"Briaaaaannn!" teriakan itu membuat Brian membuka matanya dan menggeram kesal
"Jangan teriak Vannya! Kepala gue sakit!" ujar Brian
"Upss sorry" Vannya meminta maaf
Vannya tidak datang sendiri adik-adiknya yang lain ikut datang dan duduk atau berdiri di dekatnya
"Memangnya masih sakit kak?" tanya Abigail
"Hn. Belum balik dengan benar. Entah sampe kapan baru bisa balik kayak dulu..." jawab Brian santai
Brian masih menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dan membuat kepalanya mendongak. Vannya dan saudara-saudaranya hanya bisa menatap miris ke arah Brian, terutama para pemuda disana. Sungguh jika bukan karena mereka yang begitu bodohnya jatuh ke dalam perangkap, Brian tidak mungkin seperti sekarang
"Jangan menatap gue seolah gue akan mati besok! Kalian menyebalkan!" gerutu Brian masih dengan mata terpejam
..........
Sarapan pagi di istana Kanzpia berlangsung tenang. Semua kerabat kerajaan ada di meja makan itu. Mereka memakan makanannya dengan tenang sampai Brian meletakan alat makannya, menutup hidungnya dengan tangannya dan mendongakan kepalanya
Dario langsung berdiri dan menyuruh pelayan disana mengambilkan tisu. Dario menghampiri Brian, berdiri di belakang anak itu
"I'm fine Dad... Jika itu yang mau Dad tanyakan..."
"Kamu ini... Apa yang kamu pikirkan sebenarnya?" tanya Dario sambil menundukan kepala Brian dan membersihkan darah yang mengalir dari hidung Brian dengan tisu
"Tidak ada... Kalian melarangku memikirkan apapun..."
Dario masih mengelap sisa darah yang ada di atas bibir Brian lalu, dia mendongakan kembali kepala Brian. Dia juga menatap miris putranya
'Setidaknya dia kembali... Putraku kembali dan masih ada di sebelahku' ucap Dario dalam hatinya
"Berhentilah menatapku seperti itu Dad... Rasanya tidak nyaman..."
"Salah siapa?"
"Salah Ramon Romanof" ujar Brian santai
"Kamu ini!" ujar Dario pelan
Dario melihat tidak ada lagi darah yang keluar dari hidung Brian. Dia membiarkan pelayan istana membersihkan tisu ysng penuh darah Brian ke dalam plastik
"Hhh.. Wajahmu itu pucat sekali..." gumam Dario
"Anggap saja Dad punya anak seorang vampire. Itu pun kalau Vampire bisa disebut seorang bukan sebuah..." canda Brian
"Tidak lucu Bryan" ujar Dario
"Brian Dad... Aku belum setuju mengganti namaku"
Dario menggelengkan kepalanya. Anaknya keras kepala. Dario hanya memastikan putranya tidak terkena demam
"Sebenarnya juga ini sudah lumayan lebih baik dibandingkan setahun yang lalu..." ujar Brian lagi
Dario tahu maksud Brian. Dia sendiri yang menemani anaknya di Qeunzia. Kanato menyuruh mereka membawa Brian kesana sesaat setelah dia datang dan melihat Brian tidak bergerak
Saat Kanato datang waktu itu, Dario sedang memeluk Brian. Kanato menyuruh Dario membaringkan anak itu di tandu dan Kanato memeriksa anak itu. Brian sudah tidak bernapas. Dia membantu Brian bernapas dengan memasukan selang kecil untuk menyalurkan oksigen langsung ke paru-paru Brian. Sesudahnya Kanato memeriksa detak dan denyut jantung Brian. Meski kecil, Kanato mendapatkan denyutan dari jantung Brian. Sangat kecil dan lemah. Dengan sedikit harapan, Kanato membantu Brian untuk mendapatkan kembali denyut jantungnya
KAMU SEDANG MEMBACA
[KDS #2] Xander's 2
RomanceKetika kehidupan seorang Dario Alexander jungkir balik hanya karena salah paham. Akankah dia mendapatkan kembali dunia, nyawa, dan hidupnya? Akankah keluarga kecilnya kembali utuh? -"Don't go, please. Sweetheart, don't leave me! I'm sorry"- Dario Al...