16. Boy's Talk

26.1K 1K 18
                                    

Seperti biasa Dario duduk manis di Briele. Dia menikmati segelas Scotch di ruangannya dengan tenang. Masih pukul 8 malam. Masih ada sekitar 7 jam lagi sampai, Briele tutup hari ini. Dario sebenarnya bukan orang yang suka duduk berlama-lama di clubnya. Biasanya, Dia akan pulang pukul 9 atau paling malam pukul 10 malam. Tapi, tidak hari ini

"Masih 7 jam lagi... Hhh" hela Dario

Dario kembali menenggak scotch di tangannya. Seketika cairan yang terasa panas di tenggorokan itu tandas. Dario berdiri dan menghampiri tempat dimana berbotol-botol minumannya tersimpan. Baru saja Dario hendak menuangkan scotch ke dalam gelasnya, suara pintu terbuka serta pelukan erat di kakinya menghentikan niatnya

"Sweetheart?" Panggilnya bingung saat melihat Caroline ada di pintu ruang kerjanya

Dario menunduk dan menemukan Brian tengah memeluk kakinya. Senyuman Dario langsung timbul dengan cepat. Dario berjongkok dan memeluk Brian dengan sayang. Brian pun sama, dia memeluk ayahnya dengan erat. Caroline mengajak Brian duduk di sofa. Bukannya apa tapi, Caroline tahu Dario hendak menyembunyikan Scotch di atas meja kecilnya sebelum Brian menanyakan minuman apa yang ayahnya minum

Dario menyimpan kembali minumannya dan mengunci tempat penyimpanan itu. Dia mengambil sekaleng soft drink dari kulkas kecil di sampingnya. Dengan cepat Dario menandaskan isi kaleng itu sebelum dia menghampiri anak dan istrinya

"Hey sweetheart" sapa Dario sambil mendaratkan kecupan ringan di kening Caroline

"Hey"

Dario mengangkat Brian dan duduk di sofa dengan Brian di pangkuannya

"Hello my boy" ujar Dario

"Hello Daddy"

"Kenapa belum tidur? Ini sudah malam"

"Mau bertemu Daddy-nya katanya" ujar Caroline mewakili Brian menjawab

Dario terkekeh. Terkadang Brian bisa menjadi amat manja. Tapi, terkadang dia bisa menjadi anak mandiri. Tidak pernah sehari pun Dario bosan dengan tingkah putranya. Oh, iya. Sejak kembalinya Caroline, terapi yang dilakukan Dario berhasil 100 persen. Dario berhasil menghilangkan panic attack yang selama empat tahun belakangan menyerangnya

"Kenapa lagi? Berkelahi dengan teman di sekolah?" Tanya Dario

Brian menggeleng. Dia melirik Caroline tapi, buru-buru menyembunyikan wajahnya di lekukan leher ayahnya. Dario mengusap rambut anaknya dengan sayang. Dia menatap Caroline sebelum berucap

"Keluarlah dulu" pinta Dario tanpa suara

Caroline mengangguk. Dia berdiri dan keluar dari ruangan Dario. Caroline duduk di meja Gael membuat Gael dan pengawal yang lain heran

"Pangeran kalian sedang merajuk" ujar Caroline santai. Sontak itu mengundang kekehan anak buah Dario

Melihat pintu yang sepenuhnya menutup, Dario melepaskan pelukannya dan menatap mata biru kehijauan milik putranya

"Sekarang beritahu Daddy apa yang mengganggumu jagoan" tanya Dario

"Jadi... Um..." Brian mulai tergugup dan takut, Dario langsung tahu hal itu dari gelagat putranya. Memainkan tangannya meremat ujung pakaian yang dia pakai

"Kenapa? Tanya Dario

"Umm... Apa aku boleh memukul seseorang Dad?"

"Hah?" Dario tercengang mendengar ucapan anaknya

"Itu... Tadi di sekolah ada anak yang meledekiku"

"Meledekmu?"

"Iya. Awalnya hanya meledek tapi, lama-lama mereka mulai mengerjai, menakuti dan tadi, mereka memukulku"

Dario hanya bisa menghela napas mendengar putranya dipukul oleh temannya

"Dimana mereka memukulmu?"

Brian menunjuk punggungnya. Dario langsung membuka atasan milik putranya dan melihat tanda biru disana. Dilihat dari ukurannya, anak yang memukul Brian pasti anak gemuk

"Apa sakit?"

Brian mengangguk tapi, menggeleng, membuat Dario bingung

"Jangan bohong!" Ujar Dario pelan

"Sakit tapi, hanya sedikit" ujar Brian

Dario menyuruh Brian turun sejenak. Dia berdiri dan membongkar kotak obat miliknya. Dia mengambil sebuah cool patch dan juga salep lalu, dia kembali duduk dan memangku Brian

"Dengar Ryan. Mommy akan sangat marah kalau kamu berkelahi dengan orang lain, kamu tahu itu kan?" Ujar Dario sambil menempelkan Cool patch di punggung Brian

Brian mengangguk. "Aku tahu. Berkelahi itu tidak baik"

"Good. Tapi, ada kalanya kamu harus membela diri" ujar Dario lagi. Dia menurunkan atasan Brian kemudian, dia menarik Brian agar bersandar padanya

"Jadi, ingat kata-kata Daddy ini. Jika mereka meledekmu, biarkan saja! Tapi, jika mereka memukulmu, lawan mereka. Paham?"

Brian mengangguk. Dario mengusap punggung putranya dengan perlahan. Merasa nyaman dengan pelukan ayahnya yang hangat, membuat Brian menguap kecil sebelum memejamkan matanya. Dario menunduk saat dia merasakan napas putranya berhembus teratur dan sejalan dengan napasnya. Dario tersenyum kecil dan mengecup kening putranya

"Good night, sleep tight and have a nice dream, son"

[KDS #2] Xander's 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang