Setelah mendengar ucapan Kanato, Brian dan Dario menghela lega. Hanya demam. Michelle, sang bungsu di keluarga kecil Dario terkena demam akibat pergantian musim. Memang sekarang sudah memasuki musim dingin. Brian juga hanya tinggal mengikuti satu kali ujian susulan lalu, dia diijinkan libur seperti murid-murid lain
"Bagaimana liburan di Dosch kak?" tanya Caroline
Brian tersedak air yang dia minum sebelum akhirnya mengangguk sebagai jawaban
"Jangan keseringan berbohong! Nanti adik-adikmu mengikuti jejak kakaknya..." sindir Caroline membuat Dario langsung menoleh
"Sweetheart..." Dario ikut angkat bicara
"Aku mengerti Honey. Kamu takut aku khawatir. Tapi, setidaknya beritahu aku bisa, kan? Brian juga putraku"
"Maaf"
Hanya satu kata yang terucap dari bibir Dario dan Caroline tersenyum. Caroline memeluk suaminya dengan erat
"Aku khawatir pada kalian... Apa kamu baik-baik saja? Lalu, bagaimana keadaan Ryan sekarang?"
"Aku baik-baik saja Sweetheart. Lukanya memang belum sembuh benar but, I'm totally fine. Brian juga"
Caroline menghela lega. Dia menyembunyikan wajahnya di dada sang suami
"Don't cry, please!" ucap Dario
"I'm not!"
"Yes, you are"
Dario mengusap rambut cokelat gelap milik istrinya. Dia juga mengecup puncak kepala Caroline
"Happy birthday honey" bisik Caroline
"Hm? What did you say?" tanya Dario
Caroline menghapus air matanya dan menangkup pipi Dario. Dia berjinjit dan mencium bibir Dario sebentar
"Happy birthday Honey..."
"Wait... What? When?"
Dario terheran. Brian terkejut dan langsung memeriksa ponselnya. Chea yang baru turun dari atas langsung menubruk Dario
"Happy Birthday Daddy. I love you" ujar Chea disertai kecupan di pipi ayahnya
"Mom... Paket Ryan sudah sampai disini belum?" tanya Brian
Caroline menoleh saat pertanyaan itu Brian ucapkan
"Paket? Sepertinya belum" jawab Caroline
Brian mengangguk. Baru saja Brian mau mengambilnya, Regis malah datang membawa paket itu. Dia baru saja dari pelabuhan
"Young master, paket anda"
"Uncle dari pelabuhan?"
"Iya, young master"
Brian mengangguk. "Thank you uncle"
"Dad..." panggil Brian
"Happy Birthday. Maaf aku sering merepotkan Daddy" ujar Brian sambil memberikan paket itu untuk Dario
Brian tersenyum dan melangkah menuju sofa ruang tamu. Dia duduk disana dan meminum air dingin yang sudah tersedia
"What the-?" Dario terkejut melihat isi paket di tangannya
"Brian... Dari mana kamu mendapat ini?" sambungnya
"Dari mana lagi? Tentu saja Black market"
Dario tersenyum dan mengacak puncak kepala putranya. Dia memang mengincar barang di kotak itu. Dia tidak menyangka putranya bisa mengetahui hal semacam ini
"Kak..." rengek Chea
"Hm?"
"Christmas present untukku mana?"
Brian mengernyit dan menepuk dahinya pelan
"Kakak lupa... Maaf Chea... Sepertinya hadiahmu akan terlambat datang..."
Chea mencebik kesal. Dia bersedekap dan memajukan bibirnya. Tapi, Brian malah tersenyum geli dan memeluk adiknya dari belakang
"Jangan peluk aku! Aku sedang marah pada kakak!"
"Yakin?"
"Iya!! Aku marah pada kakak! Hmph!" Chea membuang mukanya membuat Brian semakin memeluk erat adiknya
"Merry Chrismas, maaf kakak terlambat memberikannya" ujar Brian membuat Chea mengernyit heran
Chea merasakan sesuatu yang dingin ada di lehernya. Tangan Chea meraba lehernya dan dia langsung berbalik untuk memeluk kakaknya
"Thank you" ujarnya sambil memeluk Brian
"You're always welcome princess"
Brian menghampiri ibunya dan memeluk sang ibu dengan erat. Brian juga mencium pipi ibunya
"Merry Chrismas Mom. Sudah sampai kan paketnya?"
"Sudah. Neo mengantarnya kemarin. Terima kasih sayang"
Brian hanya mengangguk. Tak lama anak buah Dario juga datang kesana dan mengucapkan terima kasih pada Brian. Brian hanya tersenyum
"Kalian kan uncle-uncle ku... Maaf ya uncle, aku sering merepotkan kalian..." ujar Brian sambil memeluk Gael dan yang lain ikut memeluk Brian sehingga mereka terlihat seperti bola besar
"Mr. Fujiwara" ujar Winson
"Hm?"
Winson mengulurkan sebuah kotak pada Kanato. Kanato membukanya dan memekik kaget
"Dari mana kau mendapatkan ini bocah?! Bahkan di black market saja ini tidak ada!"
"Tidak ada atau sudah dibeli orang uncle?"
"Oh... Jadi kau yang membelinya... Dasar sinting!"
"Kanato!" ujar Dario memperingati
"Putra kalian memang sinting. Penjual di black market bilang barang ini terjual dengan harga 6.000.000 zerl. Dan putramu yang membelinya"
Brian terkekeh. "Barang se-langka itu dengan harga segitu rasanya setimpal" ujar Brian
"Sudahlah. Ryan ngantuk. Ryan tidur duluan. Good night Dad, Mom, Princess, uncle-uncle..."
Brian naik ke lantai dua. Dia tersenyum melihat keluarganya kembali normal. Brian melangkah ke kamar Michelle dan memberikan hadiah natal untuk adik bungsunya. Brian juga mencium kening adiknya dengan lembut
"Merry Chrismas, Ichelle and get well soon baby girl"
Brian keluar dari kamar itu. Dahinya berkerut saat melihat ponselnya bergetar dengan nomor yang tidak di ketahui
"Hello?"
"Are you happy now? You better treasure that in your mind. Because I'll come and destroyed everything"
Brian menutup panggilan itu dia menatap heran ponselnya dan segera membuka laptopnya untuk mencari tahu tentang nomor itu namun nihil... Dia tidak mendapat apapun
"Just who the hell is it?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomantizmKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...