Note:
Hampir lupa...
Ini kak up buat hari ini...
Selamat menunggu dan bersiap sahur... Semangat untuk beraktifitas besok ya kalian... Sukses terus...Selamat membaca
................
Dario menatap jalanan di luar melalui jendela mobilnya yang kini bergerak menuju ke arah dimana putranya berada. Rahang Dario mengeras giginya saling bergemelatuk menahan marah. Dario memakai sarung tangan kulitnya dan terus mencoba menghubungi Brian
"Sir, mobil young master ada di depan"
Dario segera keluar dan menyuruh anak buahnya berpencar. Dario berlari ke arah utara dan dia melihat bagunan apartement yang pernah menjadi saksi dari penyiksaan yang Dario lakukan pada Damien Frouch
Brakkk!
Suara benda terjatuh dan suara ramai membuat Dario mempercepat langkahnya. Dario menghela lega saat dia melihat bukan putranya yang terlempar tapi, hanya tas hitam besar yang Dario yakini merupakan barang rebutan
"Brian" gumam Dario
Dario berdiri di belakang Brian dan membuat orang-orang yang mengejar Brian terdiam kaku. Brian sendiri hanya mendongak dan terdiam kaget. Dia melihat ayahnya hanya menggunakan coat hitamnya dan kaus polos miliknya. Bahkan rambut Dario sudah tidak lagi tertata rapi
"He's Alexander..." ujar salah satu dari pria yang mengejar Brian
"Your hands" ujar Dario setelah dia melihat Brian memegangi tangan kirinya
Brian diam dan tidak menjawab. Tidak sabar menunggu, Dario menarik lengan kiri Brian dan membuat anak itu mendesis kesakitan
Sebuah lebam kembali muncul disana bahkan ada darah yang mengalir disana. Dario sengaja menekan lengan Brian yang berdarah demi mengetahui keadaan Brian walau itu membuat Brian menahan napas karena rasa sakit yang menyerangnya.
"Who?" tanya Dario
Brian terdiam. Dia tahu kalau dia berucap, ayahnya akan dengan senang hati menghabisi orang yang melukainya. Tapi, Brian tidak ingin nampak lemah. Apalagi di depan musuhnya.
"Who did this to you?"
"Aku bisa menanganinya" ujar Briannn menggunakan bahasa Inzpia yang membuat segerombol pria itu mengernyit.
"Ya. Kamu memang bisa. Tapi, tidak saat tanganmu belum sembuh... Beritahu aku siapa yang melakukannya. Untuk kali ini biarkan aku yang menghajar mereka!"
Dario memang mempelajari bahasa Inzpia sejak saat dia menemukan putranya disana. Terkadang mereka berbicara dengan bahasa itu. Dario mendecak saat melihat putranya tidak kunjung menjawab.
Dor!
Dario menembak asal ke arah gerombolan itu.
"Jangan berani mencoba melarikan diri!" ujar Dario dengan dingin.
Dario yang kesal akhirnya memukul tengkuk Brian dan menangkap anak itu ketika dia pingsan. Dario membaringkannya dan segera berbalik.
"Which one of you that touch my son?" tanya Dario dingin
Dario melihat mereka saling melirik tanpa menunggu lagi Dario mengajar dan mematahkan tangan mereka semua. Dia tidak lagi peduli apa mereka itu hanya penjual, penawar atau pembunuh bayaran. Yang jelas bagi Dario.
Menyentuh Brian dan anak-anaknya yang lain sama dengan mati!!!
Dario menyuruh anak buahnya menyingkirkan mereka semua yang sudah terkapar tidak berdaya. Dario memang tidak membunuh mereka tapi, Dario membiarkan anak buahnya yang akan melakukannya. Dario sendiri hanya memanggul Brian di bahunya dan membawa anak itu ke dalam mobilnya.
"Dia gak kenapa-kenapa. Cuma luka karena sabetan pisau. Tulangnya aman..." ujar Kanato setelah mengobati tangan Brian dengan peralatan di kotak p3k.
Dario tahu keadaan putranya. Dario memang sengaja menekan luka itu hanya untuk mengetahui apakah ada tulang yang patah karena tulang lengan Brian memang masih dalam penyembuhan untuk menormalkan kembali tulang yang retak.
Dario melepaskan jaketnya dan menyampirkan jaket itu ke badan Brian. Dia menyuruh Cello mengantar mereka ke penthouse milik Dario karena mereka tidak mungkin pulang sekarang.
...........
Brian merengut kesal saat dia sadar dan sudah berada di kamar ayahnya di penthouse. Brian yakin ayahnya ada di bawah atau di kamar sebelah. Brian hanya diam dan memainkan ponselnya sejenak.
"Jam sebelas" gumam Brian
Sebuah pesan masuk ke dalan ponselnya membuat Brian segera menukar pakaiannya dan bergegas mencari ayahnya. Brian membuka pintu kamar sebelah dan kamar itu kosong. Brian segera turun ke bawah dan berteriak memanggil ayahnya.
"Dad!!" panggil Brian
Kosong. Penthouse yang dia tempati kosong. Brian beranjak ke dapur dan mengambil sebuah pisau dari sana. Dia menaikan kewaspadaannya. Benaknya mengingat kejadian beberapa minggu yang lalu. Ketika mereka menyerang dan membawa Brian keluar dari penthouse ini dalam keadaan mengenaskan.
"Dad?"
Brian berjalan menuju lift dan langsung mengarahkan pisau di tangannya kepada orang yang baru saja keluar dari dalam lift
Grepp
Srringg
"Calm down son..."
Brian menghela lega. Bahunya turun dan tidak setegang tadi. Suara ayahnya membuat dirinya tenang. Dario melepaskan tangan putranya saat dia merasa putranya sudah tenang. Di belakang Dario, Kanato dan Gael juga menghela lega saat melihat Dario berhasil menghindari serangan tiba-tiba yang tidak disengaja
"Brian?" Panggil Dario heran saat Brian menarik dirinya kembali masuk ke dalam lift yang masih berisi Gael dan Kanato
Dario menepuk bahu Brian. Dia merasa khawatir melihat napas putranya masih memburu
"Calm down... Take a breath..." suruh Dario
"Bagaimana bisa tenang Dad?! Ichelle sakit!" ujar Brian dan mata Dario melebar karena kaget
"Gael, Helicopter"
"Baik sir"
Kanato merubah tujuan menjadi ke atap gedung penthouse. Dario menenangkan Brian, dia mengusap rambut putranya dengan lembut
"She'll be okey... I promise"
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...