menguat

"Ryan..!" panggil Dario khawatir

Dario melihat sendiri dengan mata kepalanya betapa tersiksanya Brian. Putranya menggeram dan berakhir dengan menggigit bibir bawahnya sendiri hingga bibirnya berdarah. Miris hati Dario melihatnya. Dario mengusap bibir Brian. Dia berusaha melepaskan gigitan Brian pada bibirnya dan memberikan lengannya sendiri untuk digigit oleh Brian

Sontak saja, Kanato terkejut. Dia tidak menyangka Dario benar-benar menyayangi Brian. Dia mengira Dario hanya menjadikan Brian sebagai penerus Dimitry dan tidak mempedulikan anak itu, seperti apa yang selalu dikatakan oleh Dario padanya. Kini semuanya terlihat. Meski Dario kerap kali berkata padanya dia tidak terlalu peduli pada Brian, semua itu hanyalah kebohongan belaka

'This child more than anything to him'

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang